[TAMAT] Tiba-tiba 7 orang dari keluarga Handoko meninggal dunia selang dua hari sekali. Ketuju itu semua laki-laki dan dimakamkan berjejer dimakam keluarga.
Dewi salah satu anak perempuan dikeluarga Handoko, sangat teramat penasaran dengan kejadian ini. Semua keluarganya diam seribu bahasa, seolah-olah semua ini takdir Tuhan. Disitulah awal Dewi akan mencari tahu masalah demi masalah dikeluarga ini.
Ikuti terus kisahnya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siswondo07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tumbal Proyek
Dewi sudah sampai didepan halaman rumah Paman. Ia lekas melangkah ke pintu masuk dan mengetuknya beberapa kali. Lalu Paman membuka pintu itu, matanya melirik ke segala arah memastikan Dewi tidak diikuti orang serta tidak ada orang yang mencurigakan. Setelah Paman sudah memastikan keadaan aman, Paman menyuruh Dewi untuk segera masuk ke rumah.
"Cepat masuk." Ucap Paman.
Dewi lekas masuk ke dalam rumah, lalu duduk dikursi tamu.
Paman lekas menutup pintu dan mengunci rapat-rapat. Lalu duduk didekat Dewi.
"Paman, Dewi merasa Mama ada yang aneh. Dewi sudah lihat semua CCTV." Ungkap Dewi penuh kebingungan dan pertanyaan.
"Dewi, perjanjian manusia dengan Setan itu berbeda. Manusia walau ingkar janji nyawa bukan taruhannya. Tapi kalo perjanjian setan, setan bisa saja ingkar janji demi sebuah nyawa, setan jauh lebih licik dari manusia.
Perjanjian sekte dan setan itu memang hanya memakan korban dari yang dipilih tuannya. Tapi sekali tuannya melakukan kesalahan maka setan itu bisa leluasa menghinati Tuannya. Papamu dan saudaranya ada sesuatu yang dilanggar hingga tuju laki-laki dari keluarga Handoko mati.
Banaspati sosok salah satu setan yang dimiliki sekte itu, akan mengincar keturunan tuannya yang melanggar perjanjian. Sekte dan Setan itu mengincar pewaris dari perjanjian keluarga Handoko. Kau harus hati-hati Dewi.
Orang sekte itu saat ini bisa mempengaruhi dan menghubungi Mamamu sudah melanggar perjanjian. Paman janji akan bantu sebisa mungkin." Ungkap Paman panjang lebar, Paman menghela nafas panjang.
Dewi mendengar ucapan pamannya itu merasa masalah keluarganya semakin dalam dan rumit. Dewi mencoba tegar dan tidak menangis dihadapan Pamannya.
"Lalu sekarang Dewi harus bagaimana Paman?" Tanya Dewi, matanya menatap lekat wajah Paman.
"Pulanglah, anggap keadaan rumah biasa saja. Jangan terlihat mencurigakan. Jaga Mama dan Kakakmu baik-baik.
Kau butuh seseorang untuk mengawasi dan menjagamu dari jauh." Jawab Paman.
"Jaya. Dia yang akan menjagaku Paman." Jawab Dewi.
"Bagus. Dia anak yang baik, bisa diandalkan." Ungkap Paman dan tersenyum kecil. Lalu menepuk pundak Dewi agar tegar dan kuat.
Setelah percakapan selesai, Bibi datang dengan membawa secangkir teh hangat untuk diminum. Dewi menyeruput teh hangat itu.
Setelah minum ponsel Dewi berdering panggilan dari Jaya. Dewi lekas mengangkatnya.
"Halo Jaya." Ucap Dewi diujung telepon.
"Aku sudah dalam perjalanan menuju ke rumah pamanmu." Jawab Jaya sambil menyetir mobil.
"Jaya, kau tidak usah datang ke tempat Pamanku, kau ketempat Pak RT saja. Aku tidak mau Paman merasa was-was karena saat ini suasana sedang genting.
Kau sekarang bisa menjagaku dari jauh, jika aku dalam bahaya akan menghubungimu." Ucap Dewi.
"Bisa Dewi. Aku janji akan menjagamu dan melindungimu. Baiklah aku akan tinggal dirumah Pak RT." Ungkap Jaya.
Lalu percakapan Dewi dan Jaya berakhir.
Dewi kini kembali mengobrol bersama Paman dan Bibi.
-
Jose berdiri dihadapan pembangunan proyek, matanya melihat para pekerja sibuk mengecor dan memasang kawat, terlihat mandor beberapa kali teriak untuk segera menyelesaikan pekerjaannya karena langit mulai mendung. Namun tiba-tiba aktivitas para pekerja semua terhenti begitu saja saat mengetahui keberadaan Jose, mata mereka lalu menoleh ke arah Jose dengan tajamnya. Lalu mulut mereka berkata dengan kompak dan serentak.
"Matio - Matio - Matio (Kamu Mati)"
Lalu tiba-tiba kedua tangan Jose dipegang dua orang pekerja proyek. Jose dibawa paksa menuju ke sebuah lubang yang siap untuk di cor. Tubuh Jose dilempar begitu saja masuk ke lubang cor itu. Suara Matio terus menggema begitu riuh. Lalu para pekerja melemparkan adukan semen ke tubuh dan muka Jose begitu cepat, adukan semen itu mulai banyak hingga membuat Jose teriak ketakutan meminta tolong.
Tak ada yang peduli dengan dirinya, hingga adukan semen itu mau menutupi seluruh tubuhnya. Saat itulah teriakan membuat Jose terbangun dari mimpinya.
Jose kaget, tubuhnya duduk lemas diatas ranjangnya. Nafasnya berderu hebat, ia menghembuskan nafas beberapa kali untuk menenangkan pompa jantungnya. Setelah tenang disitulah ia berpikir apa arti mimpi itu, begitu mengerikan sekali sampai menguras energi.
Namun tersadar tubuhnya merasa didalam selimut basah dan berat, ketika selimut itu dibuka Jose kaget dan matanya melalak bulat melihat tubuhnya penuh dengan adukan semen. Lekas Jose berlari menuju ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya dibawah pancuran air. Kejadian ini sungguh diluar nalar manusia, sebuah mimpi tapi menjadi nyata.
Saat Jose sudah selesai mandi dan berpakaian bersih, salah satu mandor proyek menghubunginya. Jose mengangkat panggilan ponsel itu.
"Halo Pak Jose!" Ungkap Mandor diujung telepon.
"Ia Wir. Kenapa?" Jawab Jose dengan melontarkan pertanyaan.
"Ada musibah Pak, Ada pekerja yang kecelakaan dan meninggal dunia. Kita harus pulangkan dan memberikan kompensasi." Ungkap Mandor itu dengan nada suara bergetar, terdengar juga suara riuh.
Jose mendengar kabar itu kaget, pikirannya tertuju pada mimpinya, apa mungkin mimpi itu ada sangkut pautnya dengan tumbal proyek ini. Lekas Jose menjawabnya dan memberikan solusi.
"Turut berdukacita. Bawa pulang ke kampung Halamannya. Kasih uang kompensasi seratus juta rupiah." Ucap Jose dibalik telepon.
"Baik Pak." Jawab Mandor.
Lalu percakapan Jose dan Mandor berakhir.
-
Dewi baru saja sampai dirumah, ia berjalan masuk kerumah, ia menuju ke kamar Mama. Saat sudah dikamar Mama, Dewi melihat Mama berbaring sambil matanya menatap ke atap.
"Mama, aku pulang." Ucap Dewi pada Mamanya.
"Dewi. Cepat sekali pulangnya." Tanya Mama, Mama lekas duduk menyenderkan punggungnya diranjang.
Dewi duduk ditepi kasur. "Mama sehat kan." Senyum Dewi lalu memeluk Mamanya dengan erat.
"Sehat Nak." Jawab Mama sambil senyum. Lalu disaat Mama sedang memeluk Dewi, Mama membisikkan kata ditelinga Dewi. "TOLONG MAMA NAK. TOLONG KAKAKMU."
Sontak ekspresi muka Dewi berubah kaget dan melepas pelukan Mama. Mata Dewi menatap lekat wajah Mama.
"Kenapa Dewi?" Tanya Mama dengan wajah dan mata biasa saja seperti biasa.
"Nggak apa-apa Ma." Jawab Dewi.
Mama lalu tersenyum manis dan memeluk Dewi kembali.
Setelah sudah selesai pelukan, Mama rebahan kembali di kasur. Inilah kesempatan Dewi mengambil ponsel Mama diatas meja sampingnya, dengan lihainya Dewi mengambil Ponsel itu dan dimasukan ke kantong sakunya.
"Mama aku kemarku ya. Mama istirahat yang cukup." Ucap Dewi sembari menyelimuti Mama.
Mama hanya menganggukkan kepalanya.
Dewi lekas melangkah pergi dari kamar Mama dan menuju ke kamarnya.
Sesampainya Dewi dikamarnya, ia menutup rapat dan mengunci pintu kamarnya. Saat itulah Dewi mengambil ponsel Mama disakunya dan langsung membanting Ponsel itu ke lantai sampai hancur sejadinya, ponsel itu mati total dan tidak berbentuk lagi. Dewi membuang ditong sampah. Semoga dengan musnahnya ponsel itu bisa membuat Mama dan Jose waras kembali.
-
Saat Jaya sudah berada dirumah ruang tamu Pak RT, ia sedang mengobrol dengan Pak RT dirumah Barunya. Jose dihubungi oleh Rohman Kakaknya.
"Jaya ada kabar penting untukmu?" Ucap Rohman diujung telepon.
"Apa Kak?" Tanya Jaya dengan penuh penasaran.
"Teman tongkrongan Abang yang merantau dikota dan katanya berkerja diproyek Milik Jose meninggal dunia. Proyek pembangunan itu sudah memakan korban." Ungkap Rohman.
Jaya mendengar kabar itu kaget, matanya melebar, nafasnya sesak. Tidak ada kata lain selain turut berduka cita. Dalam pikirannya Pak Joyo sudah masuk bui tapi kenapa masih saja ada yang lolos berkerja proyek dikota ini. Jaya yakin dibalik semua ini ada sangkut pautnya dengan perusahaan Jose. Jaya saat ini tak bisa apa-apa, harapan solusi adalah Dewi.
Dewi yang bisa membantunya untuk menghentikan Jose.
"Halo Jaya." Ungkap Rohman memanggil Jaya beberapa kali.
"Ia Bang. Ibu sehat Bang." Ucap Jaya.
"Sehat Jaya. Tenang saja Abang jaga baik-baik Ibu disini. Kamu jaga diri disana." Ungkap Rohman.
"Terimakasih Bang." Ucap Jaya.
"Ya sudah Abang mau melayat dulu sama Ibu." Ungkap Rohman.
"Baik Bang." Ucap Jaya. Lalu terdengar suara telepon BIP berakhir.
Saat sudah selesai, Jaya menatap kearah Pak RT dengan seksama.
*