NovelToon NovelToon
BERAWAL DARI HARAPAN PALSU

BERAWAL DARI HARAPAN PALSU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:809
Nilai: 5
Nama Author: Yuli Yanti

Widuri Azzahra, seorang gadis cantik yang lahir di Cianjur tepatnya di sebuah desa di kabupaten cianjur, namun saat ia sudah berusia 15 tahun Widuri di bawa pindah ke Bandung oleh kedua orang tuanya, Widuri tumbuh menjadi gadis cantik, saat ia menginjak sekolah menengah atas, Widuri bertemu dengan Galuh, selang beberapa bulan mereka berpacaran, namun salah satu pihak merugikan pihak yang lain, ya sayang sekali hubungan mereka harus kandas, karena Galuh yang kurang jujur.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6: Awal Baru dengan Damar

Malam harinya, Widuri merenung di kamarnya. Pertemuan dengan Damar membuatnya merasa sedikit lebih ringan. Mungkin, ini awal baru yang dia butuhkan.

---

Pagi itu, Widuri bangun dengan perasaan yang sedikit berbeda. Semalam, dia menghabiskan waktu memikirkan percakapannya dengan Damar di perpustakaan. Dia tidak menyangka bahwa orang yang hanya sebentar ia kenal sebelumnya, bisa membuatnya merasa begitu nyaman.

Setelah bersiap-siap, Widuri turun ke ruang makan. Ibunya sudah duduk di meja, menyeruput secangkir kopi sambil membaca buku resep.

“Pagi, Nak. Semalam kamu pulang agak telat, ke mana aja?” tanya ibunya sambil tersenyum.

“Ke perpustakaan, Ma. Lagi pengen cari suasana baru aja,” jawab Widuri, mengambil roti bakar dari piring.

“Sendiri?” Ibunya menaikkan alis.

“Enggak, ketemu temen lama. Namanya Damar. Ingat kan, Ma, dia yang dulu bareng aku di lomba debat?”

“Oh iya, anak yang sopan itu, kan? Gimana dia sekarang?”

Widuri tersenyum kecil. “Masih sama, Ma. Baik, sopan, dan... menyenangkan.”

Ibunya mengangguk, tetapi tidak bertanya lebih jauh. Setelah sarapan, Widuri berangkat ke sekolah dengan perasaan yang lebih ringan.

 

Di sekolah, hari itu berjalan seperti biasa, hingga waktu istirahat tiba. Widuri sedang duduk sendirian di kantin ketika ponselnya berbunyi. Pesan dari nomor yang tidak dikenal masuk.

“Hai, Widuri. Ini Damar. Maaf kalau tiba-tiba, tapi boleh aku minta waktumu nanti sore? Ada sesuatu yang mau aku obrolin.”

Widuri terkejut sesaat, tapi dia tidak merasa keberatan. Dia segera membalas pesan itu.

“Boleh, tapi di mana?”

“Gimana kalau di taman dekat perpustakaan? Jam 4?”

“Okay, sampai nanti.”

 

Sore harinya, Widuri tiba di taman sesuai janji. Matahari mulai condong ke barat, cahayanya yang keemasan menerangi dedaunan yang bergoyang pelan tertiup angin. Tidak lama, Damar muncul dari arah berlawanan. Dia melambaikan tangan dengan senyum lebar.

“Hai, Widuri. Terima kasih sudah mau datang,” katanya.

“Enggak apa-apa. Ada apa, Mar?”

Damar duduk di bangku kayu di sebelah Widuri. Dia tampak sedikit ragu, tapi kemudian menarik napas dalam-dalam.

“Sebenarnya, aku cuma pengen tahu lebih banyak tentang kamu,” katanya jujur. “Waktu kita ketemu di lomba dulu, aku selalu kagum sama caramu bicara dan berpikir. Aku pikir, kamu orang yang luar biasa.”

Widuri terdiam sejenak, tidak tahu harus berkata apa.

“Aku juga pernah ngalamin masa-masa sulit, Wid,” lanjut Damar. “Aku nggak tahu apa yang kamu alami sekarang, tapi aku bisa lihat kalau kamu lagi berusaha keras. Dan itu bikin aku respect.”

Mendengar itu, Widuri merasa hatinya sedikit hangat. Damar tidak menuntut apa-apa darinya, hanya menunjukkan kepedulian yang tulus.

“Terima kasih, Damar. Aku… aku juga lagi belajar untuk lebih baik. Ada banyak hal yang aku coba lupakan dan perbaiki,” jawabnya akhirnya.

Damar tersenyum, kemudian mengubah topik menjadi lebih ringan. Mereka berbicara tentang banyak hal—sekolah, hobi, bahkan film favorit. Percakapan itu mengalir begitu saja, tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat.

 

Malam harinya, di rumah, Widuri merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Pertemuannya dengan Damar memberikan semacam semangat baru. Mungkin benar kata ibunya, bahwa dia harus mulai membuka diri terhadap hal-hal baru.

Dia mengambil buku catatan kecil yang biasa dia gunakan untuk menulis dan mulai mencatat pemikirannya:

"Hari ini, aku belajar bahwa tidak semua orang sama seperti Galuh. Ada orang-orang yang benar-benar peduli dan tulus. Dan mungkin, aku harus mulai percaya lagi pada hal-hal baik dalam hidup."

Widuri tersenyum kecil sambil meletakkan pena. Hari ini terasa seperti awal yang baru, dan dia merasa siap untuk melangkah lebih jauh.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!