Mendapatkan ancaman tentang aib keluarga yang akan terkuak membuat Leon terpaksa menerima untuk menikah dengan Moira. Gadis bisu yang selama ini selalu disembunyikan oleh keluarga besarnya.
Menurut Leon alasannya menikahi Moira karna sangat mudah untuk ia kendalikan. Tanpa tahu sebenarnya karena sering bersama membuat Leon sedikit tertarik dengan Moira.
Lalu, bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka? Apakah Moira yang bisu bisa memenangkan hati Leon?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9
Pria yang telah menabrak Moira tadi tersenyum seolah mengerti dengan apa yang dikatakan. Ia berdiri tegak didepan Moira, mengelus dagunya seolah senang telah menemukan sesuatu yang sangat ia cari.
"Tidak papa, mungkin kejadian ini membuatku jadi bisa menemukan kandidat untuk bekerja di Perusahaanku." Ucap pria itu, sampai Moira mengeluarkan ekspresi bingungnya.
"Namaku, Theo. Kau masih memanggilku dengan sebutah Theo saja agar lebih terdengar akrab." Ucap pria itu memperkenalkan diri kepada Moira yang menganggukkan kepala saja.
Theo mengeluarkan sesuatu dari dompetnya, sebuah kartu nama diberikan secara langsung ditangan Moira. "Aku tidak memiliki banyak waktu untuk mengobrol lagi denganmu, tapi jika kau membutuhkan pekerjaan bisa datang ke alamat yang tertulis disana." Ujar Theo lagi, ia tersenyum manis kepada Moira.
Sampai Moira memegang erat kartu nama tersebut. "Perusahaan mu menerima anak magang bisu sepertiku?"
"Menerima, aku pemiliknya. Kebetulan Perusahaanku memerlukan penyiar berita yang bisa menerjemahkan menggunakan bahasa isyarat." Jelas Theo, ia memegang pundak Moira sebagai tanda untuk tetap semangat. "Bekerjalah mulai besok, anggap saja sebagai bentuk permintaan maaf karena telah menabrakmu tadi." Ucap pria itu, lalu pergi begitu saja meninggalkan Moira yang masih bingung.
Ntah ini sebuah keajaiban atau apa tapi tetap saja Moira merasa baru kali ini mengalami keberuntungan. Disaat ia paling membutuhkan disaat itu pula semua yang paling ia harapkan datang, bahkan mengundang dirinya. Moira menyimpan baik-baik kartu nama itu, besok harus datang kesana untuk menunjukkan keahlian diri yang memang Moira miliki.
"Syukurlah, semoga semua berjalan lancar besok.." Moira menghela napas lega, kembali ia melanjutkan perjalanannya menuju minimarket untuk membeli makanan ringan teman di rumah nanti.
Selama memilih berbagai makanan di Minimarket Moira terhenti didepan orang-orang yang bercerita tentang Leon. Moira jadi penasaran, memang wanita kalangan mana yang tidak penasaran dengan kehidupan Leon. Pria itu tampan serta kaya, hampir semua orang mengharapkan mendapatkan kedudukan sebagai istrinya.
"Dia sudah menikah, tapi pengantin wanitanya disembunyikan. Hal apa yang membuat pria itu tidak memamerkan wanita yang dicintaimu.."
"Ihh beneran, aku yakin pasti wanita itu jelek atau tidak sesuai dengan ekspetasi Leon. Hal itu yang membuat pernikahan ini disembunyikan.."
Moira jadi sakit kepala sendiri mendengar cerita orang sok tahu tentang kehidupan Leon itu. Ia menaruh cemilan dengan sedikit kasar karena rasa kesal dihati, hingga dua wanita yang membahas Leon tadi melirik kearahnya.
"Ayo pergi.." Dua wanita itu pergi karena merasa aneh dengan Moira, setidaknya Moira tidak mendengar cerita buruk tentangnya lagi.
Pandangan mata Moira menuju pasangan suami istri yang tengah berbelanja. Sangat manis dimata Moira, ia sedikit berpikir kira-kira kapan bisa seperti itu dengan sang suami. Atau tidak akan pernah melakukan hal manis seperti yang ia inginkan.
"Apa yang kau harapkan, Moira.." Moira cepat-cepat menuju kasir untuk segera pulang.
Moira menekan pin sandi pintu kediamannya bersama dengan Leon, melihat kearah luar pintu waktu sudah menunjukkan hampir malam. Moira masuk dengan menenteng kantong plastik belanja miliknya. Disaat Moira menuju ruang tamu ia terkejut melihat Leon yang sudah duduk disana. Sedang memakan kacang tapi tatapan mata tertuju pada televisi, Moira mencoba mengabaikan suaminya itu.
Suara sendal tumit Moira memenuhi ruangan yang sepi itu, seolah hanya ada suara itu diantara keheningan yang terjadi.
"Kau lupa dengan aturan yang sudah aku tetapkan di rumah ini?" Tanya Leon tapi tanpa menatap Moira sedikitpun.
Sementara Moira tengan mengeluarkan barang belanja miliknya, ia hanya menatap ke arah Leon sebentar lalu kembali fokus dengan apa yang ia lakukan.
"Kalau kau lupa aku akan mengingatkan, kau harus pulang lebih cepat dari aku." Ucap Leon dengan suara beratnya, ia berjalan menuju Moira yang masih menyusun berbagai jajanan.
"Kau tidak dengar apa yang aku katakan?" Leon terlihat mulai kesal, bahkan menarik tangan Moira hingga fokus padanya saja.
Moira melepaskan tangannya dari Leon, ia menatap lelah suaminya itu. "*Aku*.." Moira menghentikan niatnya untuk bicara bahasa isyarat, ia lupa jika Leon tidak bisa dengan bahasa isyarat tersebut. Terpaksa Moira mengambil buku ditas kecilnya, dan seperti biasa Leon terlihat sabar menunggu.
"*Aku tidak tahu kalau kau akan cepat pulang malam ini, lain kali hubungi aku jika kau akan pulang. Jadi, aku bisa mengatur waktu*.."
Leon berdecak membaca apa yang Moira tulis, menyebalkan sekali batinnya. "Apa kau memang tidak bisa bicara, apa kau benar-benar bisu?" Tanya Leon penuh curiga, ia sudah tidak bisa tetap diam dengan rasa penasaran.
Moira mencoba mengabaikan karena apa yang ditanyakan oleh Leon barusan sangat menyinggung hati kecilnya. Menata jajanan menuju lemari es, dan semua itu di perhatikan oleh Leon.
"Ayahmu itu licik, bisa jadi kau sama saja dengan dia. Atau kalian jangan-jangan merencanakan sesuatu hal untuk menghancurkan keluarga Dante?" Tanya Leon lagi, kali ini sampai membuat emosi Moira memuncak.
Dengan kekuatan penoh Moira menutup pintu lemari es, ia menuju Leon kembali.
"*kehidupan apa.. kehidupan aku saja dihancurkan Ayahku, lalu kenapa pula aku menghancurkan hidupmu. Sangat tidak berguna*!" Itulah yang Moira tuliskan dibuku.
Sampai Leon berkacak pinggang setelah membaca apa yang Moira tuliskan. "Kenapa hurufnya besar-besar seperti itu, apa kau membentakku dibalik abjad itu?" Leon menarik tangan Moira tapi cepat sekali Moira menghindar.
Moira menjulurkan lidah saja karena malas menghadapi Leon lagi, meskipun tatapan mata tajam pria itu terus menatap kepergiannya.
"Tunggu, Moira!" Leon mengejar langkah Moira yang sangat cepat, ia menarik tangan wanita tersebut lalu ia arahkan untuk duduk di sofa.
"Aku ada peraturan untukmu.."
"*Lagi*?" Tangan Moira bergerak seolah menanyakan hal itu pada Leon. Kalau dilihat dari ekspresi Moira pasti Leon mengerti apa yang dimaksud oleh gerakan tangan tersebut.
"Satu peraturan tidak kau patuhi, maka akan ada peraturan lain. Yaitu kita tidur satu kamar mulai malam ini, karna aku mau memastikan kau bisa bicara atau tidak." Jelas Leon dengan sangat tegas.
Sampai kedua bola mata Moira hampir keluar mendengar semua itu. "*Tidak bisa seperti itu, kita sudah sepakat untuk pisah kamar bukan*?"
Kedua tangan Leon bersedekap didada, ia menatap Moira sangat serius. "Aku tidak menerima penolakan, semuanya bergerak sesuai yang aku inginkan." Kata Leon, ia berlalu pergi begitu saja meninggalkan Moira yang terbengong.
"Rika, segera bawa semua pakaian Moira menuju kamarku. Jika dia tidak mau satu kamar denganku, maka patahkan saja tangannya itu!" Perintah Leon, suaranya menggeledah di seluruh ruangan yang sepi.