Awalnya Elodie adalah ibu rumah tangga biasa. Istri yang penurut dan ibu yang penuh kasih. Namun sebuah kecelakaan mengubah segalanya.
Sikap dan Perilaku wanita itu berubah 180 derajat. Melupakan segala cinta untuk sang suami dan putra semata wayangnya. Mulai membangkang, berperilaku sesuka hati seingatnya di saat 19 tahun. Namun justru itu memberi warna baru, membuat Grayson menyadari betapa penting istri yang diremehkannya selama ini.
"Mommy."
"Nak, aku bukan mommy kamu."
"Elodie Estelle."
"Grayson Grassel, ayo kita bercerai!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Elodie berdecak kesal saat keluar restoran sudah berdiri seorang pria menyebalkan. Wanita itu sengaja bersikap seakan tidak melihatnya dan berjalan pergi.
"Elodie, Cedric." Gray mengikuti langkah dua orang kesayangannya dengan kaki lebarnya. Pria itu berhasil mengejar dan menghadang di depan.
Elodie memutar matanya malas, sementara Cedric diam-diam tertawa mengejek. Gray yang menyadarinya memandang anak itu tajam.
"Anak durhaka." Pria itu seolah-olah berkata langsung lewat tatapannya. Membuat Cedric menaik-turunkan alisnya mengejek.
"Kamu ngapain sih gangguin kami terus?" Elodie bertanya dengan alis berkerut.
"Bukan mengganggu. Aku sedang berusaha."
"Berusaha apa? Bagaimana pun usaha kamu, aku tidak akan menerima suami egois seperti kamu lagi. Lebih baik kamu pulang dan biarkan sisa 38 hari ini lewat dengan tenang!"
"Kau." Gray menggeram, pria itu menahan rasa nyeri di perutnya yang timbul lagi tiba-tiba.
"A-ku akan beru-bah," balas pria itu dengan suara menekan. Ia berdiri tegang demi menahan rasa nyeri agar tidak disadari wanita di depannya.
Sementara Elodie yang benar-benar tidak sadar tertawa mengejek. Wanita itu tentu tidak percaya Gray yang arogan bisa semudah itu berubah. Ia tidak mau jatuh ke dalam sungai yang sama berulang kali.
"Kamu mau berubah? Lebih baik kamu bicara sama batu. Setidaknya dia akan diam mendengar semua bualanmu itu." Setelah mengatakan itu, Elodie berjalan pergi.
Namun setelah beberapa langkah ia berhenti dan tanpa menoleh berkata lagi. "Oh iya, aku tahu mobilmu itu mobil mahal. Tapi tidak parkir liar juga setiap hari di depan restoranku."
Elodie kembali melanjutkan langkahnya, masuk ke dalam taksi online yang ia pesan. Ibu dan anak itu meninggalkan Gray yang mengepal tangannya dengan erat dan berkeringat dingin.
Bruk.
Asisten Al langsung berlari keluar mobil. Pria itu memapah sang tuan yang sepertinya begitu kesakitan. Tanpa bertanya ia mengambil inisiatif sendiri. Membawa Gray ke rumah sakit terdekat untuk mendapat pengobatan.
Freya yang masih memantau dari dalam mobil bergerak cepat mengikuti dari belakang. Wanita itu mengernyit saat asisten Al menghentikan mobil di sebuah rumah sakit kecil yang tentunya tidak mewah sama sekali.
"Ngapain mereka kesini?" gumam gadis itu segera memarkirkan mobil.
Sementara di sisi lain, asisten Al kesulitan untuk membawa Gray yang ngeyel.
"Kau ngapain bawa aku ke sini? Aku tidak papa. Tidak perlu ke dokter." Pria itu berkata dengan tegas meski suaranya terdengar lemah.
"Jangan keras kepala, Tuan. Anda butuh pengobatan sebelum semakin parah."
Gray menggeram, ia sungguh benci dengan bau obat-obatan. Karena itu ia jarang mengunjungi Elodie yang koma dulu.
"Tidak! Bawa aku pulang atau kau ku pecat!"
Asisten Al berdecak, baru kali ini ia berani menunjukkan rasa kesalnya terang-terangan di depan sang tuan. "Anda butuh kesehatan untuk mengejar nyonya lagi, Tuan. Kalau seperti ini bukan hanya kehilangan nyonya Elodie dan tuan muda Cedric, bahkan nyawa Anda pun bisa ikut hilang."
"Kau!" Gray kesal, namun perkataan asisten Al sepertinya berhasil karena ia tak menolak lagi dipapah sang asisten.
"Anda berat sekali, Tuan!" sungut asisten Al membuat Gray yang menahan sakit itu masih sempat mendelik.
"Tolong bantu!" pekik asisten Al saat melihat seorang satpam yang baru keluar dari pintu. Satpam itu bergerak cepat, masuk kembali untuk mengambil kursi roda.
"Kak Gray? Kamu kenapa?" Asisten Al menghela napas kesal saat mendengar suara yang dilembut-lembutkan itu. Ia tentu tahu pasti suara milik siapa itu. Pria itu begitu malas melihat Freya yang sudah berjalan cepat mengikuti satpam yang mendorong Gray.
"Kok dia bisa di sini sih? Tambah kerepotanku saja."
Ia mengambil ponsel, menekan kontak oma Rosea agar wanita itu saja yang menghadapinya.
"Kak Gray. Kamu sakit apa? Kenapa tidak memberitahuku. Aku kan bisa membantu merawatmu." Freya terus mendampingi Gray sampai dipindahkan ke atas ranjang oleh perawat. Wanita itu tidak bisa diam hingga dokter yang ingin memeriksa menegurnya.
"Nona, harap menunggu di tempat lain! Anda menghalangi kami untuk mengambil tindakan."
Wanita itu mundur dengan enggan. Ia kesal juga malu, untung saja ia memakai masker dan topi sehingga tidak dikenali.
Sementara asisten Al yang berdiri tidak jauh dari sana tertawa mengejek. Menurutnya Freya memang pantas dimarahi.
Hingga tiga puluh menit berlalu. Gray telah tertidur setelah disuntikkan obat pereda nyeri. Pria itu tampak lemah terbaring di ranjang rumah sakit dengan infus di tangannya.
"Nona, lebih baik Anda pulang saja! Hari sudah tengah malam dan tidak baik bagi Anda masih berkeliaran di luar."
Freya mendengus, wanita yang duduk di samping Gray sembari menggenggam tangannya itu tentu menolak keras. "Berkeliaran apa? Dari tadi aku duduk di sini dan merawat kakak Gray."
Asisten Al memutar bola matanya malas. Apa yang merawat? Yang dilakukan wanita itu hanya bertanya sakit apa? Kenapa? Lalu berucap omong kosong yang membuat dokter dan perawat kesal setengah mati.
"Di mana bocah tidak berguna itu?" Terdengar suara cempreng yang membuat asisten Al menoleh. Ia memandang tidak enak pada pasien lain di ruang UGD ini yang pastinya merasa terganggu.
Pria itu langsung menghampiri oma Rosea dan membawa jalan. "Oma, jangan berbicara dengan keras seperti itu. Yang lain akan merasa terganggu."
Oma Rosea melihat beberapa pasien yang menatap padanya. Ia berdehem, lalu mengikuti arahan asisten Al.
Kedua mata wanita itu menyipit saat melihat seorang wanita muda yang duduk di samping brankar sang cucu.
"Dia cucu menantuku, kah?" tanya oma Rosea pada asisten Al yang langsung menggeleng.
Freya yang mengenali oma Rosea langsung berdiri menyambutnya. Wanita itu memberikan senyum terbaik meski tertutup masker.
"Lalu siapa? Oh, wanita tidak tahu diri yang selalu menempel pada cucuku?"
Asisten Al menahan tawa saat melihat kedua mata Freya yang melotot. Sementara oma Rosea sama sekali tidak merasa apa yang ia katakan salah.
"Oma, aku bukan ...."
"Untuk apa orang asing seperti kau ada di sini? Lebih baik kau keluar sebelum aku meminta satpam mengusirmu!"
Freya kembali melotot tidak terima. "Oma, kenapa kamu mengusirku? Aku yang menjaga kak Gray sedari tadi."
Wanita itu melepas masker yang ia kenakan, tampak wajahnya yang sedih dengan kedua mata berkaca-kaca.
"Cih, kau memang cocok jadi artis."
"Oma, aku ...."
"Mohon maaf, harap menjaga ketenangan di dalam ruangan. Jika kalian ingin bertengkar, lebih baik di luar saja!" Seorang perawat datang setelah mendengar keributan yang makin lama terasa semakin panas itu.
"Saya tidak mau mengobrol dengan orang asing sepertinya. Lebih baik dia yang kalian usir dari sini." Oma Rosea berkata dengan acuh tak acuh.
Perawat itu menatap Freya, wanita yang memang sudah heboh sejak datang tadi. Ia mengulurkan tangan ke arah pintu, seakan meminta Freya untuk keluar dari sana.
"Hem!" Freya menghentakkan kaki kesal dan pergi dari sana. Tak lupa ia memakai masker lagi karena tidak ingin dikenali.
"Datang tak diundang, pulang diusir." Asisten Al bergumam sembari tertawa kecil.
Sementara Freya yang sudah masuk ke dalam mobilnya berteriak dengan kesal. "Berani-beraninya nenek tua peot itu mempermalukanku!"
"Arghhh."
Ia mengambil ponsel, menghubungi sang manajer yang langsung tersambung.
"Halo, Freya. Kau dari mana saja?" tanya suara di seberang sana dengan kesal.
Namun Freya tak menghiraukan. Wanita itu justru bertanya hal lain. "Cassandra Angela, kau mengenalnya kan?"
"Influencer itu? Tentu, kenapa kau menanyakannya?"
"Buat jadwal ketemu dengannya. Aku ingin menawarkan pekerjaan bagus."
.
.
.
bnarkah glenca udah mninggal??
sengaja mengumpankan si Freya selengkinya bapaknya