Pelatihan SIG atau Sistem Informasi Geografi yang di lakukan Amira bersama teman-teman sebagai kegiatan dalam semester 3, siapa sangka akan mempertemukan Amira dengan seorang pria yang akan menjadi tambatan hatinya. Sang asisten Dosen pelatih yang awalnya Amira kira sangat menyebalkan namun dengan cara ajaib bisa meluluhkan hatinya, membuatnya jatuh cinta dan menerima kehadiran pria itu sebagai pemiliki hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EIGHTEEN
Aku mengarahkan flash handphone yang aku gunakan sebagai penerangan sepanjang jalan ke arah motor ku, memastikan apa benar itu motor ku atau bukan. Aku mengangguk, baru saja hendak melepas genggaman tangan saat ku lihat ban motor ku yang kempes. Saat datang tadi baik-baik saja.
"Kenapa Mi? " aku menatap Mas Fahmi bingung.
"Ban nya kempes Mas. " Mas Fahmi mengikuti arah tunjuk ku. Setelahnya samar kulihat dia mengangguk.
"Ya sudah, kita balik lagi ke mobil"
"Motor saya? " potong ku tanpa ragu.
"Saya antar kamu ke mobil, nanti saya ke sini lagi buat bawa motor kamu ke bengkel" aku menimang ragu, apa itu tidak terlalu merepotkan?
"Udah ayo" Mas Fahmi mengajak ku kembali. Walau sukar aku akhirnya mengikuti. Kembali berjalan menuju mobilnya.
Tepat pada pertengahan antara tempat parkir mobil dan motor, pandangan ku yang menatap sekeliling terhenti pada seseorang yang berjalan turun dari undakan pintu gedung seminar. Aku yang sudah paranoid sejak awal refleks memeluk lengan Mas Fahmi yang sejak tadi memang menggenggam tangan ku.
"Mas.. " cicit ku, menyembunyikan wajah takut pada lenganya.
"Kenapa Mi? "
"Itu Mas... Oh syukur itu Anita!" tunjukku merasa lega saat menatap Anita lebih teliti, ku kira siapa tadi.
Mas Fahmi yang mendengar aku berkata seketika menunduk menatap ku tanya.
"Anita.. Ketua panitia itu? " aku mengangguk, merasa hanya Anita itu yang berkenalan dengan ku juga panitia yang aku ketahui namanya.
Mas Fahmi hanya diam, setelahnya ku rasakan dia mulai melangkah lebih cepat memaksa ku secara tanpa sadar untuk ikut juga.
"Anita! " dia menoleh, menatap ke arah Mas Fahmi yang memanggilnya dengan senyum cerah, sebelum berganti masam saat melihat ke arah tangan Mas Fahmi yang masih aku peluk.
Sadar kemana arah tatapan Anita, aku segera melepaskan pelukan ku juga dengan genggaman tangan kami.
Tapi hanya sesaat karena Mas Fahmi kembali menarik tangan ku ke tempat semula, memeluk lengannya.
"Saya mau mengembalikan ini" ku lihat Anita mengulurkan tangan menerima gantungan kunci yang Mas Fahmi ulurkan. Bukankah itu yang Anita berikan pada ku?
"Karena Amira bukan adik saya" jelas Mas Fahmi dengan kecupan yang dia tinggalkan di rambut ku. Membuat tanpa sadar, aku memejamkan mata.
"Tapi saya suka sama Pak Fahmi! " akunya yang buat ku terkejut, lain dengan Mas Fahmi yang ku lihat nampak biasa saja.
"Maaf, saya tidak merasakan rasa yang sama"
Anita diam sebentar sebelum di susul dengan lemparan gantungan kunci ke arah kami dan berlari nya wanita itu keluar meninggalkan area gedung seminar.
Aku yang merasa tidak enak sepanjang langkah menuju mobil hanya diam, menunduk sendu.
Tepat setelah Mas Fahmi membukakan pintu dan aku duduk di dalam dan melapaskan tangannya Mas Fahmi mengusap rambut ku memaksa aku untuk menatapnya.
"Kenapa Mi? Kok sendu gitu mukanya?" aku diam, bingung juga ragu untuk menjawab.
"Ya udah kalo kamu gak mau jawab saya tinggal sebentar buat nganter motor kamu ke bengkel terus kita pulang ya?" perasaan takut kembali datang. Aku menatap Mas Fahmi menimang.
"Mas gimana kalo aku ikut nganter motornya ke bengkel? Aku takut sendirian... " dia mengulas senyum, sedikit mengurangi takut ku dengan usapan lembut.
"Gak usah Mi, lagian bengkel nya juga gak jauh. Saya janji cuma sebentar" dia memberi janji, juga memaksa henti alasan lain yang hendak aku ucapkan dengan menutup pintu mobil. Membiarkan aku di dalam mobil sedang dirinya kembali ke parkiran motor di tengah gelap tanpa penerangan.