NovelToon NovelToon
Between Our Heart

Between Our Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Anfi

Ashana Keyra Zerrin dan Kafka Acacio Narendra adalah teman masa kecil, namun Ashana tiba-tiba tidak menepati janjinya untuk datang ke ulang tahun Kafka. Sejak saat itu Kafka memutuskan untuk melupakan Asha.

Kemana sebenarnya Asha? Bagaimana jika mereka bertemu kembali?

Asha, bukankah sudah kukatakan jangan kesini lagi. Kamu selalu bertindak sesuka hati tanpa memikirkan orang lain. Aku butuh privasi, tidak selamanya apa yang kamu mau harus dituruti.” Ucapakan Kafka membuat Asha bingung, pasalnya tujuannya kali ini ke Stanford benar-benar bukan sengaja menemui Kafka.

“Tapi kak, Asha ke sini bukan sengaja mau menemui kak Kafka. Asha ada urusan penting mau ke …” belum selesai Asha bicara namun Kafka sudah lebih dulu memotong.

“Asha, aku butuh waktu untuk menerima semua ini. Walaupun untuk saat ini sebenarnya tidak ada kamu dalam rencanaku, semua terjadi begitu cepat tanpa aku bisa berkata tidak.” Asha semakin tidak mengerti dengan yang diucapkan Kafka.

“Maksud kak Kafka apa? Sha tidak

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 8. Awal mula benci

Flasback on

"Bunda .. bunda," Seorang gadis remaja berusia sepuluh tahunan nampak keluar dari balik pintu mobil, memanggil-manggil bundanya yang saat itu sedang menggendong bayi.

"Sayang jangan lari nanti jatuh," dia terus berlari menuju bunda nya sampai tak sadar kalau ada orang lain yang sedang berjalan di depannya dia tubruk.

"Bruk .. Sshh sakit," Keduanya mengerang kesakitan dalam posisi sama-sama jatuh membentur tanah bebatuan di teras depan rumah.

Sementara dua orang lelaki dewasa yang berdiri tak jauh dari sana nampak berlari menghampiri dua anak yang terjatuh tadi. Mereka adalah Althan Malvin Zerrano pemilik perusaan IT yang cukup terkenal sementara istrinya adalah seorang designer dengan butik yang tersebar tidak hanya di dalam negeri tapi juga luar negeri dan Keenan Malik Alkafi pemilik hotel Bintang lima juga beberapa restoran yang ada di dalam maupun luar negri. Sementara dua wanita dewasa lainnya memilih untuk tetap diam ditempatnya sambil tersenyum, dia adalah Orin Humaira Zekai yang tak lain adalah istri dari Althan Mavin Zerrano yang lebih akrab di sapa Malvin dan satu lagi adalah Mutiara Anaya Rabela istri dari Keenan Malik Alkafi.

"Ada yang sakit sayang?" Malvin berjongkok memastikan salah satu putri kesayangannya itu baik-baik saja.

"Sakit ayah," Dengan mata berkaca-kaca menunjukkan lecet dilutut dan telapak tangannya yang dibalas dengan sentuhan lembut dari sang ayah untuk dibersihkannya luka dengan tisu basah.

Sementara seorang anak laki-laki yang usianya satu tahun lebih tua darinya itu sedang sibuk membersihkan tanah yang menempel pada celana jins dan kaos yang dia kenakan. Sedikit lecet pada pelipis dan dahi karena jatuh tersungkur, namun tak membuatnya gentar atau menangis. Keenan sang ayah membantu anak laki-lakinya itu berdiri.

"Kafka ok?" tanya sang ayah yang melihat pelipis dan dahi putra pertamanya itu sedikit lecet.

Sambil tersenyum dia menjawab ayahnya. "Ok ayah, kakak kan laki-laki jadi tidak boleh cengeng" Malvin dan Keenan terkekeh mendengar ucapannya.

Mereka semua sudah berada di ruang tamu rumah keluarga Keenan, saling melepaskan rindu satu sama lain karena sudah lama tidak bertemu. Malvin dan keluarga baru saja sampai di Jakarta setelah bertahun-tahun menetap di Singapur. Mulai hari ini Malvin dan keluarganya akan tinggal di Jakarta untuk mengurusi perusahaan yang ada di sini.

Malvin dan Keenan sudah bersahabat dari semenjak SMP, mereka terpisah jarak sejak Malvin harus ke Singapura untuk meneruskan perusahaan milik orang tuanya. Sementara Keenan mengembangkan perusahaan yang ada di Indonesia miliknya, sesekali dia keluar negeri untuk mengunjungi perusahaan dan restoran milik keluarganya yang di pegang orang-orang keercayaannya.

Mereka saling memperkenalkan anggota keluarga mereka, Maira dan Tiara tentu sudah saling mengenal satu sama lain karena suami mereka yang bersahabat. Bahkan mereka berdua juga menjadi lebih dekat, saling berkirim kabar satu sama lain. Saat ini masing-masing sudah punya putra dan putri yang cantik, Malvin Maira memiliki dua putri cantik dan satu putra bungsunya yang masih bayi. Sementara Keenan Tiara dikaruniai dua putra yang tampan.

'Kakak itu apa?" gadis cantik dengan setelan casualnya terlihat tertarik dengan aktivitas Kafka, namun yang ditanya hanya diam masih sedikit kesal setelah insiden di teras depan tadi. Keenan yang mengetahui hal itu mendekati keduanya.

"Kak Kafka sini dulu," Kafka menghentikan aktivitasnya dan berjalan menuju ayahnya.

Kafka mendekat pada ayahnya diikuti Asha yang mengekorinya dari belakang. Asha yang merasa dicueki memilih mendekat pada Malvin dan memeluk tangan sang ayah. "Sayang tadi sudah minta maaf belum sama kakaknya?" Malvin mengusap lembut kepala putri pertamanya itu yang diikuti gelengan kepala dari Asha.

"Sayang minta maaf dulu sama kakaknya ya, tadi Asha nabrak kak Kafka sampai jatuh dan lecet kan?" Maira yang awalnya fokus pada Rion dan Cia mengalihkan pandangan pada putri pertamanya.

Asha yang tampak berkaca-kaca mendekat menuju Kafka, ketika kedua orang tuanya sudah bersuara berarti dia harus melakukannya. Asha mengulurkan tangannya sambil meminta maaf "Kakak maafin Asha tadi sudah nabrak kakak."

"Iya, aku maafin." Kafka membalas uluran tangan Asha. Seketika suasana di ruang tengah itu menjadi menghangat dengan gelak tawa dari anak-anak yang mulai akrab sedang bermain.

Semua berawal dari sini, jarak usia Kafka dan Asha hanya satu tahun. Mereka berada disekolah yang sama, saat itu Asha berada di kelas 5 SD sedangkan Kafka kelas 6 SD. Mereka selalu pulang bersama, terkadang Asha yang ikut mobil jemputan keluarga Kafka atau sebaliknya. Sampai suatu hari Asha tidak bisa menepati janjinya pada Kafka.

"Bunda ... bunda." Asha berlari menuju kamar bundanya yang sedang menyusui Rion.

"Kakak no .. no .. tidak boleh lari-lari di dalam rumah kata bunda," Protes Cia yang masih berusia 5 tahun itu ketika melihat kakaknya lari dengan antusias.

"Kakak bunda selalu bilang apa kalau pulang sekolah?" Dengan lembut Maira berusaha mengingatkan putrinya.

Asha menepuk jidatnya "Ganti baju dan bersih-bersih dulu bun." Dia berbalik menuju kamarnya untuk ganti baju cuci tangan dan kaki sebelum akhirnya tetap dengan antusias berlari menuju bunda Maira.

Dengan antusias Asha bercerita pada Maira tentang hari-harinya di sekolah, tentunya selalu tak luput dari ceritanya adalah tentang Kafka. Kafka yang minggu depan akan ulang tahun yang ke dua belas dan akan ada perayaan sederhana di rumah Kafka.

"Bunda kakak boleh beli kado kan buat kak Kafka?" Dengan mata memohon dia mencoba merayu bundanya.

"Memang kakak punya uang?" Asha memang dari keluarga yang cukup berada, tapi sedari kecil Malvin dan Maira mengajarkan padanya bahwa untuk mendapatkan sesuatu harus ada kerja keras.

Asha nampak berpikir, "Asha punya Tabungan bun, boleh asha pakai untuk beli kadonya kak Kafka?" Masih dengan mata merayu pada bundanya.

Setelah mendapat ijin dari bundanya dengan diantar pak Maman dan ditemani bi Ana juga Cia mereka berangkat ke PIM membeli kado untuk Kafka. Dengan di bantu bi Ana akhirnya mereka sudah dapat kado yang diinginkan, sweater berwarna biru langit untuk Kafka.

Hari yang di tunggu tiba, karena ayah Malvin ada meeting yang tidak dapat di tinggal saat itu jadinya Asha hanya pergi bersama bunda beserta kedua adiknya. Mereka mampir dulu ke toko kue membeli tart kesukaan Kafka, Asha sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Kafka. Siapapun yang melihat binar mata Asha saat itu pasti akan terpesona, anak perempuan yang bulan depan berusia 11 tahun itu mulai beranjak remaja. Tentu saja siapa yang tidak akan terpesona melihat binar mata indah yang mewarisi darah campuran sang ayah Indo-China-Turki sedangkan sang bunda yang mewarisi darah campuran Indo-China.

Maira sedang fokus berada dalam toko bersama Rion memilih tart yang akan dibeli, pak Maman saat itu sedang ketoilet saat Cia dan Asha bercanda diluar toko kue sambil memainkan bola mainan punya Rion. Asha tidak bisa menangkap bola yang dilempar Cia, bola tersebut menggelinding kearah jalan raya. Tanpa di duga saat Asha mengambilnya ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi dari arah belakang tidak dapat mengendalikan setirnya sehingga oling kekiri.

Pengendara mobil berusaha menghentikan laju mobilnya dengan membanting setirnya kekanan, namun tepat dikanan ada Asha yang sedang mengambil bola. Dalam sepersekian detik tubuh kecil Asha terpelanting, pak Maman yang baru kembali dari toilet berteriak dan mendekat pada Asha seketika memeluk tubuh gadis kecil itu yang sudah berlumuran darah.

Maira yang melihat kondisi putrinya tergugu lemas tak berdaya dengan Rion yang masih dalam gendongannya, beruntung ada pengunjung yang memapahnya. Cia menangis sekencang-kencangnya melihat kakaknya tak lagi bergerak.

Malvin langsung meninggalkan ruang meeting begitu mendapatkan kabar tentang putrinya. Ditebasnya macet jalanan Jakarta dengan kecepatan penuh tanpa perduli keselamatan, dia hanya ingin segera sampai di rumah sakit. Memastikan putri pertamanya baik-baik saja.

Kafka dengan gelisah menanti Asha yang tak kunjung datang, Asha sudah janji padanya akan datang karena itu dia tidak boleh meniup lilin tanpa Asha.

"Kak Kafka, tiup lilin dulu yuk. Kasian teman-temannya sudah nunggu lama," Tiara menghampiri Kafka yang berada di depan pintu menunggu kedatangan Asha.

"Tapi kakak mau nungguin Asha dulu ma, dia bilang aku gak boleh tiup lilin sebelum Asha datang." Tiara mengusap lembut punggung putranya, selama satu tahun ini memang mereka berdua sangat dekat.

"Mama telpon tante Maira dulu ya, siapa tahu mereka terkena macet," Tiara menghubungi Maira berkali-kali, tapi nomornya tidak aktif. Tiara yang sudah kehilangan akal meminta Keenan suaminya untuk membujuk Kafka.

Akhirnya Kafka meniup lilin dan acara berlangsung dengan lancar meskipun Kafka masih tampak melihat terus kearah pintu berharap Asha akan datang. Namun sampai malam tiba Asha tidak datang ke rumah Kafka, Tiara masih berusaha menghubungi Maira. Begitu juga Keenan berusaha menghubungi Malvin, tapi nihil semua nomor mereka tidak aktif. Kafka terlihat kecewa karena Asha yang mengingkari janjinya pada Kafka.

Sementara di tempat lain Malvin sudah sampai di rumah sakit, Cia dan Rion saat ini sudah dibawa pulang bi Ana dan asistennya yang lain karena mereka tidak boleh ada di rumah sakit. Malvin yang melihat darah di baju pak Maman menjadi sangat khawatir dengan keadaan Asha. Dilihatnya Maira yang berdiri dengan bersandar pada tembok rumah sakit, dengan penuh derai air mata menatap nanar para dokter dan perawat yang sedang menangani putri mereka.

Dipeluknya istri tercintanya itu dengan erat, berusaha menenangkan meskipun Malvin sendiri sama hancurnya melihat putrinya terbaring tak sadarkan diri. Tapi dia adalah kepala keluarga yang harus tetap kuat apapun yang terjadi. Dokter menghampiri mereka berdua dengan ekspresi yang tak dapat digambarkan saat itu.

"Mohon maaf pak, terdapat luka di kepala dan juga cidera parah pada kaki kanan putri bapak." Maira meremat kemeja Malvin semakin kencang, menenggelamkan wajahnya pada dada suaminya itu agar isak tangisnya tak terlalu terdengar. Sementara Malvin tetap berusaha tegar mendengarkan yang dokter katakan.

Asha harus segera menjalani tindakan operasi untuk menyelamatkan nyawanya, dokterpun tidak bisa menjanjikan keselamatan Asha karena kondisinya. Malvin memutuskan membawa Asha ke SGH berharap putrinya mendapat penanganan terbaik. Semua prosedur pemindahan mulai di siapkannya dengan cepat, bahkan tak sempat dia mengabari Keenan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!