Menikah politik dengan seorang Kaisar yang sangat bejat, membuat sosok Mattias Glory Lattish memutuskan untuk mengkudeta suaminya sendiri dan membebaskan rakyat dari kemiskinan yang mengakibatkan mereka putus asa di setiap hembusan nafas mereka.
Namun semuanya tak seperti yang dibayangkan Glory, tak semudah kata yang diucapkan. Semuanya sungguh sulit, karena kuasa Kaisar yang bersifat mutlak, membuat Glory harus melihat bagaimana darah mengalir tanpa henti dari orang-orang yang membelanya.
Berbagai percobaan pembunuhan dan siksaan berat terus dilalui Glory, membuat semangatnya terkadang luntur dan ingin menyerah. Bahkan membuat tekadnya yang berkobar melemah, dan menjadikannya sebagai sosok Permaisuri yang hancur.
Namun sebuah kabar menggetarkan Kekaisaran, saat sang Kakak Kaisar yang merupakan 'takdir Riyue' kembali dari wilayah Utara Kekaisaran. Akankah rencana Glory berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Bunga Aster
Setelah para pelayan pulang kampung, keesokan harinya Luella datang ke Istana Glory. Wanita itu tampak begitu terpesona melihat keindahan taman di bagian depan Istana tersebut.
“Anda ini siapa?” Tanya Aslan yang tengah mengambil kelopak bunga diare dengan sangat hati-hati.
“Saya memiliki janji dengan Permaisuri,” Ucapnya dengan senyuman manis, Aslan menatap wanita itu dan mengatakan oh saja.
Luella yang masih bingung dengan tukang kebun tersebut datang ke depan pintu Istana Glory dan melihat adanya Nana yang tengah tertawa bersama Glory sembari belajar menyulam.
“Hai Luella, anda sudah datang!” Glory mengangkat tangannya dengan semangat, Nana mengangguk mempersilahkan Tuannya untuk berbincang.
“Di taman rasanya cukup menenangkan, ayo minum teh disana! Tukang kebun juga membuat gazebo kecil di sana.” Ajak Glory, Luella terdiam mendengar kata-kata asing dari mulut Glory.
Mereka berjalan menuju taman dan mendapati Aslan yang menjemur kelopak bunga yang baru saja dia petik, Luella sejenak memperhatikan Aslan dengan sudut matanya.
“Mengapa?” Tanya Glory yang merasa aneh dengan tingkah Luella.
“Em, Ah-ya, tidak apa-apa.” Jawab Luella, tampak sekali dari wajahnya bila Luella sedang gugup.
“Tidak apa-apa? Sungguh?” Tanya lagi Glory yang merasa penasaran dengan apa yang terjadi pada Selir Kaisar itu.
“Em,” Luella mengangguk dan kembali mengikat langkah Glory menuju sebuah gazebo, tak ada kursi disana hanya ada meja pendek.
Glory menyeduh air teh dihadapan Luella dengan hati-hati, dan menyajikannya dengan cukup berkelas. Namun Luella tampak kebingungan untuk duduk, karena dia menggunakan gaun, korset, dan penyangga rok yang tidak memungkin untuk dirinya duduk.
“Sulit ya?” Tanya Glory, dia mem bunyikan loncengnya dan Nana datang menghadap Glory dengan cepat.
“Saya menghadap anda Yang Mulia Permaisuri.” Ucap Nana menunduk dengan sopan, namun tidak bersujud seperti yang dilakukan oleh Pelayan lainnya.
“Tidak sopan sekali!” Gertak Luella, Glory menggelengkan kepalanya.
“Ehem, begini Luella. Aku tak terbiasa bila harus melihat seorang Pelayan bersujud saat dipanggil, oleh karena itu aku membuat peraturan khusus di Istana ini. Nana tidak salah, aku yang membuat aturan itu.” Glory berusaha meluruskan kesalahpahaman yang ada.
“B-begitu ya,” Gumam Luella, pantaslah tukang kebun itu sebelumnya tidak menunduk pada Luella dan bersikap dingin seolah tak peduli.
“Nana, tolong antarkan Luella untuk mengganti pakaiannya.” Ucap Glory mempersilahkan Luella untuk mengikuti Nana, Luella mengangguk dan mengikuti Nana dari belakang. Padahal dalam adat Kekaisaran Riyue, orang yang memiliki status lebih tinggi tidak boleh berjalan di belakang.
“Tampaknya Permaisuri adalah orang yang sangat baik ya?” Tanya Luella pada Nana.
“Benar, beliau sangat baik.” Jawab Nana jujur, dia mempersilahkan Luella untuk memasuki sebuah kamar dan dengan sangat cekatan Nana menyiapkan sebuah gaun yang nyaman untuk Luella.
“Apa saya tidak apa-apa menggunakan gaun seperti ini?” Gumam Luella, Gaun itu sangat nyaman digunakan, tanpa harus menggunakan korset dan penyangga rok. Setelah mengenakan gaun nyaman itu, Luella bahkan dapat bernafas dengan sangat nyaman.
“Anda sangat cantik Nyonya, mari saya bantu anda memperbaiki riasan.” Tambah Nana, dia menghias rambut Luella yang berwana pirang itu dengan Tiara kecil yang menawan.
Luella sampai terkesima melihat pantulan dirinya sendiri di depan cermin, sosok cantik yang sangat anggun dan indah. Luella menatap Nana dan tersenyum lembut.
“Terimakasih banyak, namamu Nana bukan?” Tanya Luella dengan senyuman hangat dan sangat berterimakasih pada Nana.
“Sama-sama Nyonya, saya melakukan ini atas perintah Yang Mulia Permaisuri.” Ucap Nana tulus, Luella terkekeh dan kemudian keluar dari ruangan tersebut.
Sebuah gaun cantik dengan rok dibawah lutut, namun memperlihatkan betisnya yang cantik. Hiasan Tiara di sekitar leher dan pinggangnya membuat gaun itu terlihat amat berkelas.
“Anda cantik sekali, Luella.” Glory tersenyum puas saat Luella sudah kembali ke taman dengan senyumannya yang indah.
“Terimakasih Yang Mulia, sebentar lagi musim gugur dan puncak pergaulan sosialita akan dimulai. Apakah anda tidak tertarik untuk bergabung?” Tanya Luella, Glory sejenak berpikir. Itu adalah kesempatan yang cukup bagus, Namun Glory tetap harus mempertimbangkan banyak hal terlebih dahulu.
Saat ini Glory belum memiliki kekuatan sama sekali, dia masih terlalu asing bagi para Bangsawan Riyue. Glory menatap Aslan yang juga memperhatikannya, terlihat gelengan kepala dari Aslan seolah meyakinkan.
“Sangat menarik, namun sayangnya aku masih menyesuaikan diri. Dapatkan anda menceritakan bagaimana pergaulan kelas atas disisi, sebagai bentuk pembelajaran untuk saya Luella?” Tanya Glory, tangannya mempersilahkan Luella untuk duduk dengan nyaman.
“Pergaulan kelas atas di sini meliputi banyak aspek, dari mulai politik atas kepentingan seseorang, bahkan sampai perjodohan masal yang sering dilakukan oleh para Mak comblang.” Jelas Luella, dia juga mulai menjelaskan beberapa pesta yang biasanya dilakukan oleh Kekaisaran Riyue.
“Sampai ada perjodohan segala,” Kekeh Glory, karena di Lattish jelas tak ada yang seperti itu.
“Tentu saja, disini wanita tercipta sebagai barang dagangan. Semakin cantik, maka akan semakin berharga.” Ucap Luella menunduk pasrah, karena dia pun pernah merasakan masa-masa itu.
“Tak manusiawi sekali,” Komentar Glory yang sudah tak habis pikir.
“Bahkan Putri Amarta tak luput dari perdagangan tersebut,” Gumam Luella, wanita yang sekelas Amarta yang merupakan adik Kaisar saja harus berada dalam pasar pernikahan seperti itu, apalagi Bangsawan biasa seperti mereka.
“Amarta? Dia cukup hebat dan tangkas. Bukankah mimpinya untuk menjadi seorang pemimpin pasukan Ksatria?” Tanya Glory mengingat-ingat tentang kejadian masa kecilnya di Akademi Kekaisaran Lattish.
“Benar, namun Kaisar menentang hal tersebut. Akibat Kekaisaran tengah terpuruk kala itu, alhasil beliau memilih pergi dan menikah politik dengan seorang Pangeran.” Glory mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.
“Apa anda juga memiliki mimpi?” Tanya Glory pada Luella yang tampak tak memiliki harapan itu.
“Tentu saja, namun saya tak berani bermimpi lagi. Sudah cukup saya memiliki keinginan, namun semuanya akan menjadi angan saat harapan dipatahkan bahkan sebelum perjuangan dilakukan.” Glory terkekeh mendengarnya, memang benar Luella tampaknya hanya seorang gadis yang tengah patah semangat saat dijodohkan dengan sang Kaisar.
“Lalu apa mimpi anda dulu?” Glory menjadi semakin penasaran, hampir seluruh mimpi Glory terwujud kecuali mimpi pernikahannya.
“Saya ingin melihat bunga Aster,” Jawab Luella, bunga Aster adalah bunga langka yang hanya tumbuh di bawah suhu beku. Bahkan akan sangat sulit menemukan bunga itu, meski berjalan di Utara sepanjang musim dingin.
“Kenapa harus bunga Aster?” Masih banyak bunga yang lebih cantik dari bunga Aster, hanya orang-orang yang cari mati saja yang akan mencari bunga seperti itu.
“Bunga Aster adalah bunga cinta, bilamana sepasang kekasih saling bersumpah dengan bunga Aster sebagai saksinya. Maka mereka akan bersama sepanjang hidup mereka.” Ucap Luella menjelaskan, Glory tahu mengenai dongeng semacam itu.
“Itu hanya legenda saja, sampai saat ini bahkan tak pernah ada orang yang benar-benar melihat bunga Aster.” Ucap Glory mengangkat bahunya, Aslan yang mendengarnya terkekeh.
“Saya pernah melihatnya,” Ucap Aslan dengan yakin, Glory membelalakkan matanya dan menatap Aslan dengan tajam.
kami masih menunggu kelanjutan ceritanya. semangat ya 💪💪🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
kami tunggu updatenya
semangat