Tidak ada manusia yang bisa menebak takdirnya sendiri termasuk Gibela, seorang gadis biasa di takdirkan menjadi pelindung negeri luar yang disebut Dunia Magis. Gibela adalah orang terpilih pemilik anugrah kekuatan Bulan dan Bintang. Pimpinan Gedung Pod (Power of Destiny) dari Negeri Putih atau pemilik anugrah yang bernama Guru Hayeo menunjuknya jadi ketua grup 3F (Five Friend Fod) yang artinya lima sekawan Gedung Pod diantaranya yaitu Gibela, Yeni, Clara, Rayhan, dan Boy. Gibela memiliki keistimewaan dibandingkan pemilik anugrah lainnya, kekuatan yang luar biasa dan kecantikannya membuat banyak pria tertarik padanya termasuk Siyoon dan Raja Kegelapan. Tidak peduli berapa banyak kekuatan jahat yang datang Gibela selalu bisa menghancurkannya meski berkali-kali hampir kehilangan nyawa namun sejarah masa lalu Dunia Magis menyisakan racun dan menyebabkan kekuatannya menghilang. Apa Gibela bisa melawan kekuatan jahat tingkat tinggi itu ? Apakah Gibela bisa hidup dan bahagia bersama keluarg
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janji Temu
“Yoon kamu lama sekali, kami hampir saja lumutan karena menunggu,” Nijie menoleh kearah Siyoon yang baru saja datang.
“Ceritanya panjang Hyung,” jawab Siyoon.
“Eh siapa mereka ?” tanya Jimie melihat orang asing yang datang bersama Siyoon.
“Salah satu kariawan Pak Joko tidak sengaja merusak kendaraan mereka, mobilnya rusak parah.”
“Manajer bolehkah aku membawa satu mobil untuk mengantarkan mereka pulang ?”
“Itu bukan ide yang buruk, kita punya banyak mobil untuk digunakan.”
“Oh iya seberapa parah kerusakannya ?” tambahnya.
“Cukup parah, mungkin butuh waktu yang lama untuk memperbaikinya.”
“Bagaimana kalau begini saja, kita pinjamkan 1 mobil pada mereka. Mereka pasti membutuhkannya untuk bepergian selama mobilnya diperbaiki bukan.”
“Betul tuh Hyung,” sahut Jimie.
“Aku setuju dengan Manajer Huan, jadi bagaimana menurutmu ?”
“Boleh saja.”
“Kalian bisa menggunakan mobil kami yang ini,” menyerahkan kunci mobilnya pada Rayhan yang berdiri di sampingnya Siyoon.
“Terima kasih atas bantuannya kalau begitu kami pamit,” mereka berdua menaiki mobil mini bus berwarna putih.
Gibela duduk di kursi depan samping Rayhan, mereka membuka kaca mobil sambil menjalankan mobilnya mereka manggut sebagai tanda perpisahan dan terimakasih. Manajer Huan, member BBS dan staf yang berdiri menyaksikan mereka pergi sembari melambaikan tangan.
‘Tid tid tid tiditttt’ Rayhan menekan tombol klaskson sesampainya di tempat Yeni, Clara dan Boy yang sedang menunggu.
“Siapa sih berisik sekali ?” gerutu Clara.
“Kalian !!!” saat kaca mobilnya di buka mereka terkejut ternyata Gibela dan Rayhan.
“Mau pulang gak ?” tanya Rayhan tanpa melihat mereka.
“Ayoo masuk !” ajak Gibela.
“Darimana kalian mendapatkan mini bus ini ?” tanya Boy sambil mengencangkan sabuk pengamannya.
“Nyuri dari orang,” dengan nada dingin Gibela mengucapkannya.
“Hhhaaahhh ??” secara bersamaan langsung melirik Gibela.
“Becanda,” tersenyum.
“Huuh kirain,” Clara mengelus dadanya.
“Ada orang baik yang meminjamkannya.”
“Lebih tepatnya sebagai pertanggung jawaban,” tambah Rayhan.
Ponsel Gibela bergetar, terlihat di layarnya nomer tidak dikenal. Gibela menjawabnya dengan suara kecil sehingga yang terdengar hanya akhir percakapan “Hemn baiklah” setelah itu dia mengucapkan salam untuk mengakhiri telpon.
“Ada apa Gi ?”
“Oh sorry aku lupa memberitahu kalian, tadi kami menemui Pak Joko penanggung jawab pengadaan proferti panggung konser BBS.”
“Terus ?”
“Pak Joko sudah menegur pelakunya selain itu dia di berikan sanksi sesuai aturan perusahaan.”
“Seorang pria tiba-tiba datang dan mengatakan siap menanggung semua perbaikan mobilnya,” sambung Rayhan.
“Siapa dia ?”
“Kalau aku mengatakannya mungkin kamu tidak akan percaya,” jawab Rayhan sambil menyetir.
“Katakan saja !” Clara semakin penasaran.
“Siyoon member BBS.”
“Hah seriusan ?” tanya Clara dan Yeni sedangkan Boy hanya menoleh dengan muka tidak percaya.
“Itu dia, Cla dimana kunci mobilnya ?” Gibela menepuk Rayhan untuk menghentikan mobilnya.
“Ini Pak kuncinya, mohon bantuannya !”
Setelah mendapatkan kuncinya dari Clara Gibela langsung memberikannya ke seorang pria yang mengendarain motor sesuai permintaan Siyoon tadi di telpon.
Pria itu adalah suruhan Siyoon untuk mengambil mobil Clara agar bisa di bawa ke bengkel untuk di perbaiki, untungnya saat itu mobil yang di naiki Gibela belum berjalan terlalu jauh dari gerbang. Setelah mobilnya sudah tidak terlihat, BBS dan rombongan kembali ke tempat penginapannya masing-masing. Setibanya divilla Siyoon turun lebih dulu, kini badannya tidak kuasa menopang lagi akhirnya dia menjatuhkan tubuhnya di sofa.
“Apa yang terjadi sampai mobil mereka rusak ? bagaimana bisa staf itu melakukannya ?” Gino duduk disofa depan Siyoon.
“Pelakunya sempat kabur, setelah melihat CCTV mereka datang menemui Pak Joko.”
“Jadi dia tidak bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya ?” Joong yang sedang minum langsung duduk di dekat Gino.
“Yah begitulah, kerusakan yang dia buat cukup parah. Bagian belakang mobil penyok, selain itu ban mobilnya di penuhi paku.”
“Waw aku yakin biaya untuk perbaikannya tidak sedikit,” sela Jimie.
“Oh iya jenis mobilnya apa ?” tanya Fohe berjalan ke kulkas untuk mengambil buah-buahan.
“Macedes Benz G-Classs,” jawab Siyoon dengan santai.
“Aapppaaa ?” mereka semua terkejut.
“Gila kenapa stafnya bisa seceroboh itu sih membuat mobil mewah penyok,” Hae
mengatakannya dengan ekspresi yang masih terkejut.
“Tapi bagaimana Hyung bisa mengetahuinya ?” tanya Gino.
“Kebetulan ada barang yang tertinggal di ruang istirahat jadi aku pergi mengambilnya terlebih dahulu sebelum kembali. Saat tiba disana Pak Joko sedang mengobrol dengan salah satu dari mereka. ”
“Ooohhhh ….”
“Rasanya gadis itu tidak asing seperti pernah bertemu sebelumnya.”
“Ahh itu perasaan Hyung saja mungkin,” sambung Fohe.
“Mungkin saja …”
“Aku ingat sekarang, gadis itu adalah gadis menabrak Hyung waktu kita berkeliling disekitar tempat konser,” muncul diingatannya saat Siyoon menunjuk Gibela saat itu.
“Dia mengenakan jam tangan yang sama di hari itu,” lanjutnya.
“Benar kah ?” ucapnya tidak yakin.
Tiba-tiba staf perempuan datang memotong percakapan mereka, sesuai jadwal setelah konser BBS ada live bersama Rymi. Berbeda dengan member BBS saat tiba rehat terlebih dahulu sedangkan staf langsung mempersiapkan untuk live mereka. Livenya berlangsung cukup lama, BBS menikmati kebersamaannya bersama Rymi baik itu di konser maupun di live.
“Sudah selesai, apa kami masih memiliki jadwal lain ?” tanya Nijie ke staf yang berkumpul tepat di depan mereka.
“Tidak ada, hari ini cukup sampai disini saja. Kalian bisa istirahat, kami akan segera kembali kepenginapan setelah menyelesaikannya,” jawab salah satu staf pria.
“Jaga diri kalian sampai ketemu besok,” Manajer Huan menepuk pundaknya Gino.
“Baik, hati-hati di jalan manajer.”
“Ini benar-benar sudah berakhir, hari yang sangat melelahkan tapi menyenangkan bisa bersama Rymi.”
“Ayo pergi mandi !” ajak Jimie.
“Ahhh malas sekali,” bukannya berdiri Hae malah rebahan di tempat.
Joong bukannya membujuk Hae malah ikutan, seketika Jimie langsung menggelitik mereka berdua.
“Haist kalian ini …..” Gino tertawa kecil.
Siyoon, Nijie dan Fohe kembali lebih dulu kekamar mereka, sedangkan Gino membereskan mereka terlebih dahulu.
Akhirnya Gino berhasil membuat trio pembuat onar kembali kekamarnya untuk mandi. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Jimie, Hae, dan Joong agar tertidur. Di kamar atas Nijie dan Fohe sedang mengobrol di balkon sedangkan Siyoon asik dengan ponselnya. Paginya setelah sarapan Nijie, Gino, dan Jimie bermain PS sedangkan Hae, Fohe dan Joong melukis dihalaman.
“Gin, dimana Siyoon ?” tanya Nijie.
“Di dapur Hyung.”
“Sedang apa dia ?”
“Menyeduh kopi.”
“Ohh …., Yoon buatkan juga untukku,” teriak Nijie.
“Nih Hyung …” menyodorkan kopi susu.
“Oh iya sudah ada kabar dari orang yang memperbaiki mobil gadis itu ?” tanya Gino meminum kopi milik Siyoon.
“Ehh kopiku …”
“Mari kita tebak berapa nominal yang harus di keluarkan untuk memperbaiki mobil Macedes Benz G-Classs itu,” ucap Nijie.
“Hyung siapa nama mereka itu ?” tanya Fohe.
“Rayhan dan Gibela.”
“Apa mereka sepasang kekasih ?”
“Mereka berteman.”
“Sepertinya gadis itu sangat kaya.”
“Mobil itu bukan miliknya tapi milik teman ceweknya.”
“Lalu kenapa dia yang …”
“Oh itu aku juga tidak tau,” dengan nada datar sambil meminum kopi Siyoon
mengatakannya.
Padahal Nijie, Fohe dan Gino sudah siap mendengar jawaban Siyoon.
“Aist kou ini Yoon,” menggelengkan kepala diiringi tawa.
“Hahaha Hyung ini ….”
‘Trililililitt’ suara ponsel Siyoon “ Hallo, ohh ne ne …..” menutup telponnya.
“Kepala bengkel memintaku untuk kesana.”
“Pergilah !!”
“Kunci mobilnya ada di meja sana Hyung,” Gino menunjuk ke atas meja putih dekat lemari kayu yang dihiasi berbagai macam purniture.
Di Lokasi Bengkel
“Permisi saya mau bertemu kepala bengkel Pak Burhan kami sudak memiliki janji,” setibanya dibengkel panorama montir. Lokasi bengkel panorama bengkel cukup jauh dari villa tempat menginap Siyoon, bengkel panorama montir terkenal paling bagus dan besar di daerah ini.
“Ditunggu sebentar Pak, silahkan duduk dulu !”
“Selamat siang Pak.”
“Selamat siang,” saling berjabat tangan.
“Mari sebelah sini Yoon,” Siyoon dan pemilik bengkel masuk kedalam untuk melihat mobil Clara yang sedang di perbaiki.
“Kerusakannya cukup parah, meski begitu kami berusaha sebisa mungkin untuk memperbaikinya selain itu bagian-bagian mobil ini banyak yang harus diganti seperti lampu belakang. Kami langsung mengambil barangnya dari Bandung tapi harganya cukup fantastis,” jelas Pak Burhan memegang bagian lampu mobil belakang.
“Soal harga tidak masalah, kiranya kapan bisa selesai ?”
“Tiga jam lagi juga selesai.”
“Oh baiklah.”
Setelah selesai mengobrol dengan Pak Burhan, Siyoon ijin keluar untuk menelpon seseorang.
“Hallo, Assalamualaikum ..”
“Waalaikumsalam, aku sedang di bengkel. Oh iya mobilnya akan selesai diperbaiki dalam tiga jam.”
“Apa tiga jam ? terlalu lama padahal kami mau berpergian. Kalau begitu waktu meminjam mobilmu bisa di perpanjang sampai mobilnya Clara selesai diperbaiki.”
Gibela mengenakannya seakan-akan memiliki kegiatan lain yang mengharuskan menggunakan mobil. Padahal nyatanya tidak dia tidak ada kegiatan apapun hari ini.
“Nee tidak masalah, pakai saja dulu nanti kita barter.”
“Oke, sepakat. Itu saja bukan ? atau masih ada yang di sampaikan ?”
“Tidak ada.”
“Baiklah kalau begitu aku tutup telponnya, Assalamualaikum ..”
“Waalaikumsalam …”
Ternyata yang di telpon Siyoon adalah Gibela, Siyoon memberikan informasi kapan selesainya mobil Clara di perbaiki. Saat Siyoon menelpon Gibela baru saja bangun tidur, ketika mengangkat telpon matanya masih menempel tapi karena suara dering telponnya berisik dia terpaksa bangun untuk mengangkatnya.
“Siapa sih pagi buta begini,” ucap Clara yang masih terbaring di tempat tidur.
“Siyoon Oppa,” jawab Gibela.
“Ohh,” Clara menarik selimutnya lalu tidur kembali.
“Aaapppppaaaa katamu ? Siyoon .. Siyoon yang mana ? jangan katakan kalau Siyoon yang kamu sebut adalah member BBS ?” Clara terperanjak setelah menyadari nama yang di sebut Gibela.
“Gi katakan padaku, cepat katakan !!” menarik lengannya Gibela.
“Hemn,” jawab Gibela melepaskan tarikan Clara.
“Omaygat kamu gak bercanda kan ?”
“Untuk apa aku berbohong ?” pergi kekamar mandi.
“Ehh Gi tunggu ..”
“Mobil yang kita pakai kemarin itu milik BBS,” sela Rayhan di tengah pintu kamar atas.
“Aappaaaa ?” Clara dan Yeni terkejut begitupun dengan Boy yang berdiri di sampingnya Rayhan.
“Iya orang yang aku temui dengan Gibela saat menemui Pak Joko adalah Siyoon BBS.”
“Ko kamu tega sih Ray …” Clara menangis sejadi-jadinya.
“Ehh ..” Yeni bingung harus berbuat apa karena tiba-tiba Clara memeluknya sambil menangis.
“Tidak sempat,” nada dingin.
“Apanya yang tidak sempat …” dengan keras Clara mengatakannya.
“Astaga telingaku bisa-bisa hancur karenanya,” gerutu Boy.
“Bodo amat ..”
“Saat itu situasinya berbeda sangat tidak mungkin memberitahukannya.”
“Awalnya aku juga tidak percaya kalau dia Siyoon BBS sampai dimana dia membawa kami bertemu dengan member BBS dan Manajernya. Sorry Clara aku tidak bermaksud menyembunyikannya hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya.”
“Kalau aku tau saat itu ada member BBS mungkin sekarang sudah dapat fotonya, tanda tangannya terus bisa meluk atau …”
“Itulah kenapa aku dan Rayhan tidak langsung memberitahumu,” sahut Gibela keluar dari kamar mandi.
“Kamu tega Gi ..” Clara memoyongkan bibirnya.
“Berhenti merengek, pergi mandi nanti aku ceritakan bagaimana kronologisnya bisa bertemu dengan Siyoon Oppa.”
“Okey,” tanpa basa-basi Clara langsung lari kekamar mandi.
“Begituh saja ?” matanya Yeni berkedip-kedip tidak percaya.
“Seperti bunglon dapat berubah secepat kilat,” Boy bengong melihat Clara yang berubah seketika yang tadinya sedih sampai menangis tiba-tiba jadi riang sumuringah.
“Ayo turun kita makan siang !” ajak Rayhan.
“Sarapan mungkin,” sela Yeni.
“Coba kamu lihat jam weker Yen !” ucap Rayhan.
“Siang ternyata sekarang udah siang ? Clara cepat mandinya !” jam weker tersebut menunjukan pukul 12.40 WIB.
Dua hari telah berlalu, Siyoon dan Gibela janjian untuk bertemu di Cafe Holyday dekat villa tempat mereka menginap untuk bertukar mobil sesuai janji sebelumnya.
“Cla, udah siap belum ?” teriak Gibela dilantai 1.
“Seharusnya kamu tuh bilang ke Clara janji temunya jam 3 sore Gi,” ucap Boy yang duduk sambil memegang mangkok berisi popcorn.
“Benar tuh apa kata Boy, setidaknya dia akan bersiap lebih awal mungkin dari subuh hahaha.“
“Ehemn ….. Baju mana yah yang harus aku pakai ? ini ? ohh tidak-tidak, bagaimana dengan ini? tidak-tidak, sepertinya aku sudah tidak memiliki baju lagi (melempar jaket sebagai gambaran baju yang sedang dipilih Clara),” Rayhan memperaktikan yang sedang dilakukan Clara.
“Hahaaaaa, kamu bisa aja Ray.”
“Ehh sepertinya tasku tertinggal …” Gibela lupa membawanya.
“Tasmu kan disini Gi,” Rayhan menunjuk tas berwarna hitam.
“Ohhh disini ternyata ..”
“Ada apa sih ?” Clara datang.
“Bukannya tadi kamu bilang mau nyiram tanaman yah ?” Boy menarik Yeni.
“Be be benar ayoo bantu aku,” Yeni mengerti maksud Boy karena Clara datang.
“Mereka ini kenapa sih ?” berbalik.
“Astaga aku dalam masalah,” ucap Rayhan pelan.
“Rayhan …” di tengah-tengah Rayhan memperagakan cara mencari baju persi Clara, Clara tepat berada di belakangnya, dia melihat dan mendengar semua ucapan teman-temannya.
Clara murka mengejar Rayhan mengelilingi seluruh Villa.
“Selamat selamat ..” Boy mengusap dada sesampainya di taman.
“Untung saja kalau gak kita akan bernasib sama,” melihat Rayhan yang dikejar-kejar Clara.
“Esstt stop,” Gibela menghalangi Clara yang terus-terusan memukul Rayhan.
“Jadi berangkat atau tidak ? kalau gak aku berangkat sendiri aja, sudah hampir terlambat.”
“Jadi doongs ..” menarik Gibela pergi, Clara berbalik menatap tajam Rayhan.
Akhirnya Rayhan selamat dari amukan Clara, setelah memastikan Clara dan Gibela pergi Yeni dan Boy datang menghampiri Rayhan yang duduk di lantai teras Villa yang terbuat dari kayu. Gibela berangkat mengendari motor CBR 250RR milik Clara sedangkan Clara membawa mobil mini bus putih milik BBS.
“BTW kenapa mereka tidak berangkat bareng ?” tanya Yeni.
“Oh itu aku juga gak tau,” jawab Boy.
“Haist kirain mau ngasih jawabannya.”
“Oli motornya harus diganti, setelah bertukar mobil mereka mau mampir ke bengkel dulu.”
“Ohh begituh …”
“Bukannya Clara udah bilang.”
“Kapan ?” Boy dan Yeni mengatakannya berbarengan.
“Saat tadi kita makan siang.”
“Benar kah ?”
“Sudahlah …” berdiri lalu masuk ke Vila.
“Aku harap tidak akan ada hal buruk yang terjadi,” tambahnya sambil berjalan.
“Kenapa kamu berkata begitu Rey ?”
“Gibela tampak khawatir saat bertemu kembali dengan BBS. Pelaku yang menyandra member BBS memang sudah ditangkap tetapi mereka bukanlah dalang yang sebenarnya. Pelaku utama kejadian di wisata bulan lalu masih belum diketahui siapa orangnya. Dari informasi yang Guru Hayeo berikan pelaku utamanya bisa saja orang yang ingin membalaskan dendamnya pada Gibela,” jelas Rayhan.
“Lalu apa hubungannya dengan BBS ?”
“Kejahatan mudah dilakukan jika ada celah.”
“Jadi yang kamu maksud pelaku yang sebenarnya memanfaatkan keserakahan gadis itu.”
“Tepat sekali.”
“Saat ini Guru masih menyelidikinya, yang terpenting sekarang kita harus tetap berada disisi Gibela.”
“Ini tempatnya kan ?” tanya Clara membuka kaca mobil setibanya di café holyday.
“Benar,” Gibela melepaskan helm.
“Ayo ….” ajak Gibela.
“Tunggu !”
“Ada apa ?”
“Sudah cantik belum ?”
“Cantik banget malahan.”
“Yang bener Gi ?”
“Iya, ayo cepat dia pasti sudah menunggu lama.”
Gibela mengenakan styles sederhana perpaduan baju berwana putih dan celana crem, meski sangat sederhana warna itu sangat cocok dengannya penampilannya semakin memukau dipadukan dengan sepatu putih berenda pink keemasan. Sedangkan Clara mengenakan gaun berwarna hijau muda dilengkapi bandu hitam seragam dengan sepatu hailhil yang dipakainya.
“Permisi, saya sudah janji dengan seseorang,” Gibela mendatangi resepsionis café holiday.
“Atas nama Gibela yah.”
“Benar.”
“Meja 26 lantai 2.”
“Baik terima kasih.”
“Sama-sama, selamat menikmati.”
“Meja yang mana sih ?” setibanya di lantai 2 café holiday.
“Itu dia disana,” Gibela menunjuk kearah Siyoon yang sedang duduk membelakangi arah pintu masuk.
“Sorry telat …”
“Tidak apa-apa.”
“Oh iya kenalkan teman baikku Clara, yang punya mobil.”
“Cla Cla heyy heyy Clara …” Gibela menepuk-nepuk lengan atasnya.
Clara bengong tidak percaya melihat sang idola ada didepan matanya, bahkan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan dirinya.
“Ah iya, hallo saya Clara ..”
“Siyoon ..”
“Apa ini nyata ?” mencubit pipinya Gibela.
“Aww sakit tau ..” Gibela merintih kesakitan.
“Apa kamu baik-baik saja ?”
“Baik aku baik ko …” cengengesan.
“Cuma kita ? aku tidak melihat pelanggan lain di sini,” Gibela memutar melihat ruangan yang kosong tidak disisi satu pelangganpun selain mereka bertiga berbeda dengan lantai 1 yang dipenuhi pelanggan.
“Sepertinya begitu, mau pesan apa ?” memberikan menu makan café holiday.
Sebenarnya Siyoon sengaja memesan semua lantai 2, hal ini dilakukan karena dia takut ada orang lain yang mengenalinya selain itu dia ingin membuat Gibela nyaman saat mengobrol dengannya.
“Apa aja yang penting halal dan yang jelas bisa dimakan,” jawab Gibela menyimpan menu makan cafenya.
“Kalau kamu Cla ?” tambahnya melihat Clara yang masih menatap Siyoon.
“Sama kaya kamu aja.”
“Baiklah.”
“Oh iya apa mobilnya sudah selesai diperbaiki ?”
“Udah, selain itu aku meminta montirnya menservice full body.”
“Thank …”
“Boleh aku panggil Oppa ?” sela Clara.
“Boleh.”
“Aku adalah Fans berat BBS, rasanya seperti mimpi bisa bertemu denganmu. Bolehkah minta tanda tangan ?” menyodorkan album milik Siyoon.
“Tentu.”
“Kalau foto ?”
“Boleh ..” Clara langsung memberikan ponselnya pada Gibela, tanpa berbicara Gibelapun mengambil beberapa foto mereka berdua.
“Jika saja duniaku tidak berubah mungkin saat ini aku juga akan melakukan hal yang sama seperti Clara,” gumam Gibela.
Disaat Clara mengecek satu persatu hasil jepretannya tiba-tiba pihak bengkel khusus motor menelpon.
“Sebentar …” meninggalkan meja.
“Aku akan segera kembali !” Siyoon pergi untuk memesan beberapa makanan dan minuman untuk mereka bertiga.
“Gi, apa kamu baik-baik saja jika aku tinggal ?”
duduk mendekati Gibela.
“Apa ada masalah ?”
“Ada hal yang perlu aku selesaikan,” jawab Clara.
“Pergilah, tidak apa-apa jangan khawatir.”
“Tapi motornya harus aku bawa, oh maksudku selain ada urusan pihak bengkel mau membawa motornya untuk di ganti oli sekalian di service.”
“Okey, kamu hati-hati yah. Kabari kalau ada apa-apa !”
“Pastinya sampai jumpa di rumah,” melambaikan tangan.
“Oppa aku ada urusan dulu, titip temanku tolong nanti antarkan dia pulang,” teriaknya pada Siyoon yang sedang berbicara dengan juru masak café holiday.
“Apa terjadi sesuatu ?”
“Tidak ada, Clara ada urusan mendadak jadi harus segera menyelesaikannya.”
Beberapa menit kemudian makanan datang, Siyoon memesan beberapa makanan penutup dan juga seafood.
“Aku tidak tau apa yang kamu suka, jadi aku memesan semua menu makanan terbaik disini.”
“Jangan khawatir aku bisa makan apa aja ko asal jangan batu, pasir, tanah dan kayu aja,” Gibela tersenyum tipis, Siyoonpun membalasnya dengan senyuman.
“Silahkan, selamat menikmati ..” setelah menyajikannya pelayan café meninggalkan meja mereka.
“Cobalah !” Siyoon membuka cangkang udang lalu memberikan dagingnya pada Gibela.
“Terima kasih, emnn ini enak ..” sambil menguyah.
“Jangan hanya mengupas udang, makanlah !” mengambil ikan bakar untuk Siyoon.
“Ehh ….” Gibela mengambil tisyu yang tidak jauh darinya tapi angin dari AC membuat tisyunya jatuh ke bawah meja, Gibela langsung mengambilnya.
Siyoon yang melihatnya langsung menggunakan tangannya menghalangi ujung meja tepat di atas kepalanya Gibela sehingga saat terpentok kepala Gibela mengenai tangannya Siyoon.
“Aawww,” Gibela mengusap-ngusap kepalanya yang terpentok tanpa memperhatikan tangan Siyoon.
“Kamu tidak apa-apa ?” tanya Siyoon.
“Tidak apa-apa, hanya sedikit nyut-nyutan.”
“Jangan dipakai lagi !”
”Sayang tau masih bisa digunakan,” Gibela mengunakan tisyunya untuk mengelap meja yang terkena cipratan kecap dari piring ikan yang tadi diambilnya.
Walaupun muka Siyoon menghindari Gibela terlihat jelas dia tersenyum.
“Masakannya enak banget, sesuai dengan seleraku. Kecuali yang ini ……” menunjuk mangkuk sayur ayam kaldu.
“Apa ada yang salah ?”
“Tidak ada, hanya saja aku gak suka masakan yang menggunakan gula,” jawab Gibela lalu meminum jus orange.
“Ada lagi yang mau dimakan ?”
“Tidak aku sudah terlalu makan banyak, nanti perutku meledak.”
“Kirain mau bilang takut gendut.”
“Gendut (tertawa kecil), kata-kata makan banyak akan membuat gendut tidak akan mempan bagiku.”
“Benarkah ?” mengangkat sebelah alisnya.
“Iya, kamu tidak percaya padaku.”
“Baiklah baiklah aku percaya padamu.”
Gibela begitu asik mengobrol dengan Siyoon padahal mereka baru saja kenal walaupun ini bukan pertemuan pertama mereka tapi dilihat dari cara Gibela berbicara dia nampak luas tidak menutupi jati dirinya. Biasanya Gibela akan diam tidak banyak berbicara jika bersama seseorang yang baru dikenal.