Kisah seorang pria yang terikat hutang dengan sistem karena di tolong oleh sistem ketika dia di khianati, di fitnah dan di bohongi sampai di bunuh di penjara untuk membalas dendam, sekarang dia berjuang untuk melunasi nya dengan membuat aplikasi yang melayani jasa balas dendam bagi pengguna nya, baik yang masih hidup atau sudah meninggal, bisakah dia melunasi hutang nya ? atau hutang nya semakin membengkak karena banyaknya "partner" di samping nya ?
*Mengandung kekerasan dan konten yang mengganggu, harap bijak dalam membaca dan maaf bocah tolong minggir.*
Genre : Fantasi, fiksi, drama, misteri, tragedy, supranatural, komedi, harem, horor.
Kalau berkenan mohon di baca dan tolong tinggalkan jejak ya, like dan comment, terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31
42 tahun yang lalu, di vila tempat Rei sekarang berada, seorang penjaga vila membukakan pagar gerbang agar sebuah mobil yang berada di baliknya, bisa masuk ke dalam. “Klak,” seorang pria tampan membuka pintu, dia turun dari mobil dan membungkuk masuk lagi ke dalam mobil, dia membawa keluar seorang bayi perempuan imut yang sepertinya baru lahir dan masih terpejam.
Penjaga vila yang sudah menutup kembali pagarnya, langsung mendekati pria tampan itu dan menyapanya,
“Tuan Alex, mas Herman dan lain nya menunggu di dalam,” ujar sang penjaga.
“Ok, Gani, makasih,” balas Alex sombong.
Alex menaiki tangga menuju pintu masuk vila kemudian masuk ke dalam vila, di dalam sudah menunggu tiga orang pria berwajah sangar, bertato dan berkumis lebat, salah satunya adalah Herman, kakak dari Laura, mantan istri Rei dulu. Suasana di dalam penuh asap rokok dan aroma tembakau yang di bakar sangat menusuk hidung. Herman berdiri menghampiri Alex,
“Ini ya anaknya Laura ?” tanya Herman sambil melihat bayi yang di gendong Alex.
“Ya, tidak sangka Laura melahirkan anak kembar, kita tidak perlu anak kembar kalau ingin mengambil alih perusahaan ayah ku, jadi tolong rawat dia di sini,” ujar Alex kepada Herman.
“Eh lo semua denger kan, kita rawat dia sama sama,” ujar Herman sambil menoleh ke pria yang lainnya.
“Beres bos,” balas dua orang pria yang duduk bersama Herman.
Alex memberikan sang bayi kepada Herman yang menggendong nya, Herman tersenyum dan menggoda sang bayi yang nampak tersenyum. Setelah memberikan bayi nya, Alex berpamitan kepada Herman dan langsung pergi. Herman kembali duduk di kursi nya sambil menggendong sang bayi, dia menoleh kepada salah satu temannya,
“Oi Joni, lo kan tinggal di daerah sini, lo pake vila gue buat lo tinggal ama Minah bini lo, trus lo rawat anak ini ya,” ujar Herman.
“Wih gue nih jadinya bos, tapi beneran nih gue boleh tinggal di vila lo bos ?” tanya Joni.
“Beneran lah, gue musti balik ke rumah soalnya, (menoleh melihat pria di sebelah Joni) trus kapan si Zacky keluar dari penjara, Di ?” tanya Herman.
“Masih taun depan bos, tuh anak bego banget pake berantem segala di dalem lapas, jadi di perpanjang enam bulan masa tahanan nya,” jawab Didi.
“Ya udeh, pokoknya kita kerja buat bos Alex, rawat bayi itu baik baik ya Jon, keponakan gue tuh,” ujar Herman.
“Sip, beres bos, Minah gue rasa juga pasti seneng,” ujar Joni.
Herman memberikan sang bayi kepada Joni yang langsung menggendongnya dan mengajaknya berbicara walau wajahnya seram. Kemudian Joni kembali menoleh melihat Herman,
“Ngomong ngomong siapa nama anak ini bos ?” tanya Joni.
“Tau, coba bentar,” jawab Herman.
Jari Herman mulai menari mencari sesuatu di smartphone nya. Beberapa saat kemudian, Herman menoleh menatap Joni.
“Ade gue kan namanya Laura, namai dia Laras aja,” ujar Herman.
“Halo Laras, cup...cup...cup,” ujar Joni tersenyum dengan wajahnya yang mengerikan.
“Oeeeeek....oeeeekkkk.....oeeeeek,” Laras menangis dan membuat Joni bingung, Herman dan Diding tertawa kencang,
“Muka lo serem sih Jon,” ujar Didi.
“Bayi aja tau, parah lo Jon hahahaha,” Herman tertawa kencang.
*******
5 tahun 4 bulan kemudian, Joni berlari masuk ke dalam vila dengan tergesa gesa, kemudian dia langsung menghampiri istrinya Minah yang sedang memasak,
“Nah, kita harus pergi Nah,” ujar Joni.
“Kenapa bang ?” tanya Minah bingung.
“Gue di kasih tugas ama bos Alex buat membakar rumah bang Herman, mereka semua masih di dalem rumah, sebelum polisi dateng nyamperin gue, kita harus pergi sekarang, gue ada duit, bos Alex ngasih bayaran gede, ga usah khawatir, kita netep aja di tempat lain,” ujar Joni.
“Ya udah, gue ajak Laras dulu bentar ya bang,” ujar Minah.
“Hah ngapain, tinggal aja tuh anak di sini, dia bukan anak kita kan, udah ayo jalan, mana Laras nya ?” tanya Joni.
“Lagi main di taman belakang,” ujar Minah.
“Dah buruan kita pergi, biarin aja dia di taman belakang,” ajak Joni sambil menarik tangan Minah.
“Ya udeh deng bang,” balas Minah santai aja.
Tanpa menunda lagi, keduanya langsung berlari keluar vila dan pergi entah kemana. “Kreek,” pintu dapur di buka, Laras kecil membuka pintu, dia melihat ada makanan di meja dan naik ke atas.
“Mama ?” tanyanya.
Tapi tidak ada jawaban sama sekali, akhirnya dia kembali masuk ke dalam ruang tengah dan duduk dengan tenang sambil bermain boneka. Hari demi hari, Laras menunggu Joni dan Minah yang dia anggap sebagai ayah dan ibunya pulang dengan perut lapar yang hanya di isi dengan air. Sampai suatu hari, Laras jatuh sakit dan menangis sendirian di ruang tengah tanpa ada yang tahu dirinya ada di sana dan dia meninggal sendirian di dalam vila yang megah itu.
*******
Tayangan pun berakhir, air mata Rei deras bercucuran, dia menatap Laras yang sedang duduk di pangkuannya sambil menggoyangkan kaki dan menatap dirinya sambil tersenyum lebar. Rei tak kuasa menahan harunya, dia langsung mengubah dirinya menjadi reaper dan memeluk Laras yang masih berwujud hantu. Setelah Rei melampiaskan semua rasa haru nya, Rei yang sudah kembali ke wujud asli nya muncul kembali dan menghapus air matanya,
“SS,” ujar Rei.
[Kamu tidak apa apa ?]
“Gue ga apa apa, gue hanya kaget dan trenyuh aja mengetahui kalau Laila anak kembar dan melihat kisah Laras yang mengenaskan, gue ada satu permintaan, boleh tidak gue balas dua makhluk yang meninggalkan dia sendirian di sini ?” tanya Rei.
[Hohoho tentu saja boleh, tapi sebelumnya, aku beritahu dulu sesuatu pada mu.]
“Apa itu ?” tanya Rei.
[Laras spesial dan jauh melebihi mu, namun dia tidak tahu apa apa dan tidak ada keinginan balas dendam di dirinya. Jadi walau pun kamu membalas kan dendamnya, tidak akan pengaruh apa apa bagi nya. Dia hanya ingin kedua orang tuanya kembali dan itu sebabnya dia menuggu mereka di sini.]
“Kalau begitu, kenapa dia menghampiri gue ?” tanya Rei.
[Dia kenal kamu yang dulu, dia juga mengawasi kamu selama ini. Kamu mungkin tidak menyadari nya, tapi dia pernah sekali bertukar dengan Laila, mau tahu kapan ?]
“Beritahu aku,” jawab Rei.
[Sewaktu kamu merayakan ulang tahun mu yang ke 32 tahun.]
Rei langsung ingat ketika Laila berlari menyambutnya sewaktu dia baru pulang dari kantor dan langsung minta di peluk oleh dirinya. Ternyata saat itu, yang berlari ke pelukannya bukanlah Laila melainkan Laras.
“Jadi waktu itu Laras ya, bukan Laila,” ujar Rei.
[Benar, tapi hanya malam itu saja dan saat itu jiwa kalian terhubung. Itu sebabnya dia bisa menghampiri dan mencari mu. Selain itu, dia juga terhubung dengan saudara kembarnya, alasan Laila sering kesini sejak kamu lahir bersama Victor itu karena dia ingin mengunjungi adik nya di sini, walau dia sendiri tidak sadar.]
“Lalu bagaimana gue bisa menolong dia ?” tanya Rei sambil melihat Laras di pangkuan nya.
“Dling,” sebuah notifikasi masuk ke dalam aplikasi, Rei mengambil smartphonenya dari sakunya dan membuka data applicant nya.
**************************************************************************
Applicant data :
Name : Heru Pandjaitan.
Age : 46.
Location : Home.
Race : Human.
Job : Unemployed.
Status : Sick
Soul value : 750.000.000.
Target : Himself..
Accept : Yes / No
**************************************************************************
“Hmm lucu juga dia menargetkan dirinya sendiri,” gumam Rei di kepalanya.
[Baiklah, silahkan pergi, ajak Bianca dan hanya Bianca, dia yang bisa menolong Laras setelah ini.]
“Ok gue pergi, (menoleh melihat hantu Laras) kamu tunggu di sini ya Laras, aku akan kembali secepatnya,” ujar Rei.
Hantu Laras menatap wajah Rei, wajahnya nampak sedih namun dia mengangguk kemudian Rei berdiri dan berjalan ke belakang, dia melihat Irene, Febi dan Bianca memegang smartphone mereka.
“Ada tugas, tapi kali ini aku dan Bianca aja, Irene dan Febi di sini agar mama ku dan Angel tidak curiga, selain itu aku dan Bianca jadi bisa teleport langsung kesini kalau ada kalian,” ujar Rei.
“Baiklah, aku mengerti,” balas Irene.
“Ok, tapi jangan lama lama ya, kita akan menjaga tante dan Angel di sini agar aman dan tidak curiga,” balas Febi sambil menaikkan kacamatanya.
“Baiklah, ayo Bi,” ajak Rei.
“Baik, Rei, ayo berangkat,” balas Bianca yang berjalan menghampiri Rei di depan pintu belakang vila.
mampir juga ya kak di cerita akuu