Alisa seorang gadis tidak mendapatkan kasih sayang dari keluarganya juga tidak memiliki teman ataupun sahabat. Mencoba mencari kebahagian melalui game "Love Story" sampai akhirnya dia mencapai end yang membahagiakan dalam game itu. Tapi dirinya mendapat tawaran untuk mesuk ke dalam game itu. Dia pun menerimanya karena dia sudah lelah dengan kehidupannya. Tapi ternyata dia justru menjadi antagonis dalam game ! Dirinya melawan 3 malaikat maut apakah dia masih bisa bertahan hidup ??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoshua Yora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Ting!!
Lagipula jika kami menghilangkan pengetahuan Natasha asli. Maka pemain hanya akan menjadi orang dong* yang tidak mengetahui apapun tentang dunia ini.
Emmm setidaknya mereka akur untuk beberapa menit.
Natasha mengepalkan tangannya mencoba untuk bersabar. Karena semarah apapun dia percuma jika tidak bisa menyentuh monitor di depannya.
'huhhhh... Lu mending ngilang aja deh game gila.. lama-lama gue darah tinggi berurusan Ama lu'
Ting!!
Tidak bisa, pemain masih belum menuntaskan misi.
Bibir Natasha berkedut meladeni monitor itu. Jika saja Natasha bisa pasti dia sudah hancurkan berkeping-keping layar monitor itu.
'Yahh, makanya elu ngasih alat kek yang berguna buat gue nyelinap ke penjara itu !' ucap Natasha yang merendahkan egonya agar segera terbebas dari misi gil* yang baru saja diberikan.
Tapi tepat 3 detik setelah mengatakan itu. Monitor langsung menghilang dari hadapannya.
'Lahhh... Nj*r giliran diminta bantuan langsung ngilang !!. Keluar kau monitor gil*'
Setelah itu Natasha melangkah dengan gontai menuju bangku yang ada di dekatnya. Tanpa sengaja tangannya menyentuh sebuah buku dengan judul "Dimensions"
"Ohh iyaaaa.... Gue lupa kan di sini ada sihir astogeee.. Dari pengetahuan Natasha, gue bisa pake sihir pelindung khusus yang bisa ngebuat tubuh gue jadi transparan dan ga bisa diliat orang. Emang jeniusss " ucap Natasha yang langsung tersenyum senang.
Lalu ia pun membuka buku itu dan membacanya lagi meski dalam otaknya dia sudah paham tapi dia takut jika salah mengucap mantra.
...
"Bim Bim Boommm" ucap Natasha
Dan seketika tubuhnya menjadi transparan. Natasha lalu berlari ke arah cermin yang ada di perpustakaan dan benarnya saya tidak ada pantulan dirinya sangat sempurna.
"Hehhh it is so easyyy!!" Sombongnya dengan tersenyum.
Dia pun berlari keluar perpustakaan dengan menembus setiap dinding dan rak agar lebih cepat.
'Ahahaha... Kok gue ngerasa kayak hantu malahan'
Natasha berlari dengan cepat melewati lorong yang ada dalam kediaman Duke Euria. Sebenarnya dia berpikir akan ketahuan menggunakan sihir seperti ini. Tetapi dia tersadar jika pelindung yang ada di kediaman ini hanya untuk menjaga serangan dari luar dan mendeteksi niat jahat seseorang. Tapi sebagai antisipasi Natasha juga menyamarkan energi sihir nya agar tidak bisa terdeteksi.
Lalu dia berpapasan dengan nathan yang baru saja keluar dari ruang kerjanya. Awalnya dia berpikir untuk berbalik arah tetapi karena dia sadar sedang menggunakan sihir, lebih baik dia tetap berjalan lurus saja karena lebih dekat dengan penjara bawah tanah.
'Terobos aee, lagipula dia belum tentu sadar.'
Natasha tetap berjalan agak menjauh dari kakaknya. Tetapi ketika berada tepat disampingnya, tiba-tiba Nathan mengeluarkan pedang dari dalam cincin penyimpanan nya. Dan nyaris saja pedang itu berhenti tepat di sebelah lehernya bahkan ada beberapa helai rambutnya yang terpotong.
'Heh' Natasha langsung berhenti dan mematung penuh dengan ketakutan. Bahkan melirik saja dia tidak berani.
"Siapa Itu ?!" Ucap Nathan dengan dingin disertai aura membun*h yang menguar dari dalam tubuhnya.
'Hikss gue bisa lupa sih.. padahal di masa depan nanti dia bakal jadi jenderal perang terbaik kekaisaran Edinburgh. Bahkan diberikan gelar seorang grand Duke di umurnya yang ke-18 THN. Gimana nih Egekkk !!!'
Meskipun sihir transparan masih aktif di tubuhnya, natasha langsung memjauhkan dirinya sampai ke tembok sambil menatap penuh ketakutan ke arah kakaknya.
" Meskipun aku tidak tahu siapa kamu tapi jika aku menghancurkan pelindung sihir itu wujud aslimu pasti akan terlihat" ucap nathan dengan pedang yang semakin mendekat ke arah natasha.
'Huahhhhhhh.... Nggak gue nggak mau mati gue baru berumur 12 tahun lalu bukankah kematian natasha itu di umur 18 tahun gue nggak bisa terima ini.'
'game sialan, cepet tolongin gue atau lho bakal kehilangan pemain lu yang imut, baik hati dan tidak sombong ini'
Natasha mulai ngelantur.
Ting!!
Ucapkan "kejedag- kejedug- kejeder"
Natasha tanpa pikir panjang langsung saja mengucapkan kalimat tidak normal itu. Karena baginya bisa lepas dari monster didepannya lebih penting dari apa yang akan terjadi nanti.
"Kejedag- kejedug- kejeder"
Seketika itu pula Natasha menghilang seperti tertelan angin, sedangkan Nathan merasa sangat kebingungan kemana perginya aura yang tadi. Tetapi ketika dia mencoba untuk mendeteksi nya sayangnya itu sudah di luar jangkauan nya.
....
POV Nathan
Sudah semalaman tetapi nathan masih saja memikirkan tentang perilaku aneh natasha, lalu dia mendengar kabar yang sangat mengejutkan dari ayahnya pagi tadi ketika dia sedang mengambil dokumen dan mengantarkan beberapa berkas yang sudah dikerjakan tadi malam.
Jika natasha didorong oleh seseorang ke dalam ada danau. Wajahnya menyiratkan aura kemarahan tapi ya tipis-tipislah yah.
" Kau mengkhawatirkannya ?" Tanya Nicholas pada anaknya.
"Tidak.." jawab Nathan dengan cepat mengalihkan pandangannya.
Lalu dia pun segera pergi ke area lapangan untuk memimpin latihan para ksatria. Dia sangat terkejut melihat natasha mengobrol dengan penuh tawa bersama para ksatria. Karena biasanya natasha sangat tidak mudah jika mengobrol dengan orang lain selain orang-orang yang memang dia anggap dekat.
Ketika natasha tepat di depannya natasha justru diam saja dan tidak berekspresi apapun. Awalnya Nathan ingin membicarakan tentang pelayan yang sudah mendorong natasha.
Tetapi sayangnya natasha justru berlalu pergi, Nathan ingin mencegahnya tetapi melihat Natasha membelakangi dirinya membuatnya merasa jika jarak diantara mereka sangat jauh, seolah-olah tidak pernah bisa tergapai.
Bahkan ketika dia berpapasan lagi dengan natasha. Tapi natasha justru mengacuhkan nya seolah-olah tidak melihatnya. Nathan berniat memanggil tapi langsung dia urungkan, karena Natasha terlihat seperti akan pergi ke perpustakaan.
Nathan pun tetap berjalan masuk ke dalam penjara bawah tanah berusaha untuk tidak memikirkan tentang tadi. Dia berniat mengintrogasi pelayan yang sudah mendorong natasha. Setiap penjaga di dalam penjara memberikan penghormatan bagi pewaris kediaman ini.
Udara penjara bawah tanah kediaman Euria sangat dingin dan pengap. Tapi semua itu seolah sudah terbiasa bagi dirinya. Matanya menyiratkan kedinginan memberikan rasa takut bagi para penghuni penjara.
Siapapun yang masuk dalam penjara bawah tanah ini tidak mungkin bisa kluar hidup-hidup atau sekalipun ada yang di bebaskan orang itu pasti dalam keadaan gil*.
Nathan berhenti sel yang paling ujung.
"Pergi" ucap Nathan dengan singkat
Penjaga yang menjaga sel itu langsung mengerti dan berbalik pergi.
Sementara Nathan membaca mantra sihir untuk membuka segel penjara. Setelah terbuka dia masuk ke dalam, pelayan itu nampak sangat ketakutan melihat Nathan.
" HEHHH.. Tidak perlu sok-sokan pedulinya bukankah kalian selama ini mengabaikan keberadaannya. lalu kenapa, sekarang kalian justru merasa kehilangan seolah-olah dia orang yang penting !! kalian sangat menjijikkan dan munafik! " Ucap pelayan dengan berani karena dia sangat yakin jika dirinya tidak akan dilepaskan.
Nathan mengucapkan mantra sihir air dan membentuk sihir itu mengelilingi kepala pelayan didepannya. Pelayan itu langsung tidak bisa bernafas, seolah-olah dia tenggelam.
"Apapun yang aku lakukan tidak ada hubungannya denganmu, lagipula aku datang kesini atas perintah dari ayah. Karena sepertinya kau tidak mau diajak kerjasama apa kau sudah tidak membutuhkan keluarga gua lagi" ucap Nathan dengan dingin dan menonaktifkan sihirnya.
"Huhhh... Huh.... Ahhhhh ahahahahah Keluarga ?? Siapa maksudmu ?!" Ucap pelayan itu dengan nafas tersengal-sengal.
"Bukankah satu-satunya keluargaku sudah dibunuh oleh si brengsek ayahmu. hanya karena dia kehilangan istri yang sangat dia cintai" ucap pelayan itu dengan emosi yang campur aduk.
"Hanya karena kakakku adalah seorang pelayan dari Duches Alea, setelah Duches meninggal. Bedebah itu justru melampiaskan amarah dengan ikut membunuh Kakaku !"