NovelToon NovelToon
Waiting For You 2

Waiting For You 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Keluarga
Popularitas:902
Nilai: 5
Nama Author: Uppa24

novel ini adlaah adaptasi dari kelanjutan novel waiting for you 1

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uppa24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

siapa kau!!

Aidan bersandar di kursinya, menatap layar dengan campuran emosi yang rumit—marah, kecewa, tapi juga harapan yang anehnya mulai tumbuh di hatinya. Elena mungkin telah berusaha menghilangkan jejak masa lalu, tapi Alvio adalah penghubung tak terpisahkan antara mereka.

"Alvio..." gumamnya pelan, seolah merasakan kedekatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. "Aku tidak akan menyerah pada kalian berdua. Apa pun yang terjadi."

Dan malam itu, baik Elena, Alvio, maupun Aidan, masing-masing merasa bahwa hidup mereka baru saja berubah. Masa lalu yang mereka hindari akan segera menjadi bagian dari masa depan yang tak bisa mereka elakkan. Bagaimanapun caranya, sebuah konfrontasi kini tak lagi terhindarkan.

...~||~...

Pagi hari menyambut dengan langit yang bersih, tapi suasana hati Elena masih dipenuhi kekalutan. Setelah percakapan berat semalam dengan Alvio, dia tahu waktunya menghadapi kenyataan semakin dekat. Dia duduk di tepi balkon kamar hotel, memandangi cahaya mentari yang mulai memantul di gedung-gedung kota. Dalam hatinya, ada keraguan yang menyesakkan: bagaimana ia harus menghadapi Aidan lagi?

Namun pikirannya kembali pada Alvio. Putranya berhak tahu, dan lebih dari itu, dia tahu bahwa membiarkan Alvio berinteraksi dengan Aidan mungkin adalah bagian dari memberikan masa depan yang lebih baik untuknya.

Tidak jauh dari sana, di lantai bawah hotel, Alvio sudah bersiap dengan ranselnya. Meski masih pagi, anak itu penuh tekad. Ia punya rencana yang telah tersusun rapi, sesuatu yang bahkan ibunya mungkin tak akan setuju jika tahu.

"Pak Jen," panggil Alvio pelan pada pelayan keluarga yang setia menemaninya.

Pak Jen segera menunduk. "Ada yang bisa saya bantu, Tuan Muda?"

"Aku ingin bertemu dengan seseorang," kata Alvio sambil tersenyum kecil. "Tolong antar aku ke kantor Aidan bastoro."

Pak Jen terdiam sejenak, memahami bahwa permintaan ini pasti datang dengan pemikiran matang dari Alvio. "Tapi, Tuan Muda, apakah Nyonya Elena sudah mengizinkan?"

Alvio menatapnya dengan penuh keyakinan. "Tidak perlu khawatir. Aku hanya ingin berbicara dengannya sebentar. Aku tidak akan melibatkan Ibu... untuk sekarang."

Walau ragu, Pak Jen akhirnya menuruti permintaan Alvio. Dia tahu betapa keras kepala anak ini, dan mungkin, ini adalah langkah yang memang sudah semestinya terjadi.

Sementara itu, di kantor pusat bastoro Group, Aidan menatap layar komputer dengan tangan bersilang di dadanya. Di layar itu, wajah Alvio dan berbagai data tentang bocah tersebut tampak jelas. Bahkan sebelum bertemu langsung, Aidan sudah mulai merasakan keterikatan emosional yang ia tak tahu harus disalurkan ke mana.

Sekretarisnya mengetuk pintu dan masuk membawa kabar. "Tuan Aidan, ada tamu tak terduga di lobi—seorang anak kecil. Namanya Alvio."

Aidan langsung berdiri dari kursinya, sorot matanya menunjukkan keterkejutan sekaligus antusiasme. "Bawa dia ke sini," perintahnya tanpa ragu.

Tidak butuh waktu lama hingga pintu ruangan Aidan terbuka, dan di sanalah Alvio berdiri, tampak lebih kecil dibandingkan imajinasi Aidan. Namun tatapan tajam anak itu sudah cukup memberitahu siapa dirinya. Alvio masuk dengan langkah mantap, sementara Pak Jen menunggu di luar.

"Jadi, kau benar-benar ada di sini," ujar Aidan, nadanya penuh keterkejutan. "Aku tidak tahu harus mulai dari mana."

Alvio mengangguk singkat, menatap Aidan dengan rasa ingin tahu bercampur kehati-hatian. "Aku ke sini karena ingin bicara. Aku ingin tahu siapa kau sebenarnya. Dan aku ingin tahu kenapa Ibu meninggalkanmu."

Aidan terduduk perlahan di kursinya, mencoba meredakan gejolak hatinya. "Kau terlalu pintar untuk anak seusiamu," ujarnya pelan. "Tapi kalau kau mau tahu kebenaran, aku akan memberitahumu. Itu hakmu."

Dengan nada rendah, Aidan mulai menceritakan apa yang terjadi di masa lalu antara dirinya dan Syafira—kini Elena. Tentang pertunangan mereka, hubungan yang rumit di tengah tuntutan keluarga, hingga bagaimana mereka akhirnya terpisah karena pilihan yang tampaknya lebih baik bagi masing-masing.

Namun, semakin Aidan berbicara, semakin ia sadar betapa besar kehilangannya selama bertahun-tahun. Suaranya melemah di akhir ceritanya, tatapannya menunduk seolah memikul beban dosa yang ia simpan begitu lama.

"Aku tidak tahu bahwa dia mengandungmu," lanjutnya, suaranya terdengar hampir putus asa. "Jika aku tahu... mungkin semua ini akan berbeda."

Alvio, meski masih kecil, mendengar cerita itu dengan kesungguhan yang luar biasa. "Ibu bilang, dia pergi untuk melindungiku. Karena dunia ayah tidak aman untuk kami."

Aidan tersentak mendengar kata-kata itu, lalu menghela napas panjang. "Itu mungkin benar, Alvio. Tapi kau harus tahu, aku tidak pernah ingin kalian merasa butuh perlindungan dari dunia ini tanpa aku. Aku ingin menjadi bagian dari hidupmu, dan juga bagian dari hidup ibumu."

Alvio menatap Aidan, mencoba menilai ketulusan pria itu. Untuk pertama kalinya, dia melihat bukan hanya sosok asing yang ada di masa lalu ibunya, tapi seseorang yang memiliki keterkaitan mendalam dengannya. "Kalau begitu, buktikan pada Ibu. Aku ingin melihat kau memperbaiki hubungan kalian, tapi tidak dengan cara memaksa."

Aidan terkesiap mendengar keberanian anak itu. Bocah yang bahkan baru tiga tahun ini berbicara dengan bijak, sesuatu yang memukul langsung ke hatinya.

"Aku akan mencobanya," jawab Aidan mantap. "Kamu punya janji dariku."

Ketika Alvio kembali ke hotel sore itu, Elena sudah menunggunya di lobi. Wajah Elena memancarkan campuran antara kekhawatiran dan kemarahan. "Vio, ke mana saja kau seharian? Aku mencarimu di mana-mana."

"Aku bertemu Aidan," jawab Alvio tanpa basa-basi.

Mata Elena melebar. Dia hampir tidak percaya dengan keberanian anaknya. "Apa yang kau lakukan, Vio? Kenapa kau pergi tanpa memberitahuku?"

"Aku hanya ingin tahu yang sebenarnya, Ibu. Dan sekarang aku sudah tahu," balas Alvio tenang. "Tapi sekarang, giliranmu. Kalian berdua harus bicara, Ibu. Tidak lagi menghindar."

Elena merasa dunianya berputar. Hati kecilnya tahu anaknya benar, tapi ketakutannya masih membayangi. Namun, ketika dia menatap mata Alvio, yang dipenuhi keyakinan dan harapan, Elena merasa dia tak bisa menolak.

"Kau terlalu pintar untuk kebaikanmu sendiri," ujar Elena dengan senyum lelah, mencoba menahan emosi.

"Tidak, Bu. Aku hanya ingin yang terbaik untuk kita."

Malam itu, Elena akhirnya memutuskan untuk menerima panggilan Aidan. Suaranya yang hangat tapi tegas terdengar di ujung sana. Percakapan mereka dipenuhi kekakuan pada awalnya, tapi perlahan, keterbukaan mulai tumbuh.

"Aku ingin bertemu denganmu," kata Aidan, penuh harapan. "Bukan hanya untuk Alvio, tapi juga untuk kita. Ada banyak hal yang perlu aku perbaiki, Elena."

Elena terdiam, tetapi akhirnya mengangguk meski Aidan tak bisa melihatnya. "Kita akan bicara. Tapi aku tidak menjanjikan apa-apa."

Dan malam itu, untuk pertama kalinya, jalan menuju rekonsiliasi mulai terlihat, meski tertutup bayang-bayang masa lalu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!