Seorang gadis yang terpaksa menikah dengan ayah dari sahabatnya sendiri karena sebuah kesalahpahaman. Apakah dirinya dapat menjalani kehidupannya seperti biasanya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Azalea keguguran
Azalea pun sampai dibawa ke Rumah Sakit. Damian yang panik langsung turun dari mobil dan menggendong istrinya menuju ke IGD diikuti dengan Dina.
"Suster, tolong istri saya, sus. Dia pingsan dan mengeluarkan darah." Ucap Damian yang meminta pertolongan perawat yang berjaga.
Perawat dengan sigap langsung menolong Damian dan mengarahkannya ke Ruang Obygn.
Damian pun membaringkan istrinya di tempat tidur yang berada pada ruangan tersebut.
"Tunggu sebentar ya, Pak. Dokter akan segera datang. Dan, tolong yang menunggu pasien di ruangan ini satu orang saja." Ucap suster tersebut.
Damian dan Dina pun menganggukkan kepalanya. Dina keluar dan menunggu di luar ruang IGD.
Tak lama dokter pun datang. Dokter tersebut langsung menangani Azalea. Karena Azalea mengeluarkan darah dari jalan lahir. Dokter segera mengambil tindakan USG.
Dokter mengoleskan gel dan mengarahkan alat USG ke perut Azalea.
"Pak, Anda bisa melihat ini?" Ucap dokter tersebut dengan menunjukkan rekaman gambar di monitor dari alat USG.
"Apa itu, Dok?" Tanya Damian yang sedari tadi memperhatikan layar monitor tak mengerti maksudnya dengan balik bertanya.
"Ini yang terlihat seperti biji kedelai adalah bakal janin atau embrio, Pak. Seperti dugaan saya, istri bapak sedang hamil dan usianya sekarang 3minggu." Ucap Dokter tersebut.
Damian kaget dan melototkan matanya tak percaya. Ada rasa bahagia. Namun, tiba-tiba kebahagiaan itu musnah begitu saja disaat mendengarkan kelanjutan kalimat sang dokter.
"Tapi, maaf pak. Meski hal ini tidak enak saya katakan tapi, semoga bapak dan istri tabah dan kuat, karena semua ini adalah jalan takdir. Sangat terpaksa sekali saya harus mengatakan, jika istri Anda mengalami keguguran, pak." Imbuh Dokter tersebut.
"A-apa, Dok? Keguguran? Bagaimana bisa? Ya Allah." Ucap Damian dengan terduduk lemas dilantai. Seketika tubuhnya seperti tak bertulang.
"Yang kuat ya, pak. Sebagian besar keguguran terjadi karena kelainan kromosom. Bisa karena jumlahnya kurang atau berlebih. Yang jelas hal itu meningkatkan risiko keguguran. Sebab, janin tidak berkembang normal. Bapak harus menguatkan istri bapak nantinya. Setelah ini saya akan langsung menindak lanjuti penangan istri bapak. Hal ini sering terjadi, pak. Jadi, Anda tak perlu berkecil hati. Tolong bapak segera mendaftarkan istri bapak dan segera urus administrasinya agar kami bisa segera melakukan tindakan prosedur kuretase untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim." Jelas dokter panjang lebar.
Damian pun gegas melakukan apa yang perlu dilakukan. Setelah semua selesai. Azalea langsung dibawa ke ruang operasi untuk melakukan kuretase.
Damian kini menunggu dengan Dina di kursi depan ruang operasi.
"Pa, bagaimana kita akan menjelaskan ke mama? Pasti dia akan sedih sekali, Pa. Apalagi sebelumnya dia tak mengerti kalau dia sedang mengandung." Ucap Dina begitu sedih dengan apa yang menimpa mamanya.
"Entah sayang, papa pun bingung. Papa jahat, papa gak berguna, gak bisa menjaga istri papa dengan baik." Ucap Damian yang tak bisa menahan rasa kesedihannya. Damian pun menjatuhkan air matanya.
Dina baru pertama kalinya melihat papanya menangis, dan dia pun ikut bergetar dan menangis. Ternyata papanya benar-benar sudah mencintai Azalea. Dina merasa haru. Mereka pun saling menguatkan.
2 jam lamanya, akhirnya Azalea dibawa keluar dan dipindahkan ke ruang inap karena kondisinya begitu lemah dan darahnya rendah. Sepertinya Azalea juga merasa kelelahan.
Azalea ditempatkan di ruang VIP. Jadi, istirahatnya tak akan terganggu dengan pasien lain.
"Pak, tolong, nanti jika pasien sudah sadarkan diri, tolong beri pasien air putih hangat, dan Anda panggil saya atau dokter jaga. Pasien saat ini masih lemas karena darahnya begitu rendah. Kalau begitu saya permisi dulu ya, Pak." Ucap seorang dokter.
"Iya, Dok, terima kasih." Ucap Damian singkat.
Lalu dokter pun pergi.
Azalea belum juga sadarkan diri. Damian mendekati dan menggenggam tangan istrinya. Pandangannya tak luput dari wajah istrinya dan sesekali dia mengusap lembut pipi istrinya. Dina pun ikut mendekati Azalea.
*Zaa, lekaslah sadar. Lihatlah papa begitu sedih.* Batin Dina.
"Pa, aku keluar dulu ya cari makan. Papa ada mau nitip gak?" Ucap Dina dengan dibalas hanya dengan gelengan kepala.
Dina yang mengerti akan kondisi papanya sekarang pun langsung keluar. Dia akan memberikan waktu kepada papa dan mamanya itu.
Damian merasa frustasi.
"Sayang, maafkan, mas. Mas tak bisa menjagamu dengan baik. Mas jahat karena mas anak kita telah tiada. Sayang, lekaslah sadar. Mas janji setelah ini akan lebih menjagamu." Ucap Damian dengan lirih.
"Astagfirullah, aku lupa tak mengabari kedua mertuaku." Seketika Damian baru ingat kalau belum memberikan kabar kepada ayah Leo dan bunda Wulan tentang apa yang dialami istrinya.
Segera Damian merogoh ponsel yang berada di kantong celananya. Damian langsung mengabari ayah mertua. Dia keluar ruangan agar lebih leluasa untuk bersuara.
[Assalamu'alaikum,]
[Wa'alaikumussalam wa rahmatullah, ayah mertua. Aku ingin mengabari sesuatu padamu tentang Zaazaa.] Ucap Damian.
[Ada apa dengan putriku?]
[Saat ini Zaazaa berada di RS Kusuma Asih Ruang VIP no 59. Untuk jelasnya nanti saya jelaskan.]
[Baiklah, saya akan segera kesana. Assalamu'alaikum,] Ucap Leo singkat karena juga merasa khawatir dengan anaknya dan segera ingin melihat kondisi anaknya.
[Wa'alaikumussalam wa rahmatullah]
Setelah mengabari mertuanya, Damian kembali masuk ke ruangan dan menunggu di samping tempat tidur istrinya. Lama-kelamaan Damian tertidur.
Dina yang baru saja kembali dari membeli makanan langsung masuk ke kamar inap Azalea. Dina melihat pemandangan yang membuatnya kembali haru. Papanya terlihat setia sekali menunggu istrinya.
Perlahan Dina menghampiri papanya dan membangunkannya dengan pelan.
"Pa, ayo makan dulu, aku sudah membelikan papa makanan." Ucap Dina lirih.
"Enggak sayang. Papa tak ada selera sedikitpun untuk makan." Tolak Damian.
"Pa, papa harus makan, nanti kalau mama sudah sadar terus tau papa gak mau makan, pasti mama akan semakin sedih, Pa. Papa harus jaga kesehatan agar tetap kuat. Kalau nanti papa sakit karena gak mau makan, nanti yang akan menguatkan mama siapa?" Jelas Dina agar papanya mau makan.
"Hm.. Kamu benar sayang." Damian pun beranjak dari tempat duduknya dan menuju sofa di ruangan tersebut untuk mengisi perutnya.
Dina pun tersenyum. Lalu mengikuti papanya.
Dina memberikan makanan yang sudah dibelinya tadi kepada papanya. Baru saja Damian akan makan. Pintu kamar tiba-tiba ada yang mengetuk.
Tok tok tok.
"Biar Dina aja, pa. Papa makan aja dulu." Ucap Dina dan dibalas anggukan oleh papanya.
Dina langsung membukakan pintu. Dan ternyata kedua orang tua Azalea yang datang.
"Eh Om, tante, silahkan masuk." Ucap Dina mempersilahkan kedua orang tua Azalea.
Leo dan Wulan pun langsung masuk. Mereka terlihat sangat khawatir.
"Ya Allah, anak bunda, kamu kenapa, nak?" Ucap Wulan yang sedari masuk melihat anaknya terbaring lemah ditempat tidur langsung menghampiri anaknya dan mengusap pucuk kepala Azalea.
Leo juga mengikuti istrinya. Melihat anaknya terbaring sakit dadanya terasa sakit. Leo mengelus bahu istrinya agar kuat.
Damian yang tadinya ingin melanjutkan makan pun dia urungkan.
Leo meninggalkan istrinya dan menghampiri menantunya itu.
"Apa yang terjadi dengan putri kesayanganku? Dia tidak pernah sakit sebelumnya. Melihatnya yang seperti itu dadaku ikut merasa sakit." Ucap Leo dengan mengungkapkan apa yang dia rasa saat ini.
Melihat Damian dan ayah Leo akan membicarakan suatu hal yang penting, Dina pun beranjak dari tempat duduknya dan ikut dengan Wulan di samping Azalea.
"Sebelumnya saya minta maaf ayah mertua. Saya merasa gagal sekali. Saya benar-benar menjadi pria pecundang dan jahat." Ucap Damian.
"Apa yang kau maksud ini mantu?" Ucap Leo yang tak mengerti dengan maksud mantunya tersebut.
"Ayah mertua ingat tadi saya bertanya tentang pak Johan?" Ucap Damian.
"Iya, lalu? Apa hubungannya dengan Johan?" Ucap Leo dengan sedikit mengerutkan dahinya.
"Dia tadi menelponku. Memintaku untuk datang ke Hotel X. Tapi, kata ayah mertua dia, Anda tugaskan ke luar kota. Dari sana perasaanku tak enak. Lalu aku mengirimkan pesan pada Zaazaa untuk ikut datang ke sana. Dan ternyata benar, Pak Johan menjebakku dengan anaknya. Disaat anaknya mulai menggodaku, Zaazaa datang. Dan tiba-tiba dia terjatuh pingsan. Dan dari jalan lahir keluar darah. Dari sana saya mengetahui jika Zaazaa sedang hamil, dan usia kandungannya 3 minggu. Namun, sayang. Zaazaa keguguran. Maafkan aku." Jelas Damian panjang lebar.
"Kurang*jar." Hanya itu yang Leo ucapkan.
Setelahnya dia keluar dari ruangan anaknya. Entah kemana.
Sedang Wulan yang sedari tadi juga ikut mendengarkan penjelasan mantunya kini menangis. Kecewa? Jelas. Tapi, semua kembali pada Sang Maha Pencipta. Mungkin memang belum takdir anaknya untuk mempunyai anak.
Damian sendiri hanya pasrah. Tubuhnya lemas, apalagi melihat reaksi ayah mertuanya. Damian berfikir apakah tak ada kesempatan baginya untuk membahagiakan orang yang dia sayang?
Di dalam ruangan inap Azalea kini penuh dengan tangisan.
Sedang Leo kini terlihat usai mengabari seseorang.
"Tak akan ku biarkan kalian lolos. Kalian harus menerima akibatnya."
kecuali kamu meminta yang bukan menjadi hak mu
peran pria dan wanitanya juga tegas