Tuan Alaxander Almahendra adalah seorang CEO dan tuan tanah. Selain memiliki wajah yang tampan ia juga pintar dan cerdas dan nyaris sempurna. Namun, siapa sangka di balik kesempurnaan fisik dan kecerdasannya tuan Alex terkadang sangat kejam terkesan tidak berprikemanusiaan. Ia seperti tenggelam dalam lorong hitam yang menggerogoti jiwanya.
Nayla De Rain gadis canti dengan paras sempurna. Setelah mengalami kegagalan dengan Fandy ia memutuskan untuk menikah dengan Zainy lelaki yang tida di cintainya. Namun, sebuah peristiwa membuatnya tertangkap oleh anggota tuan Alex dan di bawa ke menara dengan seribu tangga memutar.
Nasib baik atau buruk yang menimpa gadis bernama Nayla iti malah mempertemukannya dengan tuan Alex. Entah tuan Alex dan anggotanya akan akan menyiksa Nayla seeprti yang lainnya atau malah menjadikannya tahanan abadi. Novel 'REMBULAN YANG TENGGELAM' adalah kisah cinta dan balas dendam. Para tokoh mempunyai karakter unik yang membuat mu jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dongoran Umridá, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lorong Neraka
Ke empat pengawal itu langsung berjalan mundur. Tidak boleh membelakangi tuan Alex bagaimana pun keadaannya. Tiba-tiba HP Andan bergetar. Ia langsung menjawabnya, tidak lama ia berbicara segera di tutupnya HPnya lalu mendekati tuan Alex.
"Seorang yang terlibat juga sudah di tangkap oleh anggota kita." Bisiknya pada tuan Alex.
"Di mana orangnya?"
"Mereka sudah hampir tiba di sini."
"Baguslah, suruh mereka masuk dari taman bunga merah, kita tunggu saja di sini, aku ingin melihat wajahnya."
Sebuah mobil mewah berwarna merah melewati jembatan menuju gedung berbentuk X dengan menara setinggi seribu anak tangga untuk mencapainya. Di dalam mobil itu ada dua orang lelaki berjas dengan kumis tipis menghiasi wajahnya. Sementara yang satunya lagi berwajah tirus dengan kulit sawo matang.
Seorang gadis sedang di borgol tangannya, mulutnya di lem, dengan wajah lembam dan rambut acak-acakan. Dan satunya lagi lelaki gendut berkumis tebal, wajahnya sangar, kulitnya putih dengan mata sipit, tangannya di borgol, mulut di lem dengan wajah yang sudah babak belur dan mulutnya berdarah.
Mobil itu meluncur melewati jembatan dan segera menuju taman bunga merah. Tuan Alex dan Andan berdiri sambil menunggu dengan tangan di masukkan ke dalam saku. Tuan Alex seperti sedang menikmati suasana tamam.
Mobil itu berhenti persis di depan tuan Alex. Si pengemudi keluar di ikuti oleh temannya yang berwajah tirus. Kemudian keduanya menarik gadis dan lelaki gendut yang terborgol tadi. Sementara tuan Alex memperhatikan kedua orang terborgol itu.
"Bawa gadis itu ke tahanan bawah tanah! Aku sedikit lelah, aku hanya akan bermain dengan si gendut ini saja."
Perintah tuan Alex. Si kumis tipis dan si wajah tirus segera menyeret gadis itu masuk melewati gerbang menuju ke tahanan bawah tanah. Si gendut menjerit marah saat melihat putrinya di paksa dan di tendang seperti binatang. Andan menendang si gendut sampai tersungkur karna sudah berani membentak tuan Alex. Tuan Alex menahan Andan dan menepuk-nepuk bahunya. Andan mengerti bahwa tuan Alex sedang menyuruhnya diam dan tenang. Dengan tenang tuan Alex mendekati si gendut, tangannya masih di masukkan dalam saku celananya.
"Bagimana rasanya keluargamu di perlakukan seperti itu? Apa hatimu menangis?" Tuan Alex membuat jeda sebelum melanjutkan kalimatnya. Seolah sedang menunggu jawaban si gendut, meski sebenrnya dia tidak butuh jawaban lelaki itu. Kamudian tuan Alex melanjutkan kalimatnya lagi.
"Oh ya, aku lupa bahwa kamu tidak punya hati, mana bisa kamu merasakan sakit atau teriris, kamu kan binatang berbentuk manusia."
"Lepaskan aku! Siapa kamu sebenarnya? Hah?"
Teriak si kepala botak berusaha melawan meski keadaan tidak memungkinkan. Melihat si gendut melawan tuan Alex Andan langsung menendangnya lagi sampai tersungkur. Si gendut mengerang kesakitan. Tuan Alex memberi isyarat pada Andan. Andan langsung mengerti, segera ia mengeluarkan korek api dari sakunya dan menyalakannya, mengarahkan korek api itu ke kepala si gendut hingga rambut itu sebagian terbakar. Lalu korek api itu berpindah ke telinga lalu ke hidungnya. Membuat si gendut mengerang kesakitan dan kepanasan seperti cacing yanga di siram air panas di siang hari.
"Aish aku sangat malas melakukan ini di tempat seindah ini.." Gumam tuan Alex mendekati si gendut lalu berjongkok
"Kamu tidak mengenal ku? Kita baru saja perkenalan loh, aku orang yang akan membuat hidupmu seperti di neraka sebelum aku kirimkan kau ke neraka yang sesungguhnya."
Mata tuan Alex memandang lekat wajah si gendut. Tatapan itu membuat si gendut membeku tidak berkutik. Si gendut merasakan aura malaikat maut pada pemuda tampan di depannya. Si gendut membayangkan malaikat maut itu akan segera mencabut nyawanya.
"Masih ingat peristiwa villa green palace? Aku adalah Alexander Almahendra."
Mata si botak terbelalak kaget. Jantungnya seolah berhenti tidak mampu untuk berdetak. Siapa yang tidak tau tragedi villa green palace? Tragedi mengerikan itu pernah menjadi trending topik di sosial media.
"Namun entah kenapa berita dan kenyataan yang ada sungguh berbeda. Di surat kabar dan media lainnya di katakan bahwa peristiwa itu adalah bom bunuh diri yang tidak memakan korban apa menurut mu itu benar?"
Tuan Alex menekan nadanya meski ia benar-benar marah, kali ini ia mampu menahan agar tidak meninggikan suaranya. Tuan Alex menyentuh dagu si gendut agar wajah lelaki gendut itu mendongak menatap wajah tampannya.
"Apa kamu masih ingat apa yang kamu lakukan sebelum tragedi itu? Aku yakin kamu tidak amnesia, jadi coba putar kembali memorimu biar ku fikirkan apa balasan yang setimpal untukmu dan keluargamu,"
Tuan Alex kini tidak hanya menekan suaranya lagi. Lelaki itu kini terlihat tenang dengan wajah yang masih memperlihatkan kemarahannya. Namun, persisnya tenang seperti air yang dalam. Meski dalamnya sedang bergejolak, kini ia terlihat tenang namun lebih menakutkan.
Si gendut benar-benar membeku seperti es. Seluruh tubuhnya dingin dan gemetaran, nyeri, sakit dan panas menyerang tubuhnya. Meski tidak ingin, dengan sendirinya memorinya kembali pada peristiwa green palace. Malam itu rembulan sedang purnama. Ledakan mengerikan dan semburan api yang mengudara, jeritan histeris orang-orang yang terbakar di dalamnya. Ketika itu ia tersenyum dan tertawa puas menyaksikannya, tidak merasa bersalah dan tidak kasihan dalam hatinya. Jeritan dan tangisan anak-anak yang memilukan itu menjadi hiburan yang menggelikan baginya dan teman-temannya. Tangisan bayi dan gadis kecil yang berusia empat belas tahun yang mereka aniaya secara biadab mereka injak-injak bak tikus di permainkan oleh kucing. Jeritan gadis itu membuat mereka semakin beringas. Hingga gadis empat belas tahun itu pingsan tiada daya mereka tertawa puas tanpa rasa kasihan apalagi bersalah. Ya dirinya sungguh biadab memang. Kini, siapa orang ini yang mengungkit kebiadabannya di masa lalu? Ketika orang-orang tidak lagi mengingatnya? Si kepala botak ini benar-benar tidak tau, ternyata masih ada orang yang mengingat peristiwa itu. Bahkan sepertinya dia tahu kejadian yang sesungguhnya yang selama dua puluh tahun ini kebenarannya sudah tertutup rapat oleh mereka.
Tuan Alex begitu geram melihat ekspresi si kepala botak ini. Ingin rasanya ia mengulitinya hidup-hidup, membuatnya benar-benar menderita. Ekspresi apapun yang di tunjukkan si kepala botak ini hanya akan membuatnya semakin geram dan marah. Bahkan raut muka sedih dan takutnya si kepala botak membuat tuan Alex semakin muak.
"Andan! Suruh penjaga memasukkan tikus ini ke neraka, aku sangat muak melihatnya." Perintah tuan Alex. Andan mengangguk dan langsung menghubungi seseorang. Tidak lama kemudian dua orang penjaga datang dengan tergesa-gesa. Kedua penjaga yang baru datang itu membungkuk hormat.
'Masukkan tikus ini ke dalam lorong neraka."
Perintah tuan Alex.
"Siap tuan!"
Kedua penjaga itu menjawab bersamaan dengan tegas tanpa jeda keduanya langsung menyeret si gendut tanpa ampun. Si kepala botak memberontak semampunya, namun tiada dayanya kini. Kedua penjaga itu menyeretnya dengan paksa. Mereka benar-benar memperlakukannya seperti binatang tidak punya harga diri. Ya kalau di lihat sekilas orang-orangnya tuan Alex adalah orang-orang kejam tak berprikemanusiaan. Mungkinkah ada alasan di balik semua ini?