Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20 - Dujakur
Abas tiba di barbershop. Di sana dia tidak melihat ada banyak pelanggan seperti yang disebutkan Mila, tetapi melainkan adanya sosok lelaki paruh baya tidak asing. Lelaki itu tidak lain adalah Irwan.
Buru-buru Abas masuk ke barbershop. Ia langsung menyapa Irwan.
"Ada apa, Pak?" sapa Abas.
"Mau datang saja ke sini. Soalnya kamu nggak ada menghubungiku sejak kemarin," sahut Irwan.
"Maaf, Pak. Saya lupa," ungkap Abas.
Irwan terkekeh sambil melambaikan tangan ke depan wajah. Dia segera berkata, "Oh iya, kata temanmu ini kamu sedang berusaha membangun ulang usahanya ya?"
"Iya, Pak. Bisa dilihat kan? Suasananya dirubah biar lebih menarik. Biar pelanggan betah gitu kan, Pak!" tanggap Abas sembari memperlihatkan keadaan barbershop yang sudah dibenahi Mila dengan baik.
"Jadi selain mencukur, tempatmu ini juga menyediakan jasa pijat?" tanya Irwan.
Abas melirik Mila. Dia yakin, pasti gadis itu yang sudah memberitahu semuanya pada Irwan. Terutama mengenai keahlian memijatnya.
"Iya, Pak. Tapi tentang ini saya masih belajar pelan-pelan," jelas Abas.
"Kalau begitu, kau mau memijatku nggak? Kebetulan beberapa bagian tubuhku sakit. Terutama kaki nih. Aku sampai berobat ke dokter terbaik di kota ini. Tapi rasa pegalnya nggak kunjung membaik," ucap Irwan.
"Bisa, Pak. Tapi saya nggak bisa menjamin kesembuhannya ya," tanggap Abas.
"Ya sudah. Ayo! Apa ada ruang pijatnya?" tanya Irwan.
Abas dan Mila langsung bertukar pandang. Karena tokonya kecil, jadi Abas masih belum bisa menyediakan ruang untuk pijat. Ia lantas menjelaskan semua itu pada Irwan.
Irwan terdiam. Dia juga memperhatikan barbershop Abas dengan serius.
"Tempat ini memang sangat kecil. Bagaimana kalau begini saja. Aku akan memberikanmu tempat yang lebih besar," imbuh Irwan.
Mata Abas membulat. "Saya nggak yakin, Pak. Soalnya saya nggak punya uang untuk membayar tempat yang lebih besar," ungkapnya.
"Sudah! Jangan pikirkan biayanya. Pokoknya kau siap-siap saja buat pindah. Terus, pikirkan strategi untuk memajukan usahamu," kata Irwan.
"Bapak serius?" Abas merasa sulit untuk percaya.
"Iya. Anggap saja ini sebagai terima kasih dan juga perasaan senangku karena masih bisa menemukan lelaki yang jujur sepertimu. Sungguh! Anak lelakiku saja sering membohongiku," ungkap Irwan. Dia menggeleng kecewa saat mengingat kelakuan anaknya sendiri.
"Terima kasih banyak, Pak! Saya senang sekali. Tapi nanti kalau usaha saya sukses, saya pasti akan bayar semuanya," balas Abas kesenangan.
Irwan menepuk pundak Abas. "Kau mengingatkanku dengan masa mudaku. Masa saat aku berusaha berjuang keras sepertimu," tuturnya.
Mila yang sejak tadi mendengar semuanya, merasa ikut senang. Dia dan Abas di ajak Irwan untuk makan siang bersama. Mereka makan di restoran.
Setelah berbicara banyak, Irwan membuat janji akan menyiapkan tempat baru untuk usaha Abas lusa nanti. Kini Abas dan Mila di antar kembali ke barbershop. Mereka baru turun dari mobil Irwan.
Irwan langsung pergi. Karena orang sepertinya tentu sangat sibuk.
Sementara itu, Abas bingung karena melihat ada beberapa orang berdiri di depan barbershopnya. Dahinya berkerut dalam.
"Kenapa pada rame-rame di depan barbershopku?" gumam Abas.
"Itu pasti efek promosi yang sudah kulakukan!" sahut Mila.
"Apa?!" Abas menatap Mila. Menuntut penjelasan lebih lanjut dari gadis itu.
"Iya. Aku sudah mempromosikan tokomu di akun media sosialku. Kebetulan pengikutku lumayan banyak," ungkap Mila.
"Coba lihat!" pinta Abas.
Mila lantas membuka akun media sosialnya. Lalu dia tunjukkan foto promosi yang dibuatnya untuk Abas.
"Oh iya. Aku lupa minta izin. Aku mengambil foto yang ada di akunmu," kata Mila dengan senyuman kecut.
Pupil mata Abas membesar. Atensinya tertuju pada tulisan, 'Dujakur! Duda pijat & cukur Kapan lagi bisa ketemu duda tampan yang begini?' Selain itu, ada foto dirinya di bawah tulisan tersebut.
ingat entar tambah parah Lo bas....,