Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.
Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Jerat yang Tak Terlihat
Rachel duduk di ruang kerjanya, menatap ponselnya yang berkedip pelan. Pesan yang baru saja masuk membuat tangannya bergetar.
“Bagaimana jika seluruh dunia tahu tentang Leo? Bagaimana jika rahasiamu terbongkar?”
Rachel merasa napasnya tercekat. Kata-kata ancaman itu terasa begitu dekat, seperti bayangan gelap yang merayap di sekelilingnya. Ia sudah lama berusaha melindungi identitas Leo, namun kini, seseorang tampaknya mengetahui terlalu banyak.
Tak lama kemudian, pintu ruang kerja terbuka, dan David masuk dengan wajah serius.
“Rachel, kita harus bicara,” katanya tegas. Ia melihat raut wajah Rachel yang ketakutan, dan ekspresi wajahnya melembut.
Rachel menatapnya dalam-dalam. “David, aku tidak tahu siapa yang mengirimkan pesan ini. Mereka tahu tentang Leo… Tentang segalanya.”
David mengangguk pelan, mengambil tempat duduk di seberang Rachel. “Aku sudah memperkirakan hal ini sejak kita memutuskan untuk muncul di acara gala itu. Tapi ini bagian dari rencana kita, kan?”
Rachel menggigit bibirnya, menahan kekhawatirannya yang semakin kuat. “Aku tahu, tapi… jika mereka benar-benar mengetahui semuanya? Bagaimana jika Leo menjadi sasaran?”
David meraih tangan Rachel, menggenggamnya erat. “Rachel, kita akan melindungi Leo dengan segala cara. Aku sudah menyiapkan pengamanan tambahan untuknya. Kita harus fokus mencari tahu siapa yang bermain di balik bayangan ini.”
Rachel menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. “Jadi, apa langkah kita selanjutnya?”
David menatapnya dengan mata penuh tekad. “Kita akan balik menyerang. Mereka pikir mereka punya kendali atas kita dengan ancaman ini. Aku ingin mereka merasa bahwa kita juga tahu rahasia mereka.”
Rachel memandang David dengan keraguan, namun ada kepercayaan yang mulai tumbuh dalam dirinya. Bersama David, ia merasa lebih kuat.
---
Di tempat lain, di ruang gelap sebuah bangunan terpencil
Pria yang mengirim pesan ancaman itu duduk di depan layar komputer. Di depannya, terdapat gambar-gambar David, Rachel, dan Leo yang tersebar di berbagai sudut layar. Ia menyeringai puas.
“David,” katanya pelan, menatap layar dengan tatapan dingin, “kau mungkin punya uang dan kekuasaan, tapi aku tahu rahasiamu. Dan kali ini, kau tak akan bisa menyembunyikannya dariku.”
Ia menekan tombol di komputernya, memunculkan rekaman video Leo yang sedang bermain di taman. Tawa bocah itu terdengar riang, tanpa mengetahui bahaya yang mengintai.
Pria itu tertawa kecil, menatap Leo dengan tatapan berbahaya. “Kau hanya permulaan, Leo. Ayahmu akan membayar mahal.”
---
Kembali ke kantor David
David berdiri di depan jendela kaca besar di kantornya, memandangi panorama kota. Pikirannya dipenuhi dengan strategi dan rencana. Rachel mendekatinya, menyadari keheningan yang tidak biasa pada diri David.
“Apa yang kau pikirkan, David?” tanya Rachel, menyentuh bahunya lembut.
David tersenyum tipis, namun matanya tetap serius. “Aku sedang memikirkan cara untuk menjebak musuh kita. Kita harus memainkan permainan ini lebih baik dari mereka.”
Rachel mengangguk pelan, meskipun di dalam hatinya ia masih merasa gentar. “David, aku percaya padamu. Tapi… bagaimana jika mereka lebih pintar dari yang kita kira?”
David menatapnya tajam, dengan determinasi yang tak tergoyahkan. “Mereka tidak akan pernah lebih pintar dari kita, Rachel. Aku akan memastikan mereka jatuh ke dalam jebakan kita.”
Mendengar tekad itu, Rachel merasa sedikit tenang, tetapi bayang-bayang ancaman masih menghantuinya. Ia tahu, ancaman ini jauh lebih besar dari apa yang mereka kira.
---
Malam itu, di apartemen Rachel
Rachel duduk di tepi tempat tidur, menatap Leo yang sudah terlelap di sebelahnya. Wajah anaknya terlihat damai, tidak tahu bahwa ada bahaya yang mengintai mereka. Rachel merasakan hatinya mencelos, takut membayangkan apa yang bisa terjadi jika orang-orang itu benar-benar menyentuh anaknya.
Tiba-tiba, suara ketukan di pintu membuatnya tersentak. Ia segera bangkit dan menuju pintu, namun ragu sejenak sebelum membuka. Ia mengintip melalui lubang intip dan melihat David berdiri di luar.
Rachel membuka pintu dengan sedikit lega. “David, ada apa? Ini sudah malam.”
David masuk, wajahnya tegang. “Aku baru saja menerima informasi penting. Orang yang mengancammu… dia adalah seseorang dari masa laluku. Seseorang yang sangat ingin melihatku hancur.”
Rachel menatapnya dengan terkejut. “Jadi ini… balas dendam?”
David mengangguk perlahan. “Ya. Dulu aku pernah menyingkirkan beberapa orang dari dunia bisnis, dan salah satu dari mereka sepertinya kembali untuk mengambil semuanya dariku. Dan kali ini, dia tahu bahwa menyerang Leo adalah cara tercepat untuk membuatku jatuh.”
Rachel merasa gemetar, tapi ia mencoba menenangkan dirinya. “David, jika orang ini tahu tentang Leo… kita tidak bisa lagi bersikap pasif. Kita harus menyerang lebih dulu.”
David tersenyum kecil, merasakan kekuatan dalam diri Rachel yang ia kagumi. “Itulah rencanaku. Aku sudah menyiapkan langkah-langkahnya. Besok, kita akan menjebaknya di tempat yang dia pikir aman.”
Rachel menatap David dengan penuh harap. “Aku akan melakukan apa saja untuk melindungi Leo.”
David menggenggam tangannya erat. “Aku juga, Rachel. Aku juga.”
---
Hari berikutnya, di sebuah gedung pertemuan tersembunyi
David dan Rachel tiba di gedung yang sepi, tempat yang sudah mereka rencanakan sebagai jebakan untuk musuh mereka. Gedung itu dilengkapi dengan kamera tersembunyi dan penjagaan ketat. David tahu, lawannya akan datang tanpa ragu karena berpikir mereka tidak tahu apa-apa.
Satu jam kemudian, pria yang mengancam mereka datang, ditemani beberapa anak buahnya. David menunggu dengan sabar di ruang kendali, memantau setiap gerakan musuhnya melalui layar.
Rachel berdiri di sebelahnya, memegang napas saat melihat pria itu melangkah masuk. Wajahnya yang dingin dan penuh dendam menunjukkan betapa besar keinginan pria itu untuk menghancurkan mereka.
David memegang bahu Rachel, menenangkan. “Ini akan berakhir hari ini.”
Mereka melihat pria itu mendekati tempat yang sudah dipasang mikrofon tersembunyi. David menekan tombol untuk berbicara langsung ke ruangan.
“Selamat datang. Aku senang kau datang,” suara David menggema di ruangan kosong itu.
Pria itu berhenti sejenak, terkejut, sebelum tertawa kecil. “Jadi, kau tahu aku akan datang. Bagus. Aku hanya ingin menyampaikan pesan.”
David tersenyum dingin, memantau reaksi pria itu. “Katakan.”
Pria itu menatap kamera dengan tajam. “Aku tidak akan berhenti sampai anakmu tahu siapa ayahnya sebenarnya. Kau adalah penipu besar, dan aku akan memastikan keluargamu hancur.”
Rachel merasakan bulu kuduknya berdiri mendengar ancaman itu, namun David tetap tenang.
“Kau pikir aku takut padamu?” balas David dengan nada yang tegas. “Kau akan menyesali setiap langkah yang kau ambil untuk mengancam keluargaku.”
Pria itu tersenyum, lalu melangkah keluar dari gedung dengan tenang, seolah kemenangan sudah di tangan. Namun, yang tidak ia ketahui, setiap langkahnya sudah terlacak oleh David dan timnya.
Begitu pria itu pergi, David menatap Rachel, matanya penuh dengan api balas dendam yang menggebu. “Pertarungan baru saja dimulai.”
Rachel mengangguk, merasakan ketegangan semakin nyata, namun juga kelegaan karena mereka akhirnya siap untuk melawan.
Bab ini berakhir dengan ketegangan yang semakin memuncak, meninggalkan cliffhanger di mana ancaman semakin nyata, tetapi begitu juga dengan tekad David dan Rachel untuk melawan.