He Ma Li, seorang wanita muda yang penuh semangat, baru saja diterima sebagai karyawan di sebuah perusahaan besar. Berbekal mimpi besar dan tekad kuat, Ma Li berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya yang penuh tekanan. Namun, ada satu sosok yang selalu menguji ketenangannya—CEO Zhang Xiang Li, seorang pria keras kepala dan penuh aturan. Dikenal sebagai pemimpin yang ambisius dan tegas, Xiang Li menjalankan perusahaannya dengan tangan besi, tidak memberi ruang untuk kesalahan.
Awalnya, Ma Li menganggap Xiang Li hanya sebagai bos yang sulit didekati. Namun, semakin lama bekerja di dekatnya, Ma Li mulai melihat sisi lain dari pria tersebut. Di balik sikap dingin dan tatapan tajamnya, Xiang Li memiliki cerita hidup yang sulit, yang perlahan membuat Ma Li semakin tertarik.
Tanpa disadari, perasaan cinta mulai tumbuh di hati Ma Li. Namun, cinta ini bukanlah sesuatu yang mudah. Bagi Xiang Li, cinta dan pekerjaan tidak pernah bisa bercampur, dan dia bersikeras menahan perasaannya agar tetap profesional. Mampukah Ma Li menembus dinding yang dibangun oleh Xiang Li? Apakah cinta Ma Li cukup kuat untuk membuat CEO keras kepala ini membuka hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lim Kyung rin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 9
Setelah merayakan ulang tahun neneknya yang ke-80 dengan penuh suka cita, He Ma Li duduk di ruang tamu rumah orang tuanya, dikelilingi oleh keluarganya. Suasana hangat dan ceria membuatnya merasa nyaman. Semua anggota keluarga berkumpul, menikmati kue ulang tahun yang lezat dan berbagi cerita lucu.
“Ma Li, bagaimana kabar pekerjaanmu?” tanya ibunya sambil menyajikan teh kepada semua orang. “Apakah ada sesuatu yang menarik?”
He Ma Li tersenyum lebar. “Semuanya baik, Bu. Aku baru saja menyelesaikan proyek besar di kantor di Guangzhou.” Ia merasa sedikit bersemangat, ingin berbagi tentang Zhang Xiang Li, sosok spesial dalam hidupnya.
“Dan aku ingin memberitahu kalian semua sesuatu yang penting,” lanjut He Ma Li, menarik perhatian semua orang. “Aku sudah memiliki seseorang yang sangat berarti bagiku.”
“Siapa?” tanya ayahnya dengan rasa ingin tahu. “Apa dia orang yang serius?”
He Ma Li mengangguk. “Namanya Zhang Xiang Li. Dia seorang CEO di kantorku, dan dia telah banyak membantu dan mendukungku. Aku merasa sangat beruntung bisa mengenalnya.”
Keluarganya saling bertukar tatapan, menunggu penjelasan lebih lanjut. Neneknya, yang duduk di sudut dengan senyum di wajahnya, menambahkan, “Baguslah, Ma Li. Cinta adalah anugerah yang indah. Apa yang membuatmu menyukainya?”
He Ma Li memikirkan momen-momen bersama Zhang Xiang Li, wajahnya berseri-seri. “Dia sangat perhatian dan selalu tahu cara membuatku merasa istimewa. Kita telah menghabiskan banyak waktu bersama di Guangzhou dan saling mengenal lebih dalam. Dia bahkan mendukung impianku untuk membuka restoran.”
“Wow, itu luar biasa!” seru kakaknya. “Apakah dia sudah bertemu dengan kita?”
“Belum, tapi aku berharap bisa membawanya ke sini suatu hari nanti agar kalian semua bisa bertemu dan mengenalnya lebih dekat,” jawab He Ma Li.
Ibunya tersenyum. “Kita ingin bertemu dengan dia dan melihat bagaimana dia memperlakukan putriku. Seorang laki-laki yang baik adalah yang bisa membuatmu bahagia.”
Setelah beberapa saat berbincang, keluarga He Ma Li meminta agar dia bercerita lebih banyak tentang Zhang Xiang Li—bagaimana mereka bertemu, momen-momen spesial yang mereka bagi, dan rencana mereka ke depan. He Ma Li merasa bersemangat saat bercerita tentang perjalanan mereka di Guangzhou, terutama momen-momen lucu saat mereka berdua menjelajahi kota.
“Dia juga mengajakku mengikuti kelas memasak. Kami belajar membuat hidangan lokal dan itu sangat menyenangkan,” ungkap He Ma Li, matanya berbinar.
“Sepertinya dia sangat menyayangimu,” komentar neneknya. “Aku berharap kalian berdua bisa saling membahagiakan.”
Malam itu, suasana menjadi semakin hangat dan akrab. Keluarga He Ma Li memberikan dukungan penuh untuk hubungan yang baru dibangunnya dengan Zhang Xiang Li. Mereka semua merasa senang melihat putri mereka bahagia dan berharap agar hubungan itu berkembang menjadi sesuatu yang lebih serius.
Setelah perayaan berakhir dan semua orang kembali ke rutinitas sehari-hari, He Ma Li kembali ke rumahnya dengan penuh rasa syukur. Dia tahu, meskipun perjalanan ini baru saja dimulai, langkah-langkah yang mereka ambil bersama Zhang Xiang Li akan membawanya menuju masa depan yang penuh harapan dan cinta.
Saat dia memasuki rumah, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Zhang Xiang Li muncul di layar, “Aku berharap kamu menikmati waktu dengan keluargamu. Tidak sabar menunggu bertemu lagi. Semoga kita bisa berbagi lebih banyak petualangan.”
He Ma Li tersenyum membaca pesan itu, merasakan betapa pentingnya sosok Zhang Xiang Li dalam hidupnya. Dia segera membalas, “Aku merindukanmu. Aku sudah tidak sabar untuk berbagi cerita tentang keluargaku. Sampai jumpa segera!”
Dengan hati yang penuh kebahagiaan dan semangat, He Ma Li tahu bahwa perjalanan mereka berdua baru saja dimulai dan banyak petualangan menarik yang menunggu di depan.
He Ma Li kembali ke apartemennya setelah merayakan ulang tahun neneknya dengan perasaan bahagia. Suasana hangat dari reuni keluarganya masih membekas di hatinya. Sambil bersiap untuk tidur, ia kembali mengingat momen-momen indah bersama Zhang Xiang Li.
Di sisi lain, Zhang Xiang Li juga merasakan kerinduan yang mendalam. Malam itu, setelah menyelesaikan pekerjaan di kantornya, ia duduk di kafe favoritnya sambil menunggu He Ma Li menjawab pesannya. Ia memesan secangkir kopi hangat dan memperhatikan orang-orang di sekelilingnya. Masing-masing memiliki cerita dan perjalanan mereka sendiri, tetapi pikirannya hanya tertuju pada He Ma Li.
Tidak lama kemudian, ponselnya berbunyi. Sebuah pesan dari He Ma Li muncul, “Aku baru saja pulang dari merayakan ulang tahun nenek. Keluargaku sangat ingin bertemu denganmu! Mereka sangat senang mendengar tentang kita.”
Zhang Xiang Li tersenyum lebar membaca pesan itu. Baginya, itu adalah pertanda bahwa hubungan mereka mulai mendapatkan dukungan dari keluarga. Dia membalas, “Aku juga ingin bertemu dengan keluargamu. Kapan kita bisa mengatur pertemuan?”
“Bagaimana jika akhir pekan ini? Kita bisa merencanakan makan malam bersama di rumahku,” He Ma Li menjawab.
“Kesepakatan! Aku tidak sabar untuk mengenal mereka lebih dekat,” balas Zhang Xiang Li dengan semangat.
Setelah beberapa pesan, keduanya sepakat untuk bertemu di akhir pekan dan merencanakan segala sesuatunya. He Ma Li merasa senang dan tidak sabar untuk memperkenalkan Zhang Xiang Li kepada keluarganya. Ia membayangkan bagaimana reaksi mereka saat melihat sosok laki-laki yang telah membuatnya merasa bahagia.
Hari yang dinantikan pun tiba. He Ma Li sudah mempersiapkan segalanya di rumah, memastikan bahwa segalanya sempurna untuk pertemuan pertama. Ia memilih masakan favorit keluarganya, yang akan disajikan sebagai hidangan utama. Sementara itu, Zhang Xiang Li merasa sedikit gugup, tetapi juga bersemangat. Ia membeli buket bunga sebagai tanda hormat dan kasih sayangnya kepada keluarga He Ma Li.
Saat Zhang Xiang Li tiba di rumah He Ma Li, suasana di dalam rumah sudah penuh dengan keceriaan. Keluarga He Ma Li menyambutnya dengan hangat. Ibu He Ma Li mengajak Zhang Xiang Li masuk, sedangkan ayahnya mengulurkan tangan untuk bersalaman, memperkenalkan diri dengan senyuman.
“Selamat datang, Zhang Xiang Li! He Ma Li sering bercerita tentangmu,” kata ayahnya.
“Terima kasih, Pak. Saya sangat senang bisa bertemu dengan keluarga He Ma Li,” jawab Zhang Xiang Li dengan percaya diri.
Selama makan malam, suasana semakin akrab. Zhang Xiang Li terlibat dalam obrolan hangat dengan keluarga He Ma Li, berbagi cerita tentang pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Ia menjelaskan bagaimana mereka bekerja sama di kantor dan betapa dia menghargai He Ma Li sebagai rekan kerja dan teman.
He Ma Li memperhatikan dengan bangga saat Zhang Xiang Li berbicara, merasa bahagia melihat sosoknya diterima dengan baik oleh keluarganya. Mereka tertawa, berbagi cerita lucu, dan saling mengenal lebih dalam.
“Jadi, apakah kalian berdua memiliki rencana untuk masa depan?” tanya nenek He Ma Li dengan penuh rasa ingin tahu.
Zhang Xiang Li dan He Ma Li saling berpandangan. He Ma Li merasa sedikit malu, tetapi Zhang Xiang Li mengambil napas dalam-dalam. “Kami berencana untuk saling mendukung dalam setiap langkah yang kami ambil, baik dalam karier maupun impian pribadi kami. Saya sangat ingin melihat He Ma Li berhasil membuka restoran yang dia impikan,” ujarnya.
Keluarga He Ma Li mengangguk, senang mendengar komitmen yang diungkapkan Zhang Xiang Li. “Kami sangat mendukung impian kalian berdua. Jangan ragu untuk berbagi apapun yang kalian butuhkan,” kata ibu He Ma Li dengan hangat.
Setelah makan malam, mereka duduk bersama di ruang tamu, menikmati teh sambil melanjutkan obrolan. Zhang Xiang Li merasa nyaman di antara mereka, dan saat malam semakin larut, ia mulai merasa seperti bagian dari keluarga itu.
Akhirnya, setelah menghabiskan waktu bersama, Zhang Xiang Li berpamitan. He Ma Li mengantarnya ke pintu. “Terima kasih sudah datang, Zhang Xiang Li. Keluargaku sangat menyukaimu,” kata He Ma Li dengan senyum penuh harapan.
“Terima kasih telah memperkenalkan aku kepada keluargamu, Ma Li. Ini adalah malam yang sangat berarti bagiku,” jawab Zhang Xiang Li, menatap mata He Ma Li dengan penuh kasih.
Mereka saling berpegangan tangan sejenak sebelum Zhang Xiang Li melangkah pergi. Saat He Ma Li menutup pintu, ia merasa bahagia. Hari itu bukan hanya tentang pertemuan pertama, tetapi juga awal dari perjalanan mereka yang baru sebagai pasangan yang saling mendukung satu sama lain.
Ketika He Ma Li kembali ke dalam rumah, keluarganya menantinya dengan senyum. “Kapan kalian berdua akan menikah?” tanya kakaknya dengan nakal.
He Ma Li hanya tertawa, merasa bahagia meskipun pertanyaan itu terlalu cepat. “Mari kita lihat apa yang akan terjadi di masa depan,” jawabnya.
Malam itu, saat berbaring di tempat tidurnya, He Ma Li tidak bisa menahan senyum. Dia tahu bahwa hubungan mereka dengan Zhang Xiang Li akan terus tumbuh, dan setiap langkah yang mereka ambil bersama akan membawa mereka lebih dekat ke impian dan kebahagiaan yang mereka impikan.