Bukan salah Anggun jika terlahir sebagai putri kedua di sebuah keluarga sederhana. Berbagai lika-liku kehidupan, harus gadis SMA itu hadapi dengan mandiri, tatkala tanpa sengaja ia harus berada di situasi dimana kakaknya adalah harta terbesar bagi keluarga, dan adik kembar yang harus disayanginya juga.
"Hari ini kamu minum susunya sedikit aja, ya. Kasihan Kakakmu lagi ujian, sedang Adikmu harus banyak minum susu," kata sang Ibu sambil menyodorkan gelas paling kecil pada Anggun.
"Iya, Ibu, gak apa-apa."
Ketidakadilan yang diterima Anggun tak hanya sampai situ, ia juga harus selalu mengalah dalam segala hal, entah mengalah untuk kakak ataupun kedua adik kembarnya.
Menjadi anak tengah dan harus selalu mengalah, membuat Anggun menjadi anak yang serba mandiri dan tangguh.
Mampukah Anggun bertahan dengan semua ketidakadilan karena keadaan dan situasi dalam keluarganya?
Adakah nasib baik yang akan mendatangi dan mengijinkan ia bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA
Mendengar tangis Anggun, bukannya menghentikan aksinya, pak Tono justru menyeret anggun mendekat ke meja, lalu menyalakan sebuah radio dengan suara sedikit kencang. Lalu kembalii membawa Anggun ke meja di ujung ruangan.
“Pak … tolong lepaskan saya!” teriak Anggun merasa kesakitan di kedua lengan tangannya.
Melihat Anggun memberontak, Tono semakin terpancing emosi, lalu menampar keras wajah Anggun, hingga membuatnya terhuyung tak seimbang.
“Ampun Pak hiks …hiks ….”
Isak tangis dan derai air mata di wajah Anggun menjadi pemandangan memilukan tatkala ia tak memiliki daya untuk memberontak, bahkan saat sang guru BP menarik paksa kemeja seragam yang Anggun kenakan. Beruntung anggun mencengkeramnya dengan segera, meski sebagian dada mungilnya tetap terlihat oleh mata mesum sang guru BP.
“Arrrkk!!! Tolong!” Anggun semakin histeris, namun entah kenapa tak ada seorang pun yang mendengar teriakannya.
“Teriaklah sekeras kamu bisa, tak akan ada yang mendengarmu! Tempat ini kedap suara, kamu lupa hal itu, hey anak sok jagoan!”
“Hiks … hiks … apa yang bapak maksud?”
“Wah, kamu lupa?” Tono melepaskan ikat pinggangnya lalu mencambukkannya ke udara, menimbulkan suara yang menggetarkan seluruh keberanian Anggun. “Gara-gara laporanmu, anakku harus mendekam di penjara! Dan aku harus menebus dengan uang yang banyak, kamu lupa itu?!”
“Aku tidak tahu, Pak! Maafkan aku! Hiks … hiks ….”
Mendengar jawaban polos Anggun, membuat Tono semakin kalap. Dicambuknya kaki anggun dengan ikat pinggang itu, hingga meninggalkan bekas luka memerah di sana.
“Tidak perlu takut, hey anak miskin! Kamu cukup melayaniku sekali saja, maka akan aku bebaskan kamu dari semua tagihan. Dan juga aku maafkan atas yang kamu lakukan pada anakku.”
“Ampun, Pak! Dosa itu Pak … saya mohon … hiks …hiks ….”
Namun rintihan dan permohonan maaf dari anggun seakan tak didengar baik oleh Tono. Dengan beringas, ia menampar, menjambak, bahkan tak segan menyakiti beberapa bagian tubuh Anggun.
Gadis belia itu sekuat tenaga merangkak menjauhi Tono, dengan lengannya yang memerah karena cambukan bertubi, dan bekas cengkeraman keras dari Tono.
“Arrrkk! Sakit Pak, ampun!” teriak Anggun saat beberapa tendangan Tono mendarat di beberapa bagian tubuh Anggun.
Melihat Anggun yang mulai kesakitan dan melemah, Tono mulai kembali menggerayangi tubuh gadis belia itu.
“Tak ada jalan keluar, hey gadis miskin! Menyerahlah saja, maka kamu bisa mencapai semua cita-citamu nanti,” sumpah serapah Tono diantara deru napsu yang tak terbendung lagi, tatkala matanya mulai menjajaki bagian-bagian tubuh gadis belia itu.
“Tolong ….” Begitu lirih kata yang keluar dari mulut Anggun yang tak lagi memiliki kekuatan untuk menggerakkan tubuhnya yang telah terkunci oleh Tono yang mulai menindih tubuh belia itu.
Nafsu liar sang guru BP tak terbendung lagi, dengan sesuka hati menjelajahi dan melampiaskannya dengan bebas pada gadis malang yang hampir tak lagi mengenakan busana itu.
BRAK!!! BRAK!!! BRAK!!!
Seorang pria berdiri diambang pintu, setelah berhasil mendobraknya. Dengan ekspresi marah ia berjalan mendekati Tono, meraih tubuh polos Tono dan melemparkannya menjauhi Anggun.
Dengan sigap, si pria meraih sebuah taplak meja, untuk menutupi tubuh belia Anggun. “Bangunlah perlahan, pakai kembali bajumu dengan segera.”
“Dasar anak kurang ajar! Apa yang kamu lakukan!” gertak pak Tono.
“Harusnya aku yang bertanya, Yah?! Apa yang ayah lakukan pada murid ayah sendiri?!” gertak balik sang pemuda dengan berani.
Hal tak terduga, putra sulung Tono, Deni yang juga teman sekelas Anggun, justru yang memergoki kelakuan bejat sang ayah.
“Dia tidak bersalah, Yah. Memang aku yang kemarin memukul si Ryan. Jadi pantas jika aku ditahan polisi karena tawuran itu.”
“Tapi ayah yang membayar dendamu!” sergah Tono seraya mengenakan kembali pakaian dinasnya.
“Tapi yang Ayah lakukan ini juga tak benar! Bagaimana jika pihak sekolah tahu apa yang Ayah lakukan? Ayah bisa dipecat!” terang Deni.
“Tahu apa kamu! Semua sudah aku atur sedemikian rupa, gara-gara kamu semua rencanaku gagal!”
“Jangan bicara keras-keras, Yah. Bukan begitu caranya membalas yang telah ia perbuat,” ucap Deni setengah berbisik.
Anggun bangkit perlahan, mengenakan kembali seragamnya, dengan gemetar dan air mata yang tak mau terhenti, anggun membenahi penampilannya, seraya menahan sakit di sekujur tubuhnya.
Menyadari hal itu, Deni mendekat, berpura-pura mempertontonkan drama simpatinya. “Kamu baik-baik saja? Mari aku bantu untuk bangkit.”
Anggun sedikit menarik diri, trauma dan rasa takut masih terlihat jelas di wajah pucatnya.
“Nggun! Ada apa ini?” Thalia tiba-tiba berdiri dengan ekspresi bingung di ambang pintu, lalu melangkah perlahan menghampiri Anggun yang masih bersimpuh di lantai.
“Anggun terbukti mencuri uangku, tapi karena tidak mau mengaku, jadi ayah sedikit emosi dan tak sengaja memberikan hukuman baginya.” Dengan enteng Deni membuka kebohongan baru.
Anggun tak menyangka dengan apa yang disampaikan Deni. Meskipun di sisi lain ia bersyukur karena Deni telah menyelamatkannya dari keinginan bejat sang guru BP yang kebetulan juga adalah ayah kandung Deni.
Anggun kembali menitikkan air mata, dibantu Thalia ia bangkit dengan wajah tertunduk.
“Aku tidak tahu apa yang terjadi, Pak. Tapi apa benar yang dikatakan Deni? Rasa-rasanya agak mustahil kalau Anggun melakukan hal seperti itu.”
“Semua orang bisa saja berubah, Tha. Keadaan yang membuat Anggun terpaksa melakukannya, dia belum lunas uang kegiatan, jadi terpaksa mencuri untuk melunasinya biar bisa ikut test kenaikan kelas.” Sangat lancar dan tanpa merasa bersalah, sang guru BP membenarkan ucapan Deni.
Anggun tak sanggup lagi membela diri, ia tertunduk pilu dengan air mata tak henti berderai. Beruntungnya Thalia tetap berada disisinya dan memapahnya.
“Bolehkah saya bawa Anggun untuk pulang, Pak?” ijin Thalia.
“Terimakasih,Thalia.” Deni menyahut sebelum ayahnya.
Thalia menuntun Anggun meninggalkan ruangan BP. Entah kenapa suasana sekolah sudah sangat sepi tak seperti biasanya. “Kamu duduk dulu di sini ya, aku ambil motor dulu di parkiran.” Thalia berlari segera, merasa tak tega melihat sahabat baiknya masih terlihat kacau.
Tak disangka Deni mengikuti keduanya, Lalu duduk di sisi Anggun. “Maaf ya aku tadi berbohong di depan Thalia. Daripada kamu dipermalukan karena hampir diperkosa, aku rasa masih sedikit lebih baik dituduh menjadi seorang pencuri,” ucap Deni menatap lembut ke arah Anggun yang masih tertunduk dalam tangisnya.
“Aku minta maaf mewakili ayahku, keluarga kami sedang berada di masa sulit, mungkin itu yang membuat ayahku khilaf. Aku jamin hal itu tak akan terulang lagi, aku janji akan melindungimu.”
Mendengar ucapan Deni yang terdengar tulus, Anggun justru semakin sesenggukan, tubuhnya kembali gemetar, ingatannya begitu jelas terlintas bagaimana sang guru BP mencambuk, menyiksa serta menggerayangi tubuhnya.
“Huwaaa … hiks … hiks ….!!!”
Anggun kembali histeris, meremas bagian seragamnya, tangan kirinya memukul-mukul kepala dan menjambak rambutnya sendiri. Teriak histerisnya menggema di lobi depan gedung sekolah yang entah kenapa sangat sepi hari itu.
...****************...
To be continue...
Ini Anisa sama temennya kan 😮💨
Apa ig nya 🤭
lebih cocok jadi anaknya Tono dia 😩