Apa jadinya jika mantan Agen rahasia bertemu Mantan Mafia yang sama-sama menyelematkan anak mereka dari sindikat perdagangan manusia?
Mantan Mafia yang sudah lama menduda langsung terpikat pada pandangan pertama tanpa ia tahu jika wanita tangguh yang ia kagumi adalah mantan agen rahasia yang memilih pensiun dini sejak sang suami wafat.
Mantan agen rahasia yang selama ini hidup lurus-lurus saja menjadi terusik karena di kejar secara ugal-ugalan oleh pria yang tidak ia kenal. Terlebih lagi anak sang pria juga ikut ikutan mengejar dirinya agar ia mau menjadi ibu anak itu.
Akankah mantan agen rahasia itu luluh dengan serangan cinta ayah dan anak itu? Apa lagi sejak kejadian tersebut hidup mereka mulai terusik oleh orang-orang yang haus akan kekuasaan yang mulai membuat mereka terpaksa kembali angkat senjata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diawasi
Jambi, 10 November 2024
"Dasar Bule gila, wong gendeng bin edan! Bisa-bisanya gue dilamar depan toilet, gak yes banget! Turun derajat gue dilamar depan toilet! Untung aja sepi gak ada orang, kalau gak mau ditaruh dimana muka cantik gue kalau dilihat orang-orang! Hih, pengen tak geprek aja tuh Bule kayak ayam geprek!" omel Olin bersungut-sungut kesal sepanjang jalan dari lorong toilet hingga memasuki restoran.
Bisik-bisik dengan tawa tertahan orang-orang yang dilewati Olin tidak ia hiraukan saking kesal dan marahnya ia. Mukanya masih terlihat kesal dan tidak enak dipandang hingga ia duduk di kursinya.
Bik Imah yang melihat muka Olin yang berubah menjadi heran dan bertanya-tanya dalam hatinya.
"Duh, Non Olin kenapa ya? Datang-datang kok mukanya gak enak gitu? Kayak ada yang bikin dia kesal dan marah. Mau nanya takut bikin tersinggung karena terlalu kepo, gak ditanya nanti dikirain tidak peka. Duh, jadi bingung saya nya!" batin Bik Imah dengan perasaan serba salah.
Olin yang sudah menormalkan emosinya langsung heran melihat makanan yang ia pesan tadi belum tersentuh sedikitpun.
"Loh, kok makanannya gak dimakan, Bik? Kan saya sudah bilang agar Bik Imah makan aja dulu dan gak usah nungguin saya," ucap Olin sambil menatap Bik Imah meminta penjelasan.
"Bibik gak enak Non, makan duluan. Rasanya aneh aja makan sendiri di tempat ramai begini. Lagian Bibik gak kelaparan banget dan bisa nungguin Non Olin, " jawab Bik Imah dengan alasannya.
"Ya udah lah, ayo kita makan Bik sebelum pulang!" sahut Olin mengerti sambil mengajak Bik Imah makan.
Sementara itu, Hades yang baru saja melakukan tindakan spontan tampak tertawa sendiri seperti orang gila saat melihat perempuan incarannya ngomel-ngomel dari kejauhan sambil berlari menjauhinya.
"You're mine, Baby! Kau sudah aku tandai menjadi milik seorang Hades! Duh, injakan nya lumayan sakit juga! Tapi tak apa, yang penting aku bisa memeluknya meskipun hanya sekejap," kekeh Hades sambil menghalau sakit pada kakinya akibat injakan high heels Olin.
Yah, Bule gila yang diomongin Olin adalah Hades. Pria itulah yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Olin. Ia nekat melamar Olin tanpa rencana hanya karena keinginannya yang begitu kuat menginginkan Olin menjadi miliknya.
Masih dengan tersenyum lebar, pria matang itu berjalan menuju restoran tempat ia dan sekretarisnya makan siang. Kaum hawa yang melihat senyuman Hades semakin terpesona dan tebar pesona saat pria itu melewati mereka. Mereka berusaha keras agar Hades melirik mereka dan membalas sapaan dan senyuman manis mereka, tetapi semuanya sirna karena Hades tidak sedikitpun melirik mereka apalagi membalas senyum ataupun sapaan kaum hawa tersebut.
Hades semakin bahagia saat melihat wanita incarannya memasuki restoran yang sama dan matanya sibuk mencari dimana keberadaan sang pujaan.
"Ternyata kau memang ditakdirkan Tuhan untuk menjadi milikku, Baby. Buktinya saja kita selalu berada ditempat yang sama tanpa harus membuat janji terlebih dahulu," gumam Hades sembari terkekeh kecil.
Gumaman pria matang itu terdengar sesumbar ditelinga Joanne karen dirinya sedang asyik memakan makanan yang sudah tersedia di meja mereka.
"Si Bos ngomongin apa sih? Bikin gue kepo aja! Tuh lihat, sedari datang senyum-senyum terus kayak orang gila. Mana aneh banget lagi tuh muka kalau dibawa senyum kayak gitu, secara selama ini mukanya selalu datar dan dingin kayak berada di Antartika," gumam Joanne dalam hatinya karena mulutnya penuh jika untuk bicara.
Hades memakan makanannya sambil menatap tajam punggung Olin karena meja Olin posisinya berada di depannya meja Hades karena Hades mengambil meja dengan posisi belakang dekat dengan dinding restoran.
Olin memakan makanannya seperti orang kesurupan, pasalnya kekesalan dihatinya tidak kunjung hilang dan penyesalannya yang tidak melawan saat dipeluk membuat Ibu beranak satu itu menyumpahi dirinya sendiri.
Bik Imah semakin tidak berani bertanya karena raut muka Olin semakin sepet dan terlihat dalam mode senggol bacok. Mereka makan dalam diam hingga makan yang diatas meja ludes tidak tersisa.
"Ayo, Bik, kita pulang! Sepertinya menghabiskan makan pun tidak mendinginkan amarah dan kekesalan saya. Mungkin bermandi air dingin bisa membuat emosi saya mereda atau hilang sekalian," ajak Olin sambil curhat.
"Emangnya apa yang membuat Non Olin tiba-tiba marah dan kesal?" tanya Bik Imah dengan sangat hati-hati.
"Saya lagi ketiban sial disamperin orang gila, yang membuat emosi saya menjadi tinggi melebihi gunung Everest. Dah lah Bik, gak usah ngomongin orang gila itu! Yang ada saya tambah kesal dan pengen mencabik-cabik orang gila itu dengan kuku-kuku saya," jawab Olin dengan mulut manyun ngomel-ngomel.
Suaranya yang sedikit keras membuat Hades mendengar dengan jelas apa yang dikatakan wanita incarannya. Bukannya sakit hati, Bule tampan itu malah mengulum senyum dengan tertawa dalam hatinya karena baginya cacian Olin terdengar lucu di telinganya.
Karena pengunjung restoran sudah mulai sepi, Olin tidak menyadari jika perkataannya didengar oleh orang lain terutama Hades yang menjadi bahan ghibah wanita cantik itu.
Melihat Olin sudah berdiri dari kursinya, Hades sengaja menunduk seakan-akan ada yang jatuh karena ia tidak ingin wanita incarannya melihat dirinya dan semakin membencinya.
Tidak menutup kemungkinan jika Olin melihatnya di tempat yang sama membuat prasangka negatif muncul dibenak wanita itu karena mengira Hades sengaja membuntutinya masuk ke restoran yang sama.
🌺🌺🌺
Harry berkali-kali melihat kebelakang saat ia berada belakang Hiro. Tingkahnya yang seperti itu membuat Hiro yang membawa motor menjadi heran. Hiro dan teman-temannya hendak latihan basket di tempat biasanya mereka latihan, dan Harry meminta ikut karena ia tidak punya kegiatan lain selain pulang ke rumah.
"Kenapa lo bertingkah kayak gitu? Gak betah lo naik motor sama gue?" tanya Hiro dari depan dengan suara sedikit kencang.
"Gak, aku merasa seperti ada yang membuntuti kita sejak keluar dari gerbang sekolah tadi!" jawab Harry dengan cepat.
Ckiitttt
Hiro berhenti mendadak mendengar jawaban Harry sehingga membuat Harry terdorong ke depan.
"Lo gak bohong??" tanya Hiro dengan tatapan tajam.
"Gak! Perasaan aku gak mungkin salah karena selama dua minggu ini bersama kalian, ini pertama kalinya aku merasakan perasaan ini! Bukan bermaksud sombong, selama ini insting aku gak pernah salah karena aku sudah mempunyai kemampuan ini sedari kecil," jawab Harry dengan penuh keyakinan.
Hiro yang melihat tidak ada kebohongan dimata Harry sontak menjadi waspada. Saat ia ingin mencari orang yang mengawasi dan membuntuti mereka seperti perkataan Harry, Harry menyentuh pundaknya sambil geleng-geleng.
"Jangan mencarinya! Biarkan mereka merasa jika kita tidak mengetahuinya. Aku punya rencana lain untuk mengetahui siapa yang membuntuti dan mengawasi kita sejak dari sekolah," pinta Harry yang mana membuat Hiro membuang kasar napasnya.
"Woi, ngapain elo berhenti di situ??" teriak Lucas yang melewati mereka bersama Kevin dan Galaxy.
"Tiba-tiba mogok, tapi sekarang sudah baik!" jawab Hiro ikutan berteriak diatas motornya.
"Ayo, kita jalan lagi dan kita lihat sampai mana mereka membuntuti kita!" ucap Harry sambil menepuk pundak Hiro.
Bersambung....