NovelToon NovelToon
Sistem Villain Sejati

Sistem Villain Sejati

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Iblis / Mengubah Takdir / Dunia Lain / Fantasi Isekai
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nov Tomic

Genre: Action, Drama, Fantasy, Psychological, System

Seluruh siswa kelas 3A tidak pernah menyangka kalau hidup mereka akan berubah drastis ketika sebuah ritual aneh menarik mereka ke dunia lain. Diberikan gelar sebagai "Pahlawan Terpilih," mereka semua mendapat misi mulia untuk mengalahkan sang Raja Iblis dan menyelamatkan dunia asing tersebut. Di antara mereka ada Hayato, siswa yang dikenal pendiam namun selalu memiliki sisi perhatian pada teman-temannya.

Namun, takdir Hayato justru terpecah dari jalur yang diharapkan. Ketika yang lain menerima berkat dan senjata legendaris untuk menjadi pahlawan, Hayato mendapati dirinya sendirian di ruangan gelap. Di sana, ia bertemu langsung dengan sang Raja Iblis—penguasa kegelapan yang terkenal kejam. Alih-alih membunuhnya, Raja Iblis memberikan tawaran yang tak bisa Hayato tolak: menjadikannya "Villain Sejati" untuk menggantikan posisinya dalam tiga tahun mendatang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nov Tomic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

— BAB 9 — Beristirahat —

Kami memutuskan untuk berhenti sejenak setelah berjalan cukup jauh di dalam hutan. Tubuhku yang lelah dan Eirene yang baru saja keluar dari penyiksaan panjang di tangan Goblin membuat kami tak mungkin melanjutkan perjalanan tanpa istirahat. Dengan alat seadanya, kami mulai mendirikan tenda sederhana dari cabang-cabang kayu dan dedaunan tebal.

Aku mengumpulkan beberapa ranting kering dan menyusunnya sebagai kerangka. Setelah itu, aku mengambil dedaunan besar, menumpuknya di atas kerangka kayu hingga membentuk atap yang cukup kuat untuk menahan angin malam. Eirene, meskipun terlihat kelelahan, ikut membantu menutupi bagian samping dengan dedaunan yang lebih kecil, menciptakan dinding sederhana agar angin dingin tidak langsung menembus ke dalam.

Setelah tenda berdiri, aku mulai membuat api unggun di luar tenda dengan menggosokkan dua batu kecil yang kupungut. Menciptakan api dengan cara ini bukanlah sesuatu yang mudah, tapi setelah beberapa percobaan, percikan api mulai muncul dan menyala di atas ranting-ranting kering. Api unggun itu memberikan cahaya hangat dan tenang, membuat malam ini akan terasa sedikit lebih aman.

Kami duduk di samping api unggun, memandang nyala api yang menari di depan kami. Suasananya hening, hanya terdengar suara api yang membara dan sesekali gemerisik daun dari angin sore yang bertiup pelan.

“Sudah berapa lama kau di dalam goa itu?” tanyaku, mencoba memecah keheningan.

Eirene menghela napas panjang, wajahnya berubah muram. “Sepertinya… sekitar satu minggu,” jawabnya dengan suara yang serak. "Aku terjebak di sana, terikat, dan hampir dijadikan... alat pemuas mereka." Matanya menunduk, tampak berusaha menahan air mata. “Jika kau tidak datang, entah apa yang akan terjadi padaku.”

Aku menatapnya dengan perasaan campur aduk, tak tahu harus berkata apa. “Aku hanya kebetulan ada di sana. Tapi aku senang bisa membantumu.”

Eirene tersenyum kecil, senyumnya dipenuhi rasa syukur yang tulus. “Terima kasih, Hayato. Kau… benar-benar menyelamatkanku.”

Obrolan kami terhenti di sana. Hari semakin senja, dengan suasana hutan yang begitu tenang. Nyaris tidak ada suara yang mengganggu, hanya gemerisik dedaunan dan hembusan angin yang lembut. Kami duduk dalam diam, kehabisan topik, membiarkan keheningan menyelimuti kami. Di dalam tenda yang hanya beratapkan dedaunan dan berdinding seadanya, keheningan ini terasa begitu akrab, meskipun sebenarnya tak ada yang istimewa.

Sambil menatap nyala api yang redup, pikiranku melayang jauh, memikirkan nasib yang akan kuhadapi. Perjanjian dengan Raja Iblis untuk menjadi penggantinya dalam tiga tahun mendatang masih terpatri kuat di pikiranku. Dan semakin lama, ada rasa kesal yang muncul setiap kali aku memikirkan teman-teman sekelasku yang dikirim ke sini untuk membunuhku.

Namun, sebelum aku tenggelam lebih jauh dalam pikiranku, aku merasakan sesuatu yang berat di bahuku. Kuperhatikan, ternyata Eirene telah tertidur, tubuhnya yang mungil bersandar di pundakku. Wajahnya tampak damai, jauh dari kesedihan yang tadi ia tunjukkan. Aku tak ingin mengganggu tidurnya, jadi dengan hati-hati, aku membaringkannya di atas dedaunan lembut yang kami kumpulkan untuk alas tidur di dalam tenda.

Melihatnya tertidur, perutku menggeram pelan. Aku sadar kami belum memiliki makanan untuk malam ini. Waktu sudah hampir malam, dan jika aku tidak segera mencari, mungkin kami tidak akan punya apa pun untuk dimakan saat malam tiba.

Untuk memastikan aku bisa kembali ke tempat ini, aku memanfaatkan salah satu kemampuanku—Manipulasi Darah. Aku menciptakan sebuah tanda dari darah di dekat tenda, tanda ini akan memancarkan sinyal bagiku dan memanduku kembali meskipun aku tersesat. Dengan kemampuan ini, aku yakin tidak akan kehilangan arah.

Setelah semua persiapan selesai, aku berdiri dan melihat Eirene yang masih terlelap. "Aku akan kembali," bisikku pelan, lalu melangkah masuk ke dalam hutan, meninggalkannya sejenak.

Aku harus cepat. Sore sudah hampir usai, dan gelapnya hutan akan segera menelan segalanya.

Langkahku terasa ringan meskipun hati ini dipenuhi kekhawatiran. Hutan yang gelap dan rimbun di sekelilingku seolah mengintimidasi, tetapi aku tahu aku harus menemukan makanan untuk Eirene. Dengan menggunakan Penglihatan Malam, aku bisa melihat dengan jelas meskipun cahaya mulai memudar. Suara-suara hutan mulai terdengar lebih jelas—desiran angin, suara binatang malam, dan kadang-kadang, suara gemerisik yang membuatku waspada.

Aku melangkah lebih dalam, berusaha mencari sesuatu yang bisa dimakan. Beberapa saat kemudian, aku menemukan jejak-jejak binatang kecil di tanah. Mungkin ini adalah tanda bahwa ada kelinci atau hewan kecil lainnya di sekitar sini. Dengan hati-hati, aku mengikuti jejak tersebut, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara.

Setelah beberapa menit mencari, aku melihat sekilas gerakan di antara semak-semak. Dengan sabar, aku bersembunyi di balik pohon besar, menunggu kesempatan yang tepat. Akhirnya, seekor kelinci kecil muncul, menggerakkan telinganya yang panjang, tampak waspada. Aku tahu ini adalah kesempatan yang harus kuambil.

Dengan cepat, aku mengaktifkan skill Gigitan Kegelapan dan meluncurkan serangan. Pukulan yang tepat membuat kelinci itu terjatuh, dan aku segera menghampirinya. Meskipun aku merasa sedikit bersalah, aku tahu ini adalah bagian dari bertahan hidup. Kami membutuhkan makanan, dan kelinci ini akan membantu kami melewati malam.

Setelah memastikan kelinci itu sudah tidak bernyawa, aku mulai mencari cara untuk membawanya kembali. Dengan menggunakan cabang dan dedaunan, aku membuat semacam tas kecil untuk membawa hasil buruan. Dengan hati-hati, aku melangkah kembali ke arah tenda, berusaha tidak membuat suara yang bisa membangunkan Eirene.

Saat aku kembali, suasana di sekitar tenda terasa tenang. Api unggun masih menyala, memberikan cahaya lembut yang menerangi area sekitarnya. Eirene masih tertidur, wajahnya tampak damai. Melihatnya dalam keadaan seperti ini membuatku merasa lebih tenang. Aku tidak ingin mengganggu tidurnya, jadi aku berusaha bergerak perlahan.

Setelah meletakkan kelinci di samping api unggun, aku mulai mempersiapkan makanan. Dengan menggunakan skill Memasak, aku mengumpulkan beberapa ranting dan batu, lalu membuat pemanggang sederhana. Sambil menunggu daging kelinci matang, aku duduk di dekat api, memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Kepalaku dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. Apa yang akan kami lakukan setelah misi ini selesai? Apakah Eirene akan merasa nyaman bersamaku, mengingat latar belakangnya yang menyedihkan? Dan yang paling penting, bagaimana jika kami harus menjadi musuh di masa depan? Apakah dia akan tetap bersamaku, meskipun aku terikat dengan Raja Iblis?

Ketika daging kelinci mulai mengeluarkan aroma yang menggugah selera, aku tersadar dari lamunan. Aku mengambil daging yang sudah matang dan membagi menjadi dua bagian, satu untukku dan satu untuk Eirene. Setelah memastikan semuanya siap, aku memutuskan untuk membangunkannya.

“Eirene,” panggilku lembut, berusaha tidak mengejutkannya. “Bangun, punya makanan untukmu.”

Eirene membuka matanya perlahan, tampak bingung sejenak sebelum senyumnya muncul saat melihat daging kelinci yang sudah siap. “Kau berburu sendirian? Seharusnya kau mengajakku,” katanya, suaranya masih serak karena baru bangun tidur.

“Sudahlah, makan saja!”

Kami lalu duduk berhadapan di depan api unggun, menikmati makanan sederhana itu. Eirene tampak lebih tenang dan bersemangat saat menyantap daging kelinci.

“Terima kasih, Hayato. Kau benar-benar baik padaku,” katanya dengan tulus.

“Tidak perlu berterima kasih. Kita hanya saling membantu,” balasku. Momen ini, sudah lama aku tidak merasakannya. Jujur saja, rasanya begitu hangat.

1
Z Uli
lanjut
Nov Tomic: siap🫡
total 1 replies
Ftomic
mantap ini idenya rada fresh, biasanya MC ke Isekai kalo ga dibuang ya dapat skill cheat, tapi yg ini eksekusinya lebih bagus karena MC bakal jadi raja iblis. semangat Thor semoga konsisten!/Plusone/
Nov Tomic: terima kasih
total 1 replies
FJ
🌹🌹 buat author semangat yahhh
Nov Tomic: terima kasih
total 1 replies
FJ
ditengah tengah kebingungan malah terpilih jadi raja iblis, apa karena dia jahat yah makanya di pilih??
Nov Tomic: hmmm🤔
total 1 replies
Imel • DUBY
komen pertama nih
Nov Tomic: wah terima kasih yah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!