Perjalanan kisah dari anak Patriak Klan Ning yang bernama Ning Wie dalam menempuh kultivasi menjadi kultivator terhebat di Kerajaan Jing di benua Biru.
Di bantu dengan dua Spirit yang telah menjadi patnernya yaitu Spirit Pheonix Api dan Spirit Pheonix Es yang tinggal di lautan Spiritualnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiwiek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chap 9
"Lucu sekali anakmu itu Patriak Ning Bing! Lihat, lihat itu mimik mukanya..... bikin gemeeees! Haha...." Ucap ketua agung Hu Bagu ikutan.
"Hihi.... Baru nyampek sudah sial! Wduch kayaknya anak kamu bakal sial terus tu! Hehe... tidak sabar melihat kesialan apa lagi yang akan di dapat oleh kesayangan kamu itu di alam Spirilam, Patriak Ning Bing!"
Patriak Ning Bing bermaksud membalas ucapan orang-orang yang telah menyindirnya, tetapi istrinya Ning Ling menggelengkan kepala sambil memegang tangannya.
"Biarkan saja! Tidak usah diperdulikan. Anggap saja angin lalu. Fokuslah pada layar, lihat saja anakmu!"
"Apa yang di kata saudari Ling benar. Jangan ambil hati, Bing gege." Ucap istri Ketua Agung Klan yang bernama Ning Shin. Yang tak lain adik kandung dari Patriak Ning.
*******
Aula Paviliun Spirit
HAHA HAHA HAHA
Tawa membahana dalam aula melihat gimana pendaratan luar biasa dari Ning Wie generasi dari Klan Ning. Penampilan bocah cantik itu membuat suasana yang semula agak tegang menjadi mencair.
"Gila lucu sekali! Bisa- bisanya itu anak buat pertunjukan! Ohh... Namanya akan terkenal!" Ning Lia menyeringai.
" Uhh dasar tidak setia kawan! Teganya kau mentertawakan teman kamu sendiri yang lagi sial!"
" Ehh... Sakit itu! Kasihan...!" Tegur Ning Biruan pada rekan- rekannya.
Saat itu di layar Formasi Virsus dari 10 area alam Spirilam terlihat Ning Wie menggigit bibirnya dan segera melompat bangun dari posisi jatuhnya.
" Ahh.. Sial! Kenapa bisa gini? Memalukan! Aih... Di lihat banyak orang lagi di luar sana! Huh...! Nasib- nasib!"
Ning Wie spontan tangannya menyentuh wajahnya yang terasa sakit. Untungnya luka itu tidak parah. Tapi itu adalah wajah. Dan sebagai seorang wanita, baik itu muda mau pun tua tidak mau wajahnya rusak, yang akan membuat penambilan dirinya bisa menjadi buruk dan jelek.
Dengan buru-buru mengambil obat yang ada dalam tas penyimpanan nya. Yang sudah di persiapkan dari awal sebelum mengikuti tes.
Tas penyimpanan adalah tas yang di pakai untuk menyimpan segala macam jenis barang atau benda mati. Dengan kapasitas seluas 1 meter kubik.
Semua yang tidak bisa berkultivasi atau orang biasa serta anak yang berusia antara 5 hingga 7 tahun akan memiliki tas penyimpanan. Beda lagi dengan seorang kultivator, mereka memiliki cincin spesial sebagai tempat penyimpanan.
Karena tas penyimpanan tidak membutuhkan energi spiritual atau Qi sedangkan cincin spesial membutuhkan energi Qi serta kesadaran spiritual untuk mengaktifkannya serta mengoprasikannya.
Anak yang berusia 6 sampai 7 tahun bisa mengeluarkan dan mengolah energi Qi tapi masih dalam tahap permulaan atau awal dan itu tidak cukup untuk bisa memiliki sebuah cincin spesial. Dan baru bisa memiliki ciincin apa bila sudah punya Spirit.
Ning Wie menepuk tas penyimpanan miliknya untuk membuka, kemudian memasukkan tangan mungil sebelah kanannya untuk mengambil sebuah tabung kecil. Dalam tabung itu berisi ramuan warna hijau.
Dituangnya ramuan warna hijau itu pada telapak tangannya kemudian diusapkan pada wajah yang ada lukanya.
SSTTT AAHHH....
Tentu saja Ning Wie mendesis karena perih begitu luka itu tersentuh oleh obat, padahal ramuan itu ramuan terbaik yang khusus di sediahkan oleh Klan Ning buat peserta tes, ramuan kelas tengah.
Dia juga sudah berhati- hati saat membalurnya, tetapi tetap saja terasa perih dan sakitnya. Padahal ramuan yang di pakai itu ramuan yang menggunakan sumber daya pilihan dengan harga yang lumayan mahal.
Hanya dengan tiga kali tarikan nafas, semua luka dan goresan yang ada di wajah gadis kecil itu telah sembuh dan tidak meninggalkan bekas. Muka Ning Wie kembali seperti sedia kala seperti tidak pernah terluka sama sekali.
Ning Wie samgat bersyukur akan adanya ramuan itu. Dan tidak sia- sia obat itu tersedia ada dalam tas penyimpanan miliknya. Ternyata Klan sudah memperhitungkan semuanya.
Begitu sembuh Ning Wie barulah melihat keadaan sekitarnya. Bocah cilik itu baru lah menyadari kalau dirinya saat ini ada di pinggiran sungai magma. Seketika itu juga matanya terbelalak.
"Ahhhh...!" Secara spontan Ning Wie berteriak dan mundur 3 langkah ke belakang. Bocah itu shock karena ada di tepi pinggiran sungai.
"Untung aku jatuhnya di sini. Ihhh.. Gimana tadi kalau aku di situ." Ning Wie bergidik ngeri membayangkan dirinya bila sampai tercebur di dalam sungai magma.
"Selamat! Selamat! Selamat." Tarik nafas panjang sambil mengelus dada, Merasa lega karena terhindar dari bencana.
Gadis cilik itu bersyukur karena masih di beri umur panjang. Karena dia yakin bila dirinya ada di dalam sungai magma pastilah tinggal nama saja.
"Aaa.. Terlempar disini. Hehe... kemungkinan besar kalau elemen milik aku adalah api. Wow.. Tebakan ayah benar. Memang tidak salah sich, buah tidak jauh dari pohonnya.
Ning Wie bisa menebak elemen yang akan di kuasainya di masa mendatang. Setelah dirinya berada dalam kawasan yang mengandung unsur api.
"Hehe.. Ayah dan Ibuku berelemen api pastinya aku juga. Tidak mungkinlah aku akan berelemen lain. Tidak cocok tetapi tidak ada yang tidak mungkin, habisnya ada kakekku, paman, sepupu juga beda."
Putri Patriak Ning Bing itu mulai melangkahkan kaki menyusuri sungai sambil mengoceh. Matanya tidak lepas memandang alam sekitarnya.
"Aih... Aliran sungai di sini, pastilah banyak spirit. Dan sarang nya tidaklah jauh. Hehe.. Aku harus bisa menemukannya."
Ning Wie memeriksa setiap tempat yang dianggapnya mencurigakan. Baik itu gua, ceruk, dinding batu dan lubang di tanah yang bisa saja itu adalah sarang Spirit di sepanjang sungai. Karena dia tahu, sebelum berubah jadi sungai magma tadinya pasti sungai dengan air jernih karena adanya banyak bekas pohon yang terbakar.
Sudah lebih dari 2 jam tapi Ning Wie belum juga menemukan buruan nya. Jangankan sarang Spirit menemukan seekor Spirit pun tidak.
"ihh... Susah! Dimana sich mereka sembunyi? Siaaaal!" Ning Wie sedikit emosi terbawa suasana. Bagaimana dia tidak emosi, sudah mencari begitu lama tapi tidak juga menemukan hasil.
Apa lagi tenaga juga sudah mulai terkuras habis. Hanfu yang di badan mulai terasa sangatlah panas menyengat siap kapan saja akan membakar kulit.
KRAAK KRAAAK KRAAAK
KRAAAK KRAAAK KRAAAK
Seekor burung terbang melintas di atas kepala Ning Wie dengan ketinggian sekitar 5000 meter. Burung itu melintas dengan kecepatan yang sangat tinggi, tak ubahnya seperti bintang berekor yang bergerak di atas langit. Burung itu sangat indah dan cantik dengan sekujur tubuh berbalut dengan api merah.
Burung yang berselimut api merah membara itu tidak tahu atau melihat, bisa juga memang tidak peduli kalau ada manusia yang berada di bawahnya yang telah mengetahui kehadiran nya
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...