Kirana pernah tak sengaja melakukan sebuah kesalahan yang membuatnya di usir oleh suami dan mertuanya lalu ia juga di pisahkan dari sang buah hati. Empat tahun berlalu kini Kirana kembali lagi untuk bertemu buah hatinya tersebut.
Kirana sekarang bukan seperti wanita di sebuah novel yang tiba-tiba kaya lalu kembali untuk membalas dendam, namun Kirana tetaplah seperti Kirana yang dahulu hanya seorang gadis panti asuhan yang tak memiliki pendidikan tinggi maupun kekayaan.
Hanya bekal sebuah tekad dan rasa rindu yang menggebu terhadap putranya membuatnya rela menyamar menjadi seorang pembantu di kediaman mantan suaminya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~24
Malam itu Kirana benar-benar tak bisa tidur, lalu wanita itu keluar dari kamarnya untuk mengintip keberadaan mobil sang mantan suami. Rupanya pria itu belum datang padahal kedua orang tuanya sudah pulang tak lama setelah ia sampai.
Apa mereka benar-benar sedang menghabiskan malam bersama di hotel seperti apa kata mantan adik iparnya tadi? Rasanya Kirana masih belum ikhlas nyatanya cintanya masih sangat besar untuk pria itu.
"Kak Kendra tidak akan pulang malam ini." ucap seseorang tiba-tiba yang membuat Kirana yang sedang berdiri di depan jendela langsung menoleh.
"Aku hanya memastikan pintu dan jendela sudah terkunci atau belum." Kirana segera menjauh dari sana dengan sedikit salah tingkah.
"Baiklah aku harus segera tidur." imbuhnya lagi lantas berlalu meninggalkan mantan adik iparnya itu.
Namun bukan Kaizar yang diam saja saat di abaikan oleh wanita itu, apalagi keadaan sedang sepi dan kesempatan berbicara dengannya lebih banyak.
"Aku tahu kamu belum bisa melupakan kak Kendra." ucapnya seraya mengikuti langkah wanita itu menuju kamarnya.
"Aku malas membahasnya Kai, aku sangat lelah dan mengantuk." sahut Kirana yang kini telah berada di depan kamarnya, jarum jam telah menunjukkan pukul satu dini hari dan ia harus memaksa tubuhnya untuk segera tidur agar tidak terlambat bangun keesokan harinya.
"Bagaimana jika aku menyukaimu ?" ucap Kaizar tiba-tiba dan tentu saja itu membuat mata Kirana langsung membola.
"Apa kamu sedang mabuk Kai ?" timpalnya tak percaya.
"Aku benar-benar menyukaimu Ra, aku menyukaimu jauh sebelum kamu mengenal kak Kendra." terang Kaizar dengan serius dan Kirana bisa melihat itu, namun ia masih tak mempercayainya.
"Aku tahu kamu suka becanda Kai, tapi kali ini tidak lucu dan tolong biarkan aku tidur." mohon Kirana namun Kaizar langsung menariknya ke dalam pelukannya.
"Apa kamu harus mendengarkan detak jantungku dahulu agar percaya Ra? aku menyukaimu sejak kamu tumbuh menjadi gadis belia, berkali-kali aku mengingkari perasaanku tapi hingga kini aku tak bisa Ra. Aku selalu patah hati saat melihatmu bermesraan dengan kak Kendra, tapi aku tak bisa membencimu karena aku mencintaimu." Kaizar nampak mengutarakan isi hatinya yang selama ini ia pendam.
Mendengar itu Kirana langsung melepaskan dirinya dari pelukan pria itu. "Tidak Kai, itu tidak mungkin. Kita bersahabat sejak kecil dan itu tak mungkin terjadi." ucapnya mengingkarinya.
"Tapi Ra...."
"Lupakan semuanya Kai, ku mohon." potong Kirana menatap pria itu sejenak lantas segera masuk ke dalam kamarnya.
Kirana tidak mau menjalin hubungan dengan keluarga Adiguna lagi, cukup ia pernah menjadi istri Kendra dan tidak untuk sang adik. Ia tak mau jatuh pada lubang yang sama, memiliki ibu mertua yang pada akhirnya hanya akan menghancurkan hidupnya kembali.
"Kau belum tidur ?" Kendra yang baru pulang nampak menatap sang adik yang sedang duduk dalam kegelapan dan hanya menyisakan cahaya dari layar televisi.
Mendengar sapaan seseorang pria itu langsung menoleh. "Belum mengantuk." balasnya.
Kendra nampak meletakkan Jasnya di sandaran sofa lalu menghempaskan bobot tubuhnya di sebelah pria itu.
"Ku pikir kamu akan bermalam bersama Alexa." Kaizar menatap kakaknya itu yang terlihat sedikit berantakan dan tercium aroma alkohol dari mulutnya.
"Kamu pikir aku sepertimu yang bisa meniduri perempuan tanpa ikatan pernikahan ?" cibir Kendra mengingat gaya hidup adiknya itu lumayan bebas saat tinggal di Jerman.
"Ck." Kaizar hanya berdecak kasar seakan membenarkan perkataan pria itu dan tidak menyukai jika masa lalunya di bahas.
"Apa kamu mencintai Alexa ?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Apa itu penting ?" sahut Kendra seraya mengganti channel berita di televisi.
"Tentu saja penting, kita tidak mungkin bisa hidup serumah dengan orang yang tidak kita cintai." tegas Kaizar.
"Aku pernah tinggal serumah dengan orang yang ku cintai tapi dia menghianatiku." Kendra mencibir.
"Aku tidak yakin jika Kirana bersalah." Kaizar langsung membela wanita pujaannya itu.
"Bagiku cukup melihatnya berada di pelukan pria lain itu sudah membuktikan semuanya." tegas Kendra lantas beranjak dari duduknya, rasanya pria itu enggan membahas masa lalunya yang begitu menyakitkan.
"Segera tidur Kai, kamu seorang ahli kesehatan bukankah begadang akan membuat tubuhmu rapuh ?" imbuhnya seraya melangkah pergi.
"Bagaimana jika Kirana di jebak oleh seseorang ?" ucap Kaizar yang sontak menghentikan langkah sang kakak.
Kendra nampak terdiam sejenak lantas kembali melangkah tanpa berniat membalas ucapan sang adik, entah apa yang sedang pria itu pikirkan.
Keesokan harinya Kendra yang sedang duduk di kursi kerjanya nampak termenung, ucapan sang adik semalam kembali terngiang di kepalanya.
"Bagaimana jika Kirana di jebak ?"
"Tidak, itu tidak mungkin." gumamnya, ia masih menyimpan potongan CCTV di mana istrinya itu yang membukakan pintu untuk pria asing tersebut masuk ke dalam rumahnya.
Mengingat itu Kendra nampak mengepalkan tangannya, cintanya yang teramat besar kini tak kalah besar dengan rasa bencinya pada wanita itu.
"Nak, apa kamu sedang sibuk ?" tiba-tiba sang ibu datang hingga membuyarkan lamunannya.
"Apa yang sedang Mama lakukan di sini ?" Kendra kembali menegakkan tubuhnya dan mengubah ekspresi kemarahannya menjadi datar.
"Mama kebetulan lewat sini dan tiba-tiba kebelet, rasanya tidak tahan jika harus menunggu sampai." sang ibu nampak terburu-buru melangkah ke toilet dan itu membuat Kendra geleng-geleng kepala.
Lantas pria itu kembali fokus dengan pekerjaannya yang sedari pagi ia biarkan terbengkalai.
Tiba-tiba pintu ruangannya kembali di buka dari luar. "Selamat siang calon suami." Alexa terlihat melangkah dengan anggun ke arah meja Kendra.
Senyumnya mengembang dengan sempurna saat menatap pria itu, lantas mengecup pipinya sekilas. "Aku membawakanmu makan siang dan ini masakanku sendiri loh." ucapnya seraya meletakkan sebuah paper bag di atas meja kerjanya.
"Tumben." tukas Kendra tanpa berminat untuk melihatnya.
"Iya dong mulai sekarang aku harus belajar menjadi istri yang bisa menyenangkan mu, aku akan belajar memasak agar setiap hari kamu makan masakanku." terang Alexa.
"Baiklah terima kasih atas kerja kerasmu Lexa, tapi aku harus menyelesaikan ini dulu." Kendra nampak menggeser paper bag tersebut agar tidak menghalangi layar monitornya.
"Tentu saja." Alexa terlihat sangat senang karena pria itu menyambut hangat usahanya.
"Oh ya sayang terima kasih banyak ya seserahannya aku suka semua." imbuhnya lagi.
"Bukankah seharusnya seperti itu? karena itu semua pilihanmu." Kendra menatap wanita itu sekilas lantas kembali fokus dengan kerjaanya.
"Benar juga sih, tapi masih ada tas lagi yang ku taksir sayang dan hari ini baru launching, aku benar-benar ingin memilikinya karena hanya di produksi 3 buah saja." terang Alexa yang memiliki kecanduan belanja barang-barang mewah.
"Lalu ?" timpal Kendra tanpa menatap wanita itu seakan perkataannya tidak terlalu penting.
"Kamu maukan membelikannya untukku? ku mohon kali ini saja sayang." mohon Alexa.
"Mau beli apa ?" tiba-tiba nyonya Ranti yang baru keluar dari toilet ikut menimpali, senyumnya langsung mengembang saat melihat calon menantunya tersebut.
"Mama ?" Alexa seketika terkejut.
makasih nofel nya bagus