Ervan Abraham merupakan seorang pemuda tampan dan kaya raya. sekaligus pemimpin tertinggi The Jokers Warrior, sebuah geng yang ia dirikan sejak lama. beranggotakan puluhan pemuda yang selalu setia mengikutinya.
Bukan hanya itu saja, sedangkan kedudukan kedua orang tuanya menempati posisi pertama sebagai orang terkaya no 1 di tempat tinggalnya.
Pada suatu hari tanpa disengaja.. Ervan dipertemukan dengan seorang gadis cantik penjual kue keliling. namun siapa sangka? sejak pertemuan tanpa disengaja itu lah Ervan memliki rasa suka terhadap gadis itu, dari rasa turun ke hati, puing-puing cinta seolah tumbuh secara perlahan tertanam di hatinya. bertemu tanpa disengaja mencintai secara tiba-tiba.
Akan tetapi siapa sangka? gadis itu justru memiliki perasaan yang sama, ia juga menyukai Ervan dalam diam. akan kah cinta mereka dapat bersatu?? bagaimana kah kisah selanjutnya? cuss langsung simak sampai akhir 😉😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artandapermana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Bersedia membantu
"Nggak deh, malu gue, ngajak siapa gitu kek, bukannya aku gak gak mau bantu kamu, tapi malu banget, aku gak terbiasa pergi ke perpestahan gitu..
Masih dengan jawaban yang sama, Novi nggan bersedia menerima ajakan Ervan.
"Emangnya kamu mau pergi ke pesta pernikahannya siapa?" tanya Novi penasaran hanya sekedar ingin tau.
"Mantan ku..
"Hah? mantan.. ngapain harus dateng sih Van, orang cuma mantan, gak penting, udah abaikan aja, yang ada kamu malah sakit hati nanti kalau kesana, " tutur Novi, menurutnya datang ke pernikahan mantan hanyalah mencari sakit hati, apa lagi melihat orang yang sempat kita sayangi bersanding dengan orang lain.
"Nggak gitunya Nov. kalau itu sih gue gak masalah, kalau dibilang gak penting sih iya memang. tapi kalau gue gak dateng pasti dia ngira yang nggak-nggak, dikira aja gue belum bisa muvon dari dia, udah pasti gak mungkin enggak. makadar itu gue ingin nunjukin bahwa gue bisa muvon..
"Mau ya nemenin aku?? aku butuh banget bantuanmu." Ervan terus memohon agar Novi bersedia menerima ajakannya.
"Hmm.. gimana ya? emang kapan kamu mau ke acara pernikahan mantan mu itu?" Novi coba bertanya sambil mempertimbangkan ajakan Ervan.
"Nanti malam.. sahut Ervan cepat.
"Gapapa kali ya? itung itung balas budi, toh? lagian dia udah nolongin aku kemarin." guman Novi di dalam hatinya, ia bersedia membantu Ervan, merasa berhutang budi karna Ervan pernah membantunya alhasil Novi memutuskan menerima ajakan Ervan.
"Novi? kok malah bengong sih. gimana? kamu mau kan?" Ervan sangat berharap jika Novi mau membantunya.
"Yaudah deh, iya. aku mau kok," sahut Novi setelah tersadar dari lamunannya, bersedia tuk membantu Ervan.
"Nah gitu kek dari tadi, lagian cuma nemenin doang gak ngapa-ngapain," ucap Ervan dengan raut wajah berbinar, ia tampak senang.
"Yaudah.. nanti sore lu ikut gue, nanti gue jemput kerumah mu,"
"Mau kemana? bukannya kata kamu nanti malam ke acara pernikahan nya" sergah Novi menyela pembicaraan.
"Iya emang.. kalau yang nanti sore itu beda lagi, Liat aja nanti, suprise.." ucap Ervan sengaja merahasiakan sesuatu, entah rencana apa yang ia sengaja merahasiakan dari Novi.
Ekpresi Novi kebingungan, karna setahunnya rencana pergi ke pesta pernikahan pada malam hari. Novi hanya sekeder penasaran dengan apa yang di katakan Ervan barusan.
"Yaudah gue pulang dulu, sampai jumpa nanti, nih gue bayar kue yang tadi gue makan." ucap Ervan sebelum pergi menyerahkan uang 50 ribu pada Novi.
"Udah gak usah Van, gausah dibayar." Novi menolak, tak mau menerima uang dari Ervan, ia menganggap sebagai gantinya karna Ervan sudah menolongnya sewaktu kejadian kemarin di ganggu oleh preman.
"Loh kenapa? gue tadi beli loh gak minta." tanya Ervan bingung kenapa Novi tidak mau menerima uang darinya.
"Gausah Van, aku belum sempat membalas kebaikanmu, anggap saja itu sebagai gantinya karna kamu sudah membantuku, maaf jika tidak sesuai dengan kebaikan yang pernah kamu lakukan, aku hanya bisa membalas kebaikanmu dengan semampuku." kata Novi sambil tersenyum.
Ervan mengerti sekarang kenapa Novi tak mau menerima uang yang ia berikan itu. "Untuk itu aku ikhlas menolongmu, gue gak ngarepin kamu harus membalas kebaikanku kok, aku hanya ingin jadi lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain, kamu terima ya uangnya, kembalinya gak usah kamu ambil aja;"
Ervan kembali menyodorkan uangnya pada Novi dan sedikit memaksa agar Novi mau menerima uang itu.
"Em. yaudah deh, makasih ya," Novi tersenyum, mau tak mau ia menerima uang itu karna Ervan terus memaksanya walaupun sempat ragu.
Lagi lagi Novi dibuat kagum, hatinya seakan tersentuh dengan sikap dan kepribadian Ervan sangat lah dermawan, suka menolong sesama dan peduli terhadap orang lain.
"Iya.. yaudah gue pulang dulu." setelah berpamitan Ervan pun melenggang pergi.
*
*
*
*
Singkatnya... pada sore harinya saat ini Ervan berada di rumahnya Novi sesuai dengan janjinya yang akan menjemput Novi kerumahnya.
Ervan duduk di sofa ruang tamu, pemuda itu nampak sibuk memainkan hpnya menunggu Novi yang sedang berganti pakaian di kamarnya. Ervan disana hanya seorang diri karna kebetulan bu Lusi sedang tidak ada dirumah.
Setelah cukup lama menunggu, Novi keluar dari kamarnya setelah selesai berganti pakaian. terlihat Novi hanya memakai pakaian biasa biasa saja, namun meskipun begitu aura kecantikannya tetap terpancar walaupun hanya menggunakan pakaian sederhana.
"Maaf ya kalau lama nungguin." ucap Novi ketika berada di depan Ervan.
"Iya gapapa, santai aja, udah?" respon Ervan sambil melihat ke arah Novi.
"Udah.." Novi hanya mengangguk mengiyakannya.
"Yaudah yuk, kita berangkat sekarang." Ervan berdiri dari duduknya berjalan ke keluar. begitu pun dengan Novi yang membuntuti Ervan dari belakang.
Sebelum pergi, tak lupa Novi mengunci pintu rumahnya terlebih dahulu karna ibunya sedang tidak ada dirumah, kebetulan ibunya juga memegang kunci cadangan hingga tak harus bingung menunggunya datang.
Usai mengunci rumahnya, Novi bergegas masuk ke dalam mobil Ervan, ia duduk di kursi depan bersama Ervan.sedangkan Ervan sibuk mengemudi mobilnya.
"Kok kamu kunci rumahmu? nanti kalau ibumu datang gimana?" tanya Ervan mulai membuka pembicaraan mencairkan suasana.
"Iya lah orang dirumah gak ada siapa-siapa, lagian ibuku udah bawa kunci cadangan, jadi ya gak khwatir meski keluar lama." respon Novi, gadis itu nampak melirik ke arah luar.
"Hmm.. gitu ya.. berarti agak rawan maling ya daerah sini?" lanjut Ervan.
"Iya agak rawan sih, dulu daerah sini pernah ada orang kemalingan sapi, semenjak kejadian itu, sekarang orang-orang sini mulai waspada, kalau sekarang udah aman gak kayak dulu, karna tiap malam ada sebagian warga yang ronda keliling kampung, jadi ya aman." tutur Novi menjelaskan.
"Oh, masih banyak ya daerah sini yang memelihara sapi?"
"Iya, cuma sebagian tapi, gak semuanya."
"Kamu sendiri kenapa kok gak melihara sapi juga?" tanya Ervan.
Keduanya larut dalam pembicaraan disepanjang perjalanan.
"Nggak. duitnya dari mana? dikira gak mahal apa beli sapi,"
"Berapa emangnya harga sapi?"
"Ya tergantung sih. sekitar 10 sampai 20 jt lebih, kalau sapinya bagus sih ya lebih mahal, tergantung dana, mau nyari yang harga 100jt ya bisa aja mah, kalau punya uang."
"Ouhh.. kalau dana 1m kira kira dapat sapi berapa ya?"
"100 ekor juga bakalan dapat, plus sama rumah, sawah, dikasih semua sama dagang sapinya deh, sekalian pensiun udah. hahaha.." ucap Novi sambil tertawa, hingga Ervan yang mendengarnya pun juga ikut tertawa terbahak bahak.
"Kamu ini aneh-aneh aja deh," Novi hanya menggelengkan kepala tak habis pikir dengan tingkah laku Ervan yang menurutnya sangat konyol.
Seiringnya larut dalam pembicaraan. Novi nampak heran dengan raut wajah kebingungan. melihat lingkungan disekitarnya yang terasa asing baginya, semakin lama jalan yang mereka lalui saat ini memasuki perkotaan.