Kejadian tak terduga di pesta ulang tahun sahabatnya membuat seorang gadis yang bernama Recia Zavira harus mengandung seorang anak dari Aaron Sanzio Raxanvi.
Aaro yang paling anti wanita selain ibunya itu, tiba-tiba harus belajar menjaga seorang gadis manja yang takut dengan dirinya, seorang gadis yang mengubah seluruh dunia Aaro hanya berpusat padanya.
Apakah dia bisa menjadi ayah yang baik untuk anaknya?
Apakah dia bisa membuat Cia agar tidak takut dengannya?
Dapatkan dia dan Cia menyatu?
Dapatkah Cia menghilangkan semua rasa takutnya pada Aaro?
Ayo baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZaranyaZayn12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sembilan
"Kok lama ya?" Gumam Cia.
Cia pun celingak-celinguk ke kanan dan kirinya mencari seseorang yang bisa membantunya mengambil mangga muda itu, namun, tidak ada orang di sekitarnya. Mereka semua masih fokus memanggang sosis.
Apa Cia ambil sendiri aja ya? Nunggu Mama Sana kok lama ya? Pikirnya.
Akhirnya, tanpa menunggu Sana lagi, Cia mulai memanjat pohon mangga itu dengan mudah.
Setelah dia sampai di atas dahan yang dekat dengan buah mangga yang diincarnya, dia memetik mangga itu kemudian mengelapnya sekilas dengan bajunya.
Hap
Wahhh enaknya!!! Sungguh rasa segar dari mangga ini tidak ada lawannya. Pikir Cia tanpa memperdulikan keadaan di bawah sana yang sedang kacau mencarinya.
"Pa? Kamu liat Cia gak?" Tanya Sana dengan panik. Pasalnya setelah dia menyuruh tukang kebun rumahnya untuk mengambil tangga, Cia sudah tidak ada lagi di tempatnya.
"Loh? Memangnya Cia tadi dimana? Kan tadi sama kamu Yang?" Bingung Zio.
"Iya, tadi dia bilang mau buah mangga, jadi aku minta tolong Mang Kardi buat ambil tangga. Eh? Cia nya udah gak ada." Panik Sana.
"Loh? Sama Risa ada gak Yang?" Tanya Zio yang dibalas Sana dengan gelengan kepalanya tidak tau.
"Ayo Pa... Bantuin cari." Ujar Sana panik.
Mereka pun menghampiri tempat memanggang yang terdapat Aaro, Risa dan Rion.
"Kalian liat Cia gak?" Tanya Sana langsung.
"Loh? Bukannya tadi Cia makan sama Mama?" Tanya Aaro. Tadi sebelum dia ke toilet, Cia memang masih bersama Mamanya.
"Mama tadi minta tolong Mang Kardi buat ambilin tangga bentar. Eh, Cianya udah gak ada!" Jelas Sana.
"Loh? Jadi Cianya ke mana Tante?" Panik Risa. Masalahnya adalah anak satu itu suka semena-mena kalau sendiri. Menyebrang jalan dengan sesuka hatinya, berjalan tanpa melihat ke depan, dan sebagainya.
"Ayo Tante, kita cari Tan!" Panik Risa.
"Ayo! Ayo!" Ujar Sana.
Mereka pun mencar menjadi tiga bagian. Sana bersama Zio, Risa bersama Arion dan Aaron yang sendirian.
"Cia...!" Panggil Sana di dekat kolam renang.
"Gak ada Ma, ayo kita coba cari ke taman depan," Ajak Zio yang di angguki oleh Sana.
Mereka menuju taman depan, namun nihil. Cia tidak ada di sana.
Sedangkan Rion dan Risa yang mengecek di dapur, di kamar mandi, hampir di setiap ruangan pun juga tidak menemukan Cia. Sebenarnya kemana anak kecil satu itu? Kesal Risa.
Aaron yang tengah mengitari taman untuk mencari Cia di taman belakang pun heran ketika melihat ada sandal bulu milik Cia yang berada di depan pohon mangga yang agak tinggi itu.
Loh? Ini sandalnya. Orangnya mana? Pikir Aaro.
Plak
Aaro yang merasakan kepalanya seperti kejatuhan sesuatu pun langsung mendongak ke atas dan terkejut.
"Ciaaaa!" Panggilnya panik. Bagaimana anak itu bisa nangkring di atas pohon mangga yang tinggi seperti itu? Panik Aaro.
Cia yang mendengar namanya di panggil pun melihat ke bawah dan nying! Semuanya seolah-olah berputar ketika dia melihat ke bawah.
Rasa takut yang tadinya tidak ada pun sekarang tiba-tiba muncul ke permukaan.
"Cia gak mau liat ke bawah! Cia takut!" Teriak Cia membalas panggilan Aaron tadi.
Sana, Risa, Zio dan Rion yang mendengar teriakan Aaro pun berlari ke taman belakang dengan cepat.
"Cia mana Aa?" Tanya Sana.
Aaro pun menunjuk Cia yang sedang berada di atas pohon dengan ngeri.
"Astagfirullahalazim Cia! Kamu naiknya gimana nak?" Panik Sana.
"Mama! Cia gak bisa turun Mama! Cia takut!"
Deg
Mereka semua saling melihat satu sama lain mendengar perkataan Cia.
"Turun Cia! Ayo Nak!" Bujuk Zio.
"Cia mau turun Papa, tapi Cia takut liat ke bawah. Tinggi banget!" Rengek Cia kemudian mulai menangis.
"Pa!!! Ini gimana?" Panik Sana. Pasalnya dia menduga pasti Cia itu tengah mengandung calon cucunya.
"Cia... Sayang... Ayo turun Cia!" Bujuk Risa.
"Risa... Cara turunnya gimana? Cia gak tau. Cia takut banget, ini tinggi banget Risa!" Panik Cia ketika melihat ke arah bawah.
Aaro yang panik pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman. Tangga! Aaro segera mengambil tangga itu di bantu oleh Rion kemudian meletakkannya di dekat dahan tempat Cia berada.
"Ci!! Denger gue! Gue bakalan naik terus lo turun pelan-pelan oke?" Tanya Aaro yang di jawab anggukan kepala oleh Cia.
Aaro pun mulai menaiki satu persatu anak tangga itu hingga sampai pada anak tangga paling atas namun masih kurang tinggi untuk menggapai posisi Cia.
"Hei! Lihat gue! Turunin kakinya pelan-pelan!" Perintah Aaro.
Cia pun menurut. Dia mencoba untuk melihat ke arah Aaro, tapi rasa takut langsung menghampiri gadis itu.
"Takut! Cia takut liat Kakak!" Isak Cia yang membuat Aaro mengehela nafasnya kasar. Bagaimana ini? Frustasinya.
"Gue suami lo Ci! Gue juga bakalan jadi ayah dari baby kita nanti, jadi, gue gak mungkin lakuin sesuatu yang bisa bahayain kalian. Jadi, lo harus percaya sama gue!" Ujar Aaro mencoba menyakinkan Cia.
Baby? Pikir Cia.
Cia menatap Aaro dengan pandangan yang sulit di artikan. Mencoba mensugesti dirinya sendiri jika Aaro tidak akan menjahatinya.
Perlahan, Cia mulai menurunkan kakinya yang di sambut oleh Aaro.
"Iya! Kayak gitu! Pelan-pelan!" Instruksi Aaro.
Hap
Aaro memegang pinggang Cia.
"Jangan liat ke bawah! Cukup liat gue aja!" Ujar Aaro ketika merasakan tubuh Cia yang bergetar ketika Cia melihat ke bawah.
"Cia takut!" Isaknya. Aaro memeluk Cia sejenak. Mencoba menenangkan gadis itu.
"Ayo! Turunin kakinya satu-satu!" Ujar Aaro yang mendapatkan gelengan kepala Cia.
"Gak mau! Tinggi! Cia takut!" Isaknya.
"Denger! Apa pun yang terjadi, gue gak akan biarin lo sama anak gue kenapa-kenapa! Jadi, lo harus percaya sama gue! Gue akan berusaha buat jagain kalian! Percaya sama gue ya?" Ujar Aaro dengan tulus kemudian mengecup kening Cia lembut.
"Cia takut!" Ujar Cia.
Aaro mulai turun ke anak tangga bawahnya kemudian memegang kaki sebelah kiri Cia agar Cia menurunkannya.
Berhasil.
"Jangan liat ke bawah!" Larang Aaro ketika Cia ingin melihat pijakannya.
"Gue bakal nempatin kaki lo di pijakan yang pas supaya lo gak liat ke bawah, jangan takut, oke?" Ujar Aaro yang di angguki oleh Cia.
Aaro turun lagi ke tangga selanjutnya kemudian memegang kaki Kanan Cia perlahan agar menapaki tangga dengan tepat.
Cia pun menurunkannya sesuai instruksi Aaro begitu seterusnya hingga...
Tada
Akhirnya kaki Cia menapak pada tanah. Cia langsung berhambur ke arah Risa yang berada paling dekat dengannya.
"Cia takut!" Isak Cia yang mendapatkan usapan lembut mereka.
"Sttt gak apa-apa. Lagian lo kenapa bisa ada di atas pohon tinggi gitu sih Ci?" Omel Risa.
"Udah! Bawa Cianya duduk dulu, kasih minum." Ujar Sana mengusap rambut itu sayang.
"Iya tante," Ujar Risa kemudian membawa Cia agar duduk di kursi yang berada di depannya.
"Minum dulu sayang," Ujar Sana memberikan air mineral kepada Cia.
"Makasih Ma." Lirih Cia kecil.
"Sama-sama sayang," Balas Sana masih dengan wajah khawatirnya.