NovelToon NovelToon
Kehidupan Ke Dua

Kehidupan Ke Dua

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Akademi Sihir / Dunia Lain
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: NAYTHAN

— Lanna Xevellyn, gadis berusia 17 tahun itu harus mengalami kecelakaan maut yang membuat nyawanya melayang ketika menolong seorang anak kecil di jalanan.

Tetapi apakah memang Lanna benar-benar sudah tewas atau ternyata gadis itu masih hidup? Atau bagaimana tentang dirinya yang ternyata menjalani kehidupan keduanya untuk menggantikan peran orang lain yang sudah mati?

Ya, itulah yang di rasakan oleh Lanna. Gadis itu terbangun di dalam tubuh milik orang lain di semesta lain. Di mulai dari tubuh barunya itu, Lanna menjalani babak baru kehidupan keduanya dengan alur kehidupan berbeda yang tidak pernah terpikirkan sekalipun olehnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAYTHAN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 23 :

DUAR!

Tiba-tiba saja terdengar bunyi ledakan besar dari arah kobaran api bersamaan dengan itu mereka yang berada di sana bersama-sama melindungi diri mereka masing-masing.

"Apa itu?" Salah satu murid di sana, mengibaskan tangannya ke udara berusaha menghilangkan asap putih yang menutupi separuh dari ruangan kantin.

Perlahan mata semua murid terperangah saat membuka matanya melihat bagaimana yang tadinya api itu berkobar besar kini berubah membeku, membentuk seperti stalagmit raksasa serta asap yang mengepul menyebar ke seluruh ruangan. Mereka semua yang tadinya hendak mengelilingi pun akhirnya melangkahkan kakinya memilih untuk mundur kembali dengan perasaan mereka yang juga cemas seraya saling membicarakan dengan pemandangan apa yang mereka lihat, penuh tanda tanya.

Xavier, anak lelaki itu juga nampak sangat terkejut.

Bukankah inti sihirnya sudah menghilang? Apa yang terjadi? Aku bahkan sama sekali tidak mengerti, batin Xavier.

"Xa-xavier, di keadaan begini akan sulit menggunakan telepati. Aku akan pergi ke ruang guru untuk memberi tahu," Anton lalu pergi meninggalkan area kantin menggunakan penyeimbang sihirnya. Anak lelaki itu memiliki kekuatan dapat berlari dengan cepat.

Kenapa, kenapa bisa? Bukankah si payah Serena itu sudah hilang inti sihirnya? Bahkan dia bisa membuat kobaran apiku menjadi beku, Batin Lilly.

"Ini di luar dugaan. Ini pertama kalinya api dapat di bekukan oleh es," bisik salah satu murid yang berdiri tidak jauh dari Lilly.

"Aku juga baru lihat," tambah satu temannya yang lain.

"Hei, ini di luar kendaliku," ucap Serena.

Itu artinya bahkan seorang serena Lyra pun belum pernah melakukan hal seperti tadi sebelumnya.

"jangan berisik," balas Lanna, berkomunikasi melalui pikirannya.

Perlahan asap yang mengerubungi stalagmit es itu memudar dan menampakkan sesosok perempuan yang tidak lain Serena bagi mereka murid-murid yang mengetahuinya dan seorang Lanna bagi Xavier. Lanna, berdiri di tengah-tengah di kelilingi oleh es.

Tidak mungkin. Bahkan dia tidak mati, sialan, batin Lilly.

Xavier berjalan cepat menghampiri Lanna atau hal lainnya yang tidak terduga akan terjadi lebih parah lagi dari yang sekarang.

Brak!

Sontak semua murid di sana memekik bagaimana seorang Xavier terlempar jauh, tubuhnya menubruk tembok karena kibasan tangan Lanna. Dia akhirnya jatuh pingsan karena benturannya yang begitu keras.

Satu patahan kayu yang menusuk di bagian paha atas Lanna tanpa merasa ngilu sedikitpun di cabutnya dalam sekali cabutan. Perlahan dalam hitungan detik luka dengan darah yang mengucur itu memulih sempurna. Lanna marah pada gadis itu, pikirannya sudah di kuasai dengan kemarahan yang sudah dia tahan cukup lama.

"Hei, Lanna. Aku rasa sudah cukup, sepertinya anak itu ketakutan," ucap Serena.

"Tidak bisa! Aku tidak terima! Dia itu kurang ajar!" Balas Lanna.

Apalagi ini? Tiba-tiba saja penyeimbang sihirnya sempurna? Batin Lilly.

Gadis itu Kini benar-benar merasa terancam. Sementara yang lainnya semakin menjauhkan diri merasa takut dan suasana pun semakin mencekam. Tidak ada yang berani melerai kedua gadis tersebut. Beberapa dari mereka ada yang membantu Xavier untuk bangkit.

Lanna menegakkan kepalanya menatap tajam ke arah Lilly, terlihat gadis berambut keriting itu nampak ketakutan terutama bagaimana sorot matanya. Kemudian Lanna mulai melangkahkan kakinya perlahan ke depan.

"MAU APA KAU? AWAS SAJA KALAU KAU SAMPAI MELUKAIKU!" Teriak Lilly. Dia mengarahkan tangannya ke depan berusaha melawan Lanna lagi.

Api menyembur keluar dan mengenai tubuh Lanna lagi. Tidak sampai di situ saja, Lilly juga menghantam Lanna menggunakan puluhan bola api miliknya.

Tetapi apa yang terjadi?

Tentu saja, tidak semudah itu.

Lanna tetap melangkahkan kakinya ke depan ke arah Lilly di mana gadis itu juga melangkahkan kakinya mundur, tangannya masih sibuk menyerang Lanna menggunakan inti sihir apinya. Di setiap serangan api milik Lilly berusaha mengenai Lanna, bongkahan es yang membentuk perisai itu melindungi Lanna di setiap langkahnya. Dan karena merasa inti sihirnya tidak mempan, Lilly pun bergerak. Dia mengangkat salah satu meja kantin dengan kedua tangan kosong, melemparnya ke arah Lanna.

Namun lagi-lagi nihil tidak terjadi apapun, tidak ada Lanna yang terluka selain meja tersebut yang langsung hancur begitu saja. Merasa di situasi yang benar-benar terancam, Lilly hendak kabur.

"Mau kemana kau?"

Lanna mengarahkan satu tangannya ke depan. Kali ini dia menggunakan telekinesisnya, menahan tubuh Lilly yang berusaha kabur dan mengangkat tubuh gadis itu ke udara tinggi-tinggi.

"LEPAS! LEPASKAN AKU!" Teriak Lilly memberontak.

Lanna tersenyum lebar membuatnya nampak begitu ramah. "Oh, kau meminta untuk di lepas?" Dan dalam sekejap ekspresi wajah Lanna berubah, senyumannya pun hilang di sertai tatapan matanya yang tajam. "Tentu saja bisa!"

Bruk!

Lanna melempar Lilly ke dinding, tubuh gadis itu menubruk dengan sangat kencang. Tidak sampai di situ saja karena belum merasa puas, Lanna kembali mengangkat Lilly ke udara dan menghempaskannya ke arah meja-meja kantin. Dan terus berulang-ulang.

"Ini gawat!" Pekik salah satu murid.

Xavier perlahan-lahan pun mulai sadar kembali, tubuh serta kepalanya terasa sakit terlebih di bagian punggungnya.

Semua murid di sana hendak menghentikan Lanna. Jika di biarkan Lilly bisa mati. Tetapi itu semua hanyalah sia-sia. Upaya mereka untuk menghentikan Lanna tidak semudah itu. Di saat mereka mulai bersatu mengelilingi Lanna bersiap dengan kekuatan mereka masing-masing, dalam sekali hentakan saja Lanna menghempaskan seluruhnya, mereka yang berusaha menghentikannya. Mereka semua terlempar. Ada yang membentur lantai, dinding hingga terhempas ke arah meja kantin. Lanna juga membuat stalagmit es dari dasar lantai untuk menghalau mereka, membuat mereka semua akhirnya memilih untuk mundur .

Salah satu murid di sana berinisiatif melempar sebuah pisau makan tetapi lagi-lagi itu hanyalah sia-sia. Sebelum pisau itu mengenai Lanna, dia sudah lebih dulu menahan pisau tersebut menggunakan telekinesisnya dan membalikkannya ke arah murid yang sudah melemparnya tetapi beruntungnya murid itu berhasil menghindar.

"Kalian semua jangan coba-coba untuk menghentikanku!"

Lanna mengangkat kedua tangannya ke udara seolah sedang menarik sesuatu. Satu cengkraman tangan raksasa keluar dari dasar lantai kantin. Perlahan cengkraman tangan raksasa mulai naik ke permukaan kemudian muncullah sesosok makhluk raksasa yang terbuat dari tanah dan gabungan es.

"Hei, apa ini? kenapa inti sihirku bisa begini? Aku tidak memiliki inti sihir bumi! Aku juga tidak pernah menciptakan makhluk raksasa begini!" protes Serena.

"Mustahil, seseorang bisa memiliki inti sihir lebih dari satu. Itu inti sihir bumi," ucap salah satu murid laki-laki yang berdiri di sebelah Xavier.

Sebenarnya kenapa? kenapa ini bisa terjadi? Apa ini terjadi karena berhasil membangun kemarahan Lanna? Batin Xavier.

Di ruang rapat guru, Semua para pengajar serta kepala sekolah berada dalam satu ruangan, mereka berkumpul di ruangan tempat untuk rapat. Membicarakan tentang surat bertuliskan darah.

Tunggu kedatanganku.

—Ttheo Tinson.

"Sepertinya mantan anak muridmu itu akan membuat huru-hara," ucap salah satu pengajar wanita di sana.

"Begitulah," jawab guru Han.

"Hei, Han! Kenapa kau terlihat santai begitu?" timpal pengajar lainnya.

Guru Han menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa untuk merilleksasikan tubuhnya seraya menghembuskan napas panjang. "Apalagi selain bersiap-siap? Sudah pasti kedatangannya tidak akan terduga,"

"Itu benar. Tingkatkan kemampuan anak-anak, mereka pelu bersiap-siap dan mengantisipasi kedatangan anak yang bernama Ttheo tinson. Walaupun anak itu terdengar sepele tetapi jangan sampai lengah. Anak itu bisa saja berbahaya," ucap kepala sekolah. "Lalu Han, bagaimana dengan murid yang bernama Lanna itu?" tanya kepala sekolah beralih pada guru Han.

"Penyeimbang sihirnya bisa di bilang belum sempurna tetapi setidaknya sudah mulai bisa dia kendalikan sedikit demi sedikit. Tetapi anak itu sangat gigih dan yang ku lihat, dia memiliki sebuah potensi. Tetapi belakangan ini sepertinya dia sangat kesulitan dan aku sudah memberikan padanya sebuah pilihan," jelas guru Han.

"Sebuah pilihan?" Kata kepala sekolah, alisnya mengernyit.

"Jangan mau tahu. Ini urusanku dengan muridku saja yang boleh tahu," jawab guru Han.

Tentu saja kepala sekolah begitu kesal dengan jawaban yang di lontarkan guru Han.

"Dasar anak ini! Di situasi begini kau masih bisa bercanda denganku seperti itu?"

"Anak itu seperti yang berada di dalam kitab penyegelan peta kuno. Apakah ini sudah saatnya peta kuno itu di buka? Bertepatan dengan kembalinya Ttheo Tinson yang mengincar benda tersebut," cetus pengajar lain.

Guru Han berdiri, pria itu hendak meninggalkan rapat yang terdengar membosankan itu. "Ya, ya, apapun itu,"

Tiba-tiba datanglah Anton membuka paksa pintu ruangan rapat guru dan anak itu berteriak di ambang pintu.

"GURU, DI KANTIN TELAH TERJADI KERIBUTAN BESAR!"

...----------------...

Setelah dirinya terlempar, Lilly tidak langsung diam begitu saja. Gadis itu segera bangkit, bergelinding ke area lain lalu membalaskan perlawanannya ketika Lanna lumayan lengah. Lilly membuat bola api raksasa dari inti sihirnya dan itu berhasil mengenai Lanna, dia terhempas dan ledakan pun terjadi dengan sangat keras bersamaan dengan makhluk raksasa ciptaan Lanna juga ikut terhempas serta hancur menjadi sebuah bongkahan bak bebatuan yang terpecah belah.

"Makanya jangan sok jagoan! Begitu saja langsung jatuh!" Cibir Lilly tidak lupa dengan tawanya yang terdengar puas.

Melihat bagaimana Lilly yang tertawa puas, Xavier merasa benar-benar sangat geram kepada gadis itu.

"Apa yang kau lakukan?"

Xavier mendatangi Lilly dengan secepat kilat menggunakan teleportasinya dan mencekik leher gadis itu, akhirnya naik pitam juga.

"Xavier, a-ap-pha yang khau..."

"Tentu saja aku sedang mencekikmu. Jika dia mati, aku tidak akan tinggal diam! Kau harus tanggung akibatnya!" Ancam Xavier.

Bersamaan dengan itu, tiba-tiba saja lantai yang xavier pijak itu bergetar kecil, perlahan-lahan retak. Segera Xavier melompat untuk menghindar, menjauhi Lilly yang sedang terbatuk-batuk sembari memegangi lehernya. kemudian getaran serta retakan itu menyebar ke seluruh ruangan kantin. Semua yang berada di sana langsung panik.

Lalu Xavier teringat dengan Lanna. Gadis itu tertimbun reruntuhan benda-benda berat yang hancur akibat ledakan. Xavier membalikkan tubuhnya bermaksud hendak menghampiri Lanna. Xavier takut Lanna mati ketimbang dirinya sendiri. Tetapi ternyata, getaran itu semakin kencang mirip seperti gempa.

"Ada apa ini? Apalagi yang terjadi?" ujar Lilly.

Dan muncullah makhluk-makhluk raksasa ciptaan Lanna itu dari dasar tanah, berdiri dengan tegaknya mengelilingi Lanna serta Lilly. Satu tangan raksasa yang berasal dari dasar tanah juga berhasil mencengkram tubuh Lilly. Suasana pun menjadi lebih mencekam dan sangat ricuh bahkan sebagian dari mereka ada yang kabur dan sebagian lainnya malah jatuh pingsan, sisanya melakukan perlawanan terhadap makhluk-makhluk raksasa ciptaan Lanna. Beberapa makhluk raksasa itu bergerak melakukan perlawanan balik kepada para murid yang menyerangnya. Dan Xavier terpaksa melakukan perlawanannya terhadap makhluk raksasa itu juga.

Lilly berusaha memberontak dari cengkraman tangan raksasa itu tetapi semakin dirinya memberontak semakin kencang genggamannya. Lilly juga dapat melihat bagaimana Lanna yang dapat berdiri tegak kembali dan berjalan ke arahnya. Luka di beberapa bagian tubuhnya pun dengan cepat memulih seperti sedia kala.

"Kau berpikir aku yang akan mati, hah?" ucap Lanna menyeringai.

"TIDAK! AMPUN! AMPUNI AKU SERENA! AKU MINTA MAAF!" Teriak Lilly memohon.

"Kau ingin membunuhnya?" tanya Serena.

"Ya," jawab Lanna.

"Aku angkat tangan untuk ini," balas Serena.

"LANNA! CUKUP, LANNA!" Teriak Xavier seraya menghindari serangan makhluk raksasa tersebut lalu membalasnya.

Sial, makhluk-makhluk raksasa ini seolah sedang menghalangiku, batin Xavier.

Lanna menghentikan langkahnya tidak terlalu jauh dari Lilly, mengarahkan satu tangannya ke depan dan memerasnya.

"Justru kaulah yang akan mati," ucap Lanna.

Crak.

Tangan raksasa itu melumat tubuh Lilly hingga remuk dalam sekali remasan hingga tak berbentuk bahkan jeroan tubuhnya, darahnya berceceran kemana-mana.

Salah satu murid perempuan di sana memekik berteriak ketika melihat salah satu bola mata milik Lilly menggelinding ke hadapannya. Terlebih dengan Xavier, dia pun sangat terkejut dengan pemandangan yang di lihatnya bagaimana Lanna telah membunuh seseorang. Lanna seperti sudah hilang kendali. Sialnya, di saat seperti itu Xavier terkena serangan makhluk raksasa. Merasa jengkel, dia lalu berlari ke arah lain, melompat sekaligus berlari di atas dinding dan mendorong kakinya melompat ke udara mendaratkan pukulan mematikannya dengan kobaran api biru dan merah. Dan dalam satu tinjuan saja Xavier mengalahkan makhluk raksasa tersebut. Dia lalu mendarat di lantai dengan cara menggelinding kemudian mengarahkan tangannya ke depan, menyerang makhluk raksasa lainnya dengan panah apinya. Satu anak panah dalam sekejap berubah menjadi ribuan anak panah. Dengan api merah menyala menghujami makhluk raksasa tersebut lalu kembali menyerang makhluk raksasa yang lainnya, mengikatnya dengan rantai raksasa miliknya dan membakarnya dalam hitungan detik hingga lenyap. Drago pun muncul untuk membantu Xavier.

Selang beberapa saat, para pengajar pun akhirnya datang langsung bergerak menghentikan kekacauan yang terjadi sementara guru Han berhasil menghentikan Lanna yang sudah hilang kendali dengan cara mentotok leher Lanna dan dia jatuh pingsan, jatuh ke pelukan guru Han. Makhluk-makhluk ciptaan Lanna pun mendadak diam kaku seperti patung dan hancur menjadi sebuah bongkahan, berjatuhan ke lantai serta menghilang. Terkejut sudah pasti terlebih ketika mereka melihat tubuh Lilly yang sudah hancur tidak berbentuk, pemandangan yang mengerikan sekaligus ngilu.

Melihat pemandangan itu, Xavier berteori dalam pikirannya. Bahwasanya Lanna seperti sebuah jantung, penuh kendali atas makhluk-makhluk raksasa ciptaannya itu. Ketika Lanna tidak sadarkan diri atau dalam situasi di mana Lanna tumbang sementara, semua makhluk itu juga akan runtuh. Entahlah, ini hanya teori sementara yang di milikinya sebab dirinya juga tidak tahu akan bagaimana kedepannya tentang teorinya terhadap Lanna dan makhluk raksasa tersebut. Bisa saja potensinya akan lebih dari itu.

...****************...

1
Retno Isma
jgn Hiatus ya....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!