Tidak pernah terbersit dibenaknya untuk menikah dalam waktu dekat, Namun karena kebodohan sang adik, yang ingin dirinya cepat menikah, Membuatnya terpaksa harus menikahi laki-laki yang bertubuh gemuk, berjenggot juga berkumis dan satu lagi berkacamata tebal.
"Apa ini karma?" ucap Julya saat dirinya melihat pantulan wajahnya dicermin, dengan riasan khas pengantin wanita.
"Iya benar ini karma bagiku, yang sering menyakiti hati pria." ucapnya lagi yang sadar sudah menolak banyak pria, yang datang melamarnya.
"Dan sepertinya kamu yang paling sakit hati. Riski. Maaf."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa kamu baik-baik saja
Pagi telah tiba, dan di pagi ini Julya terbangun dengan kepala yang terasa amat pusing.
Saat Julya menekan pangkal hidungnya, dia baru ingat jika semalam dia ketiduran diacara pesta, sementara sekarang dia berada di kamar hotel.
"Tunggu." ucap Julya yang mendadak mengkawatirkan sesuatu, mengingat dia yang tiba-tiba mengantuk tanpa sebab.
Dengan cepat Julya membuka selimut yang menutupi sebagian besar tubuhnya, dan saat melihat jika dirinya masih berpakaian lengkap, Julya pun bisa bernafas lega.
"Syukurlah" ucap Julya yang benar-benar merasa lega, karena apa yang dia takutkan tidak terjadi.
Sementara Radit yang juga baru bangun, melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Julya.
Membuka mata, menekan pangkal hidungnya. karena pusing, dan saat iingat kejadian sebelum dia kehilangan kesadarannya, Radit langsung bergegas menuju pintu keluar kamar, namun sebelum benar-benar keluar kamar, dia terdiam sejenak, karena dia mencium bau parfum seorang wanita ditubuhnya.
"Tunggu ini mirip parfum Julya." ucap Radit sambil mengendus bau yang menempel ditubuhnya.
Semakin di endus semakin yakin pula jika bau parfum ditubuhnya, memang sama dengan yang sering di pakai Julya.
Namun didetik berikutnya dia menyangkal apa yang dia pikirkan "Ah dasar, memangnya di dunia ini, hanya dia yang memakai parfum seperti ini."
Radit yang memgingat kembali tujuannya, dengan cepat menarik pintu kamarnya dan disaat bersamaan Julya juga keluar dengan pakaian yang susah berbeda.
"Apa kamu baik-baik saja?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Radit, ketika melihat Julya.
"Maaf pak, maksud bapak apa?" ucap Julya yang malah balik bertanya. Karena takut jika pendengarannya bermasalah.
"Aku tanya, apa kamu baik-baik saja?"
"Saya baik, pak" Jawab Julya apa adanya.
Radit yang tidak mempercayai ucapan Julya langsung menatap Julya dengan tatapan yang membuat Julya tidak nyaman, dan karena rasa tak nyamannya. Julya langsung berpamitan. Pamit dengan alasan takut terlambat menghadiri rapat, padahal yang akan memimpin rapat ada didepannya saat ini.
Radit membiarkan Julya pergi, namun pandangannya tidak dia lepaskan dari sosok Julya, apa lagi saat dirinya melihat cara berjalan Julya yang berbeda.
"Apa dia berbohong?" sebuah kata terucap saat Radit melihat cara berjalan Julya yang seperti menahan sakit, dan hal itu sukses membuat Radit berpikir jika Julya, telah melewati malam bersama seseorang.
"Ah sudahlah, bukan urusanku, toh dia berkata baik-baik saja bukan." ucap Radit lalu dia kembali kedalam kamarnya karena ingat belum mandi, juga berganti pakaian, dan setelah itu dia menyusul Julya, untuk memimpin rapat yang sengaja diadakan di Hotel mereka menginap.
Radit sudah memulai rapat, dan dia mulai mendengarkan satu persatu laporan yang dilaporkan bawahannya, sampai saat Julya yang mendapatkan giliran melapor. Radit sudah tidak bisa fokus lantaran didalam otaknya kini banyak pertanyaan tentang Julya.
"Siapa yang bersama Julya semalam? Apa dia dipaksa, Atau suka sama suka?"
"Tapi kalau suka sama suka, kenapa dia dibawa saat tak sadarkan diri, dan jika di paksa pun, kenapa wajahnya terlihat biasa saja, bukankah seorang wanita yang direngut kesuciannya secara paksa akan sangat terpuruk." pusing sampai Radit memijat pangkal hidungnya, dan hal itu sukses membuat semua orang yang ikut rapat menahan nafas.
Ya menahan nafas, karena jika Radit sudah menekan pangkal hidungnya, itu pertanda jika Radit akan marah, dan kemarahannya tak bisa ditebak karena apa.
Jilya yang tentu saja melihat pergerakan Radit langsung menghentikan laporannya, dan bertanya apakah ada yang salah dengan laporannya.
Radit tak menjawab, karena memang tidak mendengar ucapan Julya.
Julya menatap asisten Radit, bertanya lewat tatapan mata mereka, ada apa dengan Radit, dan sang asisten hanya mengangkat bahunya, pertanda tidak tahu.
"Pak, maaf apa ada yang salah dengan laporan saya?" dan untuk kali ini radit mendengar suara Julya namun masih tidak jelas. Alhasil Radit berkata "Ada apa?" sebuah kata yang keluar dari mulut Radit, yang mana kata-kata itu membuat semua orang menatap bingung kearah Radit. Karena radit berkata dengan kata-kata yang sangat lembut pada Julya.
"Ada apa?" ulang radit sambil menatap Julia penuh tanya, karena Julya tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Em, maaf pak, apa ada yang salah dengan laporan saya?" ulang julya untuk yang ketiga kalinya.
"Tidak, kalau begitu rapat kali ini saya akhiri." ucap Radit yang mana membuat semua orang yang mengikuti rapat, merasa bingung, pasalnya masih ada beberapa orang lagi yang belum melaporkan hasil kerjanya pada Radit.
Radit meninggalkan ruang rapat, dan para peserta rapat langsung saling bertanya pada rekan yang ada disebelah mereka, ada apa dengan Bos mereka, namun tidak ada satu pun Yang tahu alasan Radit membubarkan rapat dengan cepat.
ceritanya bagus
mampir kenovelku juga jika berkenan/Smile//Pray/
maaf, ya. keknya aku terlalu ikut campur sama dialog kamu🙏