Ello, seorang dokter pediatri yang masih berduka atas kehilangan kekasihnya yang hilang dalam sebuah kecelakaan, berusaha keras untuk move on. Namun, setiap kali ia mencoba membuka hati untuk wanita lain, keponakannya yang usil, Ziel, selalu berhasil menggagalkan rencananya karena masih percaya, Diana kekasih Ello masih hidup.
Namun, semua berubah ketika Ello menemukan Diandra, seorang gadis misterius mirip kekasihnya yang terluka di tepi pantai. Ziel memaksa Ello menikahinya. Saat Ello mulai jatuh cinta, kekasih Diandra dan ancaman dari masa lalu muncul.
Siapa Diandra? Apakah ia memiliki hubungan dengan mendiang kekasih Ello? Bagaimana akhir rumah tangga mereka?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Mungkin Lain Kali
Ello terdiam sejenak, senyumnya memudar perlahan. Matanya menatap ke kejauhan, seakan mengingat sesuatu yang sangat berharga namun menyakitkan. Diandra mengamati ekspresi Ello yang tiba-tiba berubah saat mendengar pertanyaannya.
Ello menarik napas dan tersenyum samar, namun ada bayangan kesedihan di matanya. “Ah, itu cerita lama. Mungkin nanti saja aku ceritakan kalau kamu sudah lebih nyaman di sini,” ucapnya ringan, seakan ingin mengalihkan topik. "Diana adalah seseorang yang sangat berarti bagi keluarga ini... terutama bagiku. Dia adalah satu-satunya wanita yang pernah aku cintai, pemilik hatiku. Dia... seseorang yang pernah mengisi hari-hariku dan meninggalkan jejak yang tak terlupakan," gumamnya dalam hati.
“Maaf kalau aku lancang,” ujar Diandra tak enak hati. Namun matanya menatap penuh rasa ingin tahu. “Aku merasa ada sesuatu yang besar tentang Diana. Apakah dia seseorang yang sangat berarti bagi kalian semua?” batinnya penuh tanya. Diandra bisa melihat ada luka di balik mata Ello. Namun tak berani untuk bertanya lebih jauh.
Ello tersenyum kecil dan menepuk bahu Diandra dengan lembut. “Jangan khawatir tentang itu sekarang. Yang penting, kamu merasa nyaman di sini,” katanya, mencoba menutup pembicaraan.
Diandra mengangguk, meski rasa penasarannya semakin dalam, ia memilih untuk menahan diri. Meskipun Ello berusaha mengalihkan perhatian dengan cerita-cerita lain, Diandra tak bisa menahan rasa penasarannya. Nama Diana terus terngiang di benaknya, seperti sosok yang penting namun terlupakan. Diandra menatap Ello yang kini tersenyum dengan senyum yang terasa dipaksakan.
Setelah agak lama melihat foto-foto itu, Ello membawa Diandra ke taman belakang. Taman itu dipenuhi dengan bunga berwarna-warni dan beberapa tempat duduk yang nyaman. "Di sinilah kami sering berkumpul untuk mengobrol dan sekadar bersantai," jelas Ello.
Diandra menghirup udara segar, merasakan ketenangan yang belum pernah ia alami sebelumnya. "Indah sekali," katanya, penuh kekaguman.
Ello tersenyum, merasakan bahwa Diandra mulai merasa nyaman. "Ayo, kita duduk sebentar," ajaknya, menunjukkan salah satu bangku yang menghadap ke kolam kecil di taman.
Ketika mereka duduk, Ello menatap wanita itu dengan serius. "Aku tahu ini mungkin sulit untukmu. Namun, aku ingin kamu tahu bahwa kamu tidak sendiri. Keluarga ini akan selalu ada untukmu."
Diandra menunduk, ada perasaan haru yang menyeruak di hatinya. "Terima kasih, Ello. Rasanya… aku merasa sangat diterima di sini," katanya dengan suara bergetar.
Ello meraih tangannya, memberinya dukungan. "Kamu berhak merasakan kasih sayang dan perhatian. Jangan ragu untuk bercerita atau berbagi apa pun. Kami di sini untuk membantu."
Diandra hanya mengangguk dengan senyuman tipis yang menghias bibirnya. Merasa bersyukur bisa berada di antara orang-orang baik seperti Ello dan keluarganya.
Sementara itu, di dalam rumah, Elin sedang menyiapkan teh hangat untuk mereka. Ziel kembali dari les privatnya, terlihat penuh energi. "Tante Diandra! Tante Diandra!" serunya sambil berlari.
Elin tersenyum melihat antusiasme putranya. "Tante ada di taman, Sayang. Ayo, kita ajak dia minum teh," kata Elin.
Ziel bergegas menuju taman dengan semangat. Begitu melihat Diandra dan Ello, wajahnya bersinar. "Tante Diandra! Ayo minum teh!"
Diandra menoleh dan tersenyum. "Tentu, Ziel. Apa yang kamu pelajari di les hari ini?" tanyanya, langsung terhubung dengan bocah itu.
Sambil tertawa, Ziel mulai menjelaskan tentang pelajaran barunya. Momen kebersamaan itu penuh tawa dan kehangatan, menguatkan ikatan antara mereka.
Ello menatap Diandra sejenak, hatinya bergelut antara keinginan untuk jujur dan ketakutan yang membayangi. Ia tahu bahwa Diandra pantas mengetahui kebenaran, tapi perasaannya berkata lain. Ia tidak ingin Diandra merasa bahwa semua perhatian dan kebaikan yang diterimanya hanya karena wajahnya yang mirip dengan seseorang dari masa lalu.
Diandra bukan bayangan Diana, dan Ello ingin memastikan bahwa wanita itu tidak pernah merasa demikian. Diandra berhak dihargai sebagai dirinya sendiri, tanpa beban dan perbandingan dengan sosok yang sudah tiada. Ia takut, jika Diandra tahu segalanya, wanita itu akan merasa hanya menjadi pengganti--seseorang yang diingatkan kembali pada memori yang menyakitkan.
Dengan menghela napas, Ello memutuskan untuk tidak mengungkapkan lebih lanjut. Ia tersenyum lembut pada Diandra, menahan kisah masa lalu yang bergelora dalam dirinya. "Mungkin lain kali," pikirnya, menjaga rahasia itu tetap tersimpan, setidaknya sampai ia yakin Diandra siap mendengarnya, tanpa merasa terbebani atau terluka.
***
Pak Hadi duduk di ruang kerjanya yang tertata rapi, dikelilingi oleh tumpukan berkas dan dokumen. Pikirannya berputar cepat, merencanakan langkah-langkah berikutnya untuk menyelamatkan posisi Ello dan John di dunia bisnis yang semakin kompetitif. Ia mengambil pena dan mulai mencatat beberapa ide di atas kertas.
“Aku harus menemukan cara untuk menarik investasi Tuan John dan Ello dari perusahaan Cahyono. Jika mereka tetap berinvestasi di sana, mereka akan terseret dalam dunia hitam, dan ini tidak bagus bagi keluarga Mahendra,” pikirnya.
Pria yang jarang menunjukkan emosinya itu menghela napas, memikirkan bagaimana Brata telah berusaha mengambil alih perusahaan itu dengan segala cara licik yang mungkin. Dia tahu betul bahwa Brata adalah sosok yang tak segan-segan menggunakan kekuasaan dan pengaruhnya untuk menghancurkan lawan.
Pak Hadi membuka laptopnya dan mulai mencari informasi tentang perusahaan-perusahaan yang mungkin menjadi tempat investasi yang aman dan tidak terjangkau oleh Brata. Setelah beberapa menit mencari, ia menemukan beberapa pilihan yang menjanjikan, tetapi satu perusahaan yang menarik perhatiannya: sebuah perusahaan teknologi ramah lingkungan yang baru saja memulai proyek besar.
“Perusahaan ini bisa menjadi peluang emas. Jika Tuan John dan Ello mau berinvestasi di sini, mereka tidak hanya akan terlepas dari perusahaan Cahyono yang dipegang oleh Brata, tetapi juga ikut berkontribusi pada masa depan yang lebih baik. Aku yakin jika berhasil menjalin hubungan baik dengan mereka, Tuan John dan Ello akan aman,” gumamnya sambil tersenyum puas.
Setelah merasa yakin dengan pilihannya, Pak Hadi menghubungi John. Ia ingin mengatur pertemuan untuk membahas rencana ini. Telepon berdering beberapa kali sebelum akhirnya terjawab.
"Tuan John, ini Pak Hadi. Apakah Tuan punya waktu untuk bertemu? Saya punya ide tentang investasi yang bisa sangat menguntungkan bagi kita semua," ujarnya dengan dengan suara tenang dan berwibawa.
"Tentu saja, Pak. Saya bisa meluangkan waktu. Di mana kita bisa bertemu?" jawab John, suaranya terdengar antusias.
"Mari kita bertemu di kafe dekat kantor. Saya akan menjelaskan semuanya di sana," kata Pak Hadi.
Setelah beberapa menit, Pak Hadi tiba di kafe. Dia melihat John sudah duduk menunggu. Begitu mereka bertemu, Pak Hadi langsung memaparkan ide investasinya.
"Tuan John, saya menemukan sebuah perusahaan teknologi yang sedang berkembang pesat. Ini adalah kesempatan yang tidak boleh kita lewatkan. Saya yakin dengan berinvestasi di perusahaan ini, Anda dan Nak Ello akan aman dari Brata," ujarnya dengan tegas dan tenang.
John mengangguk, mendengarkan dengan seksama. "Kedengarannya menarik, Pak Hadi. Apa keunggulan dari perusahaan ini?" tanyanya.
Pak Hadi menjelaskan secara rinci tentang perusahaan tersebut, menyoroti inovasi dan potensi pasar yang besar. "Mereka memiliki teknologi yang bisa mengubah cara kita menggunakan energi, dan pemerintah juga mendukung inisiatif ini," tambahnya.
"Ini bisa menjadi langkah strategis yang tepat," John setuju, tampak semakin bersemangat. "Kita harus mengajak Ello dalam keputusan ini. Dia pasti akan melihat potensi yang sama."
Pak Hadi tersenyum. "Saya sepenuhnya setuju. Kita perlu menyiapkan presentasi yang menarik agar Nak Ello yakin untuk berinvestasi."
John menatap Pak Hadi dengan alis terangkat, penasaran dengan sikap antusias orang kepercayaan keluarga itu. Meskipun wajah Pak Hadi biasanya datar dan penuh misteri, kali ini John bisa melihat kilatan antusiasme yang jarang terlihat di mata pria itu.
"Pak Hadi, kenapa Bapak begitu bersemangat menyarankan investasi di perusahaan ini? Apa ada alasan khusus di baliknya?"
...🌸❤️🌸...
.
To be continued