Naomi Tias Widuri menjalani hari-harinya sebagai seorang ibu rumah tangga biasa setelah menikah dengan laki-laki bernama Henda Malik Ahmad. Di persunting oleh Hendra satu tahun yang lalu, kini Naomi dan Hendra akan segera memiliki buah hati.
Naomi yang patuh kepada suami memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan nya sebagai seorang Direktur di perusahaan ayahnya, dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk melayani sang suami.
Namun ternyata kepatuhan Naomi terhadap suami tidak membuat Hendra setia terhadapnya, justru Hendra mempunyai wanita lain di saat Naomi hamil di usia tujuh bulan.
Penderitaan yang Naomi alami semakin lengkap setelah mengetahui bahwa selingkuhan suaminya tersebut adalah orang yang sangat ia kenal.
Jika kalian Penasaran siapa selingkuhan Hendra, mari kita simak bersama-sama novel ini.
Happy Reading ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9
Malam ini Naomi sebelum tidur mencoba untuk menghubungi Sindi lewat ponsel. Sedangkan Hendra sudah terlelap tidur sampingnya.
"Sin.." pesan yang Naomi kirim kepada Sindi.
Naomi kembali meletakkan ponselnya di atas meja sambil menunggu jawaban dari Sindi. Tidak lama hanya lima menit ponsel Naomi pun berbunyi. Naomi yang mendengar ponselnya berbunyi pun mencoba untuk membuka nya. Naomi melihat justru Sindi menelponnya.
Naomi langsung beranjak turun dari ranjang tempat tidur lalu berjalan menuju ke balkon, agar Hendra tidak mendengar suaranya.
"Selamat malam buk, ada yang bisa saya bantu." ucap Sindi di sambungan telfon.
"Apakah besok kamu sibuk?." tanya Naomi.
"Cukup sibuk buk, karena saya harus menghadiri Meeting untuk menggantikan pak Hendra." jawab Sindi.
Naomi yang mendengar ucapan Sindi seketika sedikit terkejut. "Menggantikan mas Hendra? memang mas Hendra mau kemana besok?."
"Dia bilang kepada saya, pak Hendra akan telat untuk datang ke kantor, katanya ada urusan di rumah."
"Urusan di rumah?." Naomi yang terus bertanya-tanya, padahal di rumah tidak ada acara apa-apa. "Apakah besok kamu bisa menemui saya di waktu istirahat Sin? ada sesuatu yang ingin saya tanyakan kepada kamu."
"Apakah ini tentang kejadian tadi pagi buk? saya dan pak Hendra itu.."
Sindi yang kembali mencoba menjelaskan apa yang terjadi, namun langsung di potong oleh Naomi.
"Iya saya sudah tahu.. saya tunggu besok ya.. saya akan beri tahu lokasinya di mana." ucap Naomi.
"Ba-baik buk.. kalau begitu selamat malam, dan selamat istirahat."
Naomi langsung mematikan sambungan telfon begitu saja, lalu kembali masuk ke dalam kamar, karena suasana di luar cukup dingin. Naomi pun kembali beranjak naik ke atas ranjang tempat tidur, dan merebahkan tubuhnya membelakangi Hendra.
"Mau kemana lagi besok mas Hendra? kenapa lama-lama dia banyak berbohong? semakin lama satu per satu keganjalan mulai muncul." ucap Naomi di dalam hati.
Hari semakin malam, dan waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, Naomi mencoba untuk memejamkan mata dan tidak mau memikirkan hal-hal yang membuat dirinya semakin bertanya-tanya. Tidak lama Naomi pun sudah tertidur pulas sambil memeluk guling kesayangannya.
**
Keesokan harinya Naomi dan Hendra baru saja selesai sarapan pagi, seperti biasa Hendra sudah rapi menggunakan kemeja untuk berangkat ke kantor.
"Aku berangkat dulu ya sayang.." ucap Hendra sambil mengecup kening Naomi.
Naomi yang mendapat kecupan dari Hendra justru sekarang merasa jijik setelah mengetahui bahwa suaminya sering menggoda wanita-wanita di luar sana, apa lagi sampai mengirim alat kemaluannya yang seharusnya menjadi privasi justru di umbar oleh Hendra sendiri.
"Iya mas.. oh ya aku lupa nanti aku mau pergi ke mall untuk mencari perlengkapan baby kita yang belum lengkap."
"Iya.. tapi sama pak Wicak ya.. jangan capek-capek.. nanti kalau uangnya kurang aku transfer lagi." Hendra yang mengusap rambut Naomi.
Naomi yang mendengar ucapan Hendra hanya mengangguk lalu mencium tangan Hendra. Kini Mobil Hendra sudah melaju meninggalkan halaman rumah. Ingin sekali Naomi mengikuti kemana sebenarnya suaminya pergi pagi ini, namun dia harus bertemu dengan Sindi untuk mempertanyakan kepada Sindi apa benar Hendra memperlakukan Sindi dengan sangat bejat.
Waktu sudah menunjukan pukul 11 siang. Pak Wicak kini sudah stand bay di depan rumah sambil membukakan mobil untuk Naomi.
"Mau kemana kita siang ini nyonya?." tanya pak Wicak.
"Ke cafe Oliv ya pak." jawab Naomi sambil masuk ke dalam mobil.
"Baik nyonya." Pak Wicak yang kembali menutup pintu mobil.
Di dalam rumah, Irma terus memperhatikan kepergian Naomi dari balik jendela. "Kenapa beberapa hari ini Naomi sering keluar tanpa mas Hendra, biasanya setiap dia keluar selalu bersama mas Hendra?." Irma yang sudah merasa curiga dengan gerak-gerik Naomi.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya 15 menit Naomi pun sudah tiba di Cafe Oliv, karena letak rumah Naomi ke cafe Oliv tidak terlalu jauh. Saat Naomi tiba di cafe tersebut, ternyata Sindi sudah lebih tiba di sana.
"Maaf Sin telat.." Naomi yang cipika-cipiki dengan Sindi.
"Ngga apa-apa buk, saya juga baru sampai." jawab Sindi.
Naomi kini sudah duduk di depan Sindi sambil meletakkan tas branded nya di atas meja.
"Ibu mau pesan apa? saya pesankan ya?."
"Oh tidak perlu, saya hanya sebentar, lagi pula kamu kan pasti juga segera kembali bekerja." tolak Naomi.
Sindi yang mendengar ucapan Naomi hanya mengangguk pelan. "Jadi apa yang ingin ibu tanyakan kepada saya?."
Naomi mencoba menarik nafasnya agar lebih rileks. "Saya ingin tanya tentang perlakuan suami saya kepada kamu, saya harap kamu menjawabnya dengan jujur.. apa benar Sin, suami saya sering menyuruhmu melakukan hal yang tidak senonoh?." Naomi yang sebenarnya berat mempertanyakan hal tersebut, apa lagi mendengar jawaban dari Sindi.
"Kenapa ibu tiba-tiba mempertanyakan hal itu buk?."
"Saya perlu tahu apa yang di lakukan suami saya terhadap bawahan-bawahannya."
Sindi seketika terdiam sejenak. Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam sebenarnya Sindi sangat berat menceritakan hal ini kepada Naomi.
"Maaf jika saya berbicara seperti ini buk, bukannya saya lancang, tapi ini lah yang saya alami."
Naomi yang mendengar ucapan Sindi seketika mengangguk.
"Saya sering di perlakukan pak Hendra sebagai budak sex setiap hari.. saya selalu di peralat untuk pemuas nafsu pak Hendra di kantor maupun di luar kantor." jelas Sindi.
Naomi yang mendengar ucapan Sindi seketika terkejut. "Jadi semua itu benar?."
Sindi seketika langsung mengangguk. "Dan yang paling parahnya saya.. hik.. hik.." tiba-tiba Sindi pun menangis.
"Apa Sin?." Naomi yang menggoyangkan tangan Sindi.
Dengan posisi menangis, Sindi mencoba mengeluarkan dua foto hasil USG lalu menyerahkannya kepada Naomi.
"Hasil USG?." Naomi yang menatap hasil USG dengan tertera jelas nama Sindi di atasnya. "Apa maksudnya ini Sin?." Tangan Naomi yang mulai bergetar.
"Lima bulan yang lalu saya di nyatakan positif hamil buk, dan usia kandungannya saya baru menginjak empat minggu."
"Jangan bilang ini..." Naomi yang sangat berharap jawaban Naomi jika itu bukan anak Hendra.
"Hik.. hik.." Sindi yang terus menitihkan air mata."Iya.. saya hamil anak pak Hendra buk."
"Tidak mungkin.. kamu pasti bohong kan Sin?." Naomi yang terus menggoyang-goyangkan tangan Sindi.
"Tidak buk.. saat itu juga kehidupan saya mulai merasa hancur dan terpuruk."
Naomi benar-benar sudah tidak bisa berkata-kata, ia tidak menyangka jika suaminya melakukan perselingkuhan hingga sejauh itu.
"Saya sudah berkali-kali membicarakan soal kehamilan saya kepada pak Hendra, namun pak Hendra selalu bersikeras untuk meminta menggugurkan bayi itu, saya tidak minta untuk di nikahi buk, tapi saya hanya minta pertanggung jawaban dia selaku ayah biologis dari bayi itu untuk membiayai nya hingga lahir nanti, namun pak Hendra justru marah dan mengancam untuk membunuh saya." jelas Sindi.
"Lalu kemana bayi itu? apa kamu?."
"Iya.. dengan sangat terpaksa saya harus menghilangkan nyawa anak saya sendiri dengan berat hati, sejak itu saya selalu dihantui rasa bersalah, namun saya tidak punya pilihan lain, karena saya harus memikirkan biaya adik saya yang sakit keras, hingga pak Hendra memberikan uang 100 juta kepada saya karena saya sudah berhasil menggugurkan bayi itu, namun saya tidak pernah mau menerimanya."
Naomi yang mendengar cerita dari Sindi seketika ikut menitihkan air matanya. "Sebejat itulah suamiku?."
next Thor...