"Kaiden?"
Savira Azalea biasa dipanggil Zea, umurnya 21 tahun lebih berapa bulan. memilih merantau ke kota demi meninggalkan keluarga toxic nya, Zea justru bertemu kembali dengan mantan pacarnya Kaiden, sialnya Kaiden adalah anak dari majikan tempat Zea bekerja.
"Zea, kamu mau kan balikan lagi sama aku?"
"enggak Kai, aku gak bisa kita udah berbeda"
"enggak Ze, enggak!. kamu tetep Zea-nya Kaiden. gadis yang aku cintai sedari dulu. kamu dan hadirnya berarti dalam hirup aku Ze"
"kisah kita memang indah, tapi tidak untuk diulang"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nsalzmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Pukul 10.30 am
"Assalamualaikum." ucap Vandra saat memasuki rumah.
"Kok sepi." gumam Vandra menelisik rumah nya, ia membuka pintu kamar Oma, kosong tidak berpenghuni.
Vandra berjalan pelan saat indera penciumannya menghirup aroma masakan, dia melangkah lebar untuk mengejar aroma yang menggugah selera nya.
"Loh Ze? Kamu bisa masak?" tanya Vandra, ia menatap penuh kagum.
Zea yang sedang sibuk berkutat di depan kompor jadi menoleh, "Eh mas Vandra, ia mas lagi belajar."
Vandra mengangguk pelan, "Gak diharusin buat masak Ze, kalo gak bisa juga gak masalah." papar Vandra.
Keluar Maverick ini pernah mengalami keracunan makanan yang dimasak pembantunya. Oleh sebab itu Estiana yang trauma lebih memilih untuk makan cepat saji atau jika perlu mereka akan makan bersama di restoran setiap harinya.
Boros? Untuk sekedar makan itu tidak seberapa dan tidak akan berpengaruh untuk keuangan keluarga Maverick ini. Estiana tidak pernah melakukan pekerjaan rumah yang memang sedari kecil tidak pernah Estiana kerjakan, Elias juga tidak menuntut karena Estiana tidak bisa memasak.
"Kak Lo licik banget, ninggalin gue!" teriak Vara melengking dari area ruang tamu sana.
Vara mencebikan bibirnya, ia menarik kursi meja makan dan duduk dengan kasar. "Mbak Ze, bua-"
"Buat sendiri, mbak Zea sibuk masak!" Ketus Vandra menyahuti
Wajah Vara jadi menekuk.
Zea langsung mematikan kompornya, "Non mau apa biar saya buatin." tanya Zea pelan
Vara tersenyum lebar, ia merasa menang karena Zea yang sibuk jadi menawari, "Mau orange jus mbak, buatin yang seger ya." pintanya sambil tersenyum lebar
Vandra menarik kursi dan duduk dengan kasar berhadapan dengan Vara, ia menatap manik mata hitam adik perempuannya itu. Awalnya Vara tak paham bahasa mata Vandra, tapi setelah Vandra mengulangi dan menatap lantai dua sana ia langsung tersenyum lebar.
"Mbak anterin ke atas ya jusnya, Vara mau ke kamar, mau mandi." pesan Vara yang diangguki Zea.
Sepergian Vara, Zea menghidupkan kompornya kembali, tadi belum selesai dan masakan nya pun belum matang sempurna. Ia mengerjakan dua pekerjaan sekaligus.
Semua yang Zea kerjakan tak luput dari pandangan Vandra, ia beranjak dan berdiri disamping Zea. "Lanjutin aja buat jusnya, masakan nya biar saya yang lanjutin." ucap Vandra yang langsung mengambil alis spatula yang ada ditangan Zea.
Zea jadi mengangkat wajahnya, ia merasa tidak enak, "Udah mas gak usah."
"Milih tamu kelaperan apa diteriakin Vara?" ucap Vandra menaikan sebelah alisnya, "Kalo saya bantuin, kamu jadi gak kena dua masalah." imbuh Vandra lagi
Zea menurut saja toh maksud Vandra baik, selesai dengan buat jusnya Zea langsung mengantar ke atas tepat dikamar Vara.
Tok
Tok
Zea mengetuk pintu bercat pink, "Non ini ju-"
Ceklek
Pintu kamar sampingnya terbuka, diambang pintu kamar Kaiden sana Vara menongolkam kepalanya, "Mbak bawa sini." pintanya mamanggil
Zea melangkah masuk membawa namban dengan segelas jus, "Taruh dimana non?" tanya Zea
"Sini aja mbak." tunjuk Vara pada meja sofa.
Saat Zea meletakkan segelas jus milik Vara diatas meja, Kaiden yang tiduran di sofa panjang jadi menatap Zea dengan tatapan mendalam, Zea terlihat begitu cantik meski rambutnya di cepol asal dan masih menggunakan apron.
"Buat gue mana? Gue juga nona dirumah ini!" Tuntut Nesha yang duduk di sofa single samping Kaiden.
Kaiden memutar bola matanya malas, "Buatin satu lagi Ze." perintahnya, yang diangguki Zea.
Zea beralih tatap, ia menatap Nesha yang mukanya ditekuk."Non mau jus apa?" tanyanya
"Samain aja sama punya Vara!"
"Baik non, mas Kaiden mau minum juga?" Tawar Zea
Wajah Kaiden tampak pucat dan lemas, "Atau mas may saya ambilkan makan, mas juga belum sarapan." tawar Zea.
'Mas?' batin Kaiden, sejujurnya ia begitu senang jikalau tidak ada Vara dan Nesha mungkin ia sudah berteriak.
"Masak apa?" tanya Kaiden dengan suara lemahnya.
"Saya tadi ada masak sop ayam. Mas Kaiden kan lagi pilek dan demam lebih baik makan yang berkuah." ucap Zea
"Arkkkkhhhh..... gilaaa....." Vara berteriak, sambil menutupi mulutnya, kemudian ia tertawa keras. "Bwahahh, gak jadi ciuman dong karena digangguin."
Seketika Kaiden menatap mata Zea, keduanya menahan senyum. Secara tidak langsung mereka berdua merasa tersindir.
Ceklek
"Ze, disini rupanya?" Vandra melangkah masuk
Ia menempelkan punggung tangannya di dahi Kaiden."Demam cuk!" ejeknya
Matanya menatap Nesha yang tak melepaskan pandangan dari sosok Zea yang berdiri disana, ia menarik bibirnya ke atas seolah sedang mencemooh Zea dari dalam hati.
Kaiden tak menanggapi, ia memutar bola matanya, "Saya mau makan aja Ze," pintanya
"Udah ayok turun, lagian kan cuman demam." ajak Vandra menarik tangan Kaiden
"Gue lemes." ucap Kaiden melepaskan tangan Vandra
Vandra mengangkat jam tangan yang melingkar ditangannya, "Ze ayo turun." ajak nya.
Vandra menatap Kaiden yang tak bergerak. "Kai sebentar lagi mama sama papa pulang, kita makan bareng."