Briyan seorang pemuda tampan berumur 27 tahun, dia hanya hidup bersama ibunya, dia belum pernah sama sekali bertemu dengan Ayah kandungnya, Ibunya Saraswati selalu menyembunyikan tentang siapa ayah kandung Briyan sebenarnya
Sampai suatu hari Briyan bertemu dengan Liliana dia adalah anak angkat dari seorang laki-laki kaya raya. Hubungan Briyan dan juga Liliana tidaklah mudah, kakak dari Liliana mencoba menghancurkan hubungan Liliana dengan kekasihnya, belum juga Adrian ayah angkat Liliana juga tidak menyetujui hubungan mereka.
Adrian belum mengetahui bahwa Briyan adalah anak kandungnya, dia menyuruh Liliana untuk mengakhiri hubungannya dengan Briyan karena menurutnya Briyan hanyalah pemuda miskin yang hanya menginginkan hartanya saja.
Hingga suatu hari, akhirnya Adrian mengetahui bahwa sebenarnya Briyan adalah anak kandungnya dengan Saraswati
Bagaimanakah kisah selanjutnya? Yuk kawal cerita ini sampai selesai😊
Jagan lupa tinggalkan jejak kalian ya readers........
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indaria_ria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 # Orang di Masa lalu
"Terimakasih." ucap Briyan setelah dirinya baru saja selesai melakukan presentasi.
Suara tepuk tangan di ruang itu terdengar begitu ramai, mau tak mau pak Adrian akhirnya ikut juga bertepuk tangan, Lilian disampingnya terlihat tersenyum kecil dia merasa bangga pada Briyan.
Arka langsung membisikan sesuatu pada pak Adrian yang berada tepat disampingnya, disana mata pak Adrian langsung melihat kearah wajah Briyan yang berda disamping kiri dari tempat duduknya.
"Pak, sepertinya perusahaan pak Gunawan perlu kita pertimbangkan." ucap Arka pada pak Adrian. Disana pak Adrian langsung berdiri.
"Baiklah presentasi hari ini saya rasa cukup sampai disini, untuk perusahaan mana yang nanti akan saya pilih nanti akan saya informasikan kembali." ucap pak Adrian menutup pertemuan hari ini.
Semua orang yang ada didalam ruangan satu persatu mulai keluar meninggalkan ruang rapat, tapi sebelum Briyan dan pak Gunawan meninggalkan ruangan itu, pak Adrian malah sudah lebih dulu keluar meninggalkan mereka.
Seandainya di beri kesempatan Lilian ingin sekali berbicara pada Briyan, tapi sepertinya pak Adrian tidak memberikan kesempatan pada Lilian, bahkan dia seperti sengaja keluar mendahului pak Gunawan dan Briyan agar Lilian tidak berinteraksi dengan Briyan.
Mau tak mau Lilian hanya mampu mengikuti pak Adrian meninggalkan pak Gunawan dan Briyan yang masih berada didalam ruangan rapat.
"Briyan, presentasimu kali ini bagus sekali, mudah-mudahan perusahaan kita akan di pilih pak Adrian untuk bisa bekerja sama. Saya sudah berharap lama bisa bergabung dengan perusahaan besar ini." ucap pak Gunawan.
"Terimakasih atas pujiannya pak, semoga saja perusahaan bapak akan terpilih agar perusahaan bapak bisa lebih berkembang kedepannya." ucap Briyan menyemangati pak Gunawan.
"Semoga saja, andai perusahaan saya terpilih, saya akan menaikkan gajimu dan memberimu bonus Briyan." ucap pak Gunawan ,Briyan yang berada disampingnya langsung merasa senang, setidaknya dia akan mendapat pemasukkan lebih dari sebelumnya.
Briyan ingin sekali membelikan rumah yang lebih layak untuk ibunya, bahkan ibunya tidak tau kalau Briyan selama ini sudah menabung untuk membahagiakan ibu yang sudah membesarkannya.
**
Sementara itu didalam ruangan pak Adrian beserta asisten pribadinya Arka serta Lilian sedang duduk bersama, disana mereka sedang membahas perusahaan mana yang akan menjadi supplier dari perusahaan mereka kedepannya.
"Menurut saya perusahaan pak Gunawan sepertinya paling bagus dari perusahaan lainnya pak, saya sudah melihat sample barang yang sudah mereka kirim kemarin." ucap Arka mencoba memberi usulan pada bos besarnya, terlihat disana pak Adrian sepertinya masih ragu.
Sebenarnya dari awal pak Adrian hanya ingin mempermalukan Briyan saja tapi nyatanya setelah mendengar presentasi dari Briyan tadi dia malah ikut serta mengagumi kepiawaian Briyan dalam berbicara.
Disana Lilian tidak bisa mengeluarkan satu patah kata pun dalam perbincangan mereka, Lilian takut pak Adrian malah akan menyalah artikan usulan dari Lilian.
"Baiklah saya butuh waktu tiga hari untuk menentukannya." ucap pak Adrian sambil melihat kearah putri angkatnya.
"Baik pak."
"Sekarang kamu boleh pergi!" perintah pak Adrian pada Arka asisten pribadinya agar segera meninggalkan ruangannya.
"Lilian, kamu tetap disini papa mau bicara." Lilian yang baru saja akan berdiri terpaksa duduk kembali di kursinya.
"Iya, pa." jawab Lilian.
"Lilian, boleh papa minta satu helai rambutmu?" Lilian nampak terkejut mendengar permintaan papanya.
"Rambut? untuk apa pa?"
"Sudahlah, hanya sekedar rambut bukan? apa kamu tidak mau?"
"Ba-baiklah pa." Lilian langsung mengambil satu helai rambutnya yang ternyata sudah ada yang jatuh di bahunya.
Sebenarnya pak Adrian tidak ingin membuat Lilian penasaran, tapi dia butuh rambut Lilian untuk melakukan tes DNA dengan Casandra istrinya.
Pak Adrian sebenarnya masih ragu dengan informasi yang sudah di ketahuinya, dia ingin membuktikannya sendiri dengan hasil DNA yang nanti akan ia dapatkan.
**
Sementara itu diperusahaan milik pak Agung sedang berkumpul beberapa orang yang sedang membahas pertemuan yang baru saja mereka jalani dengan perusahaan pak Adrian, perusahaan pak Agung selama ini selalu mendapatkan kerjasama dari perusahaan-perusahaan besar.
Tapi kali ini dia merasa tersaingi dengan perusahaan pak Gunawan yang sepertinya akan terpilih untuk bekerja sama dengan perusahaan pak Adrian.
"Kali ini kita mendapatkan lawan berat, sepertinya asisten pak Gunawan tadi mendapat simpati dari pak Adrian, kita tidak boleh lengah, kita harus bisa mendapatkan kerja sama ini.'' suara pak Agung terdengar emosional.
"Tapi pak, kalau kita gagal bagaimana?" ucap salah satu orang didepannya.
"Kamu bisa mengandalkan Arka, dia asisten pribadi pak Adrian, kita bisa berikan uang lebih pada Arka agar meloloskan kita supaya terpilih, bagaimana?".
Sudah menjadi kebiasaan pak Agung dalam mendapatkan kerjasama dia akan melakukan berbagai cara agar perusahaannya terpilih dan bisa terus maju kedepannya.
"Maaf pak, ada yang ingin bertemu dengan anda." tiba-tiba saja sekertaris pak Agung masuk keruangan itu memberikan informasi bahawa ada yang ingin bertemu dengan dirinya.
"Siapa?" tanya pak Agung
"Pak Amar." jawab Rina sekertarisnya.
"Amar?" pak Agung berfikir sejenak
"Amar, ya Amar dia temanku suruh dia masuk keruangan saya, dan kalian semua boleh pergi, kita akan lanjutkan rencana kita besok." perintah pak Agung pada orang-orangnya.
Setelah lima menit orang yang bernama Amar akhirnya masuk keruangan pak Agung disana Amar disambut baik oleh sahabatnya.
"Amar apa kabar?"
"Aku baik Gung, wah sekarang kamu sudah jadi orang hebat rupanya?" puji Amar
"Kamu tau sendiri kan bagaimana sekolahku dulu? sekarang aku bisa semaju ini karena berkat kerja kerasku." Pak Agung berbangga diri.
"Aku bangga sama kamu Gung, oya bagaimana kisah cintamu dengan Casandra pasti sekarang Casandra sudah jadi istrimu?" tanya Amar sambil tertawa.
"Casandra? sudahlah jangan kamu ingatkan lagi, yang penting aku sudah pernah berhubungan dengannya." pak Agung tertawa lebar.
"Memperkosanya maksud kamu?" balas Amar sambil tertawa.
"Pelankan suaramu!" gertak pak Agung
"Baiklah, tapi apa kamu tidak ingin tau dimana anak dari Casandra?"
"Anak Casandra? maksud kamu?" pak Agung merasa ada yang aneh.
"Apa kamu tidak tau kalau setelah kamu memperkosanya, Casandra hamil dan melahirkan."
"Apa?"
Bersambung.....