"Aku, Dia, dan Sahabatku" adalah sebuah novel yang mengeksplorasi kompleksitas persahabatan dan cinta di masa remaja, di mana janji dan pengorbanan menjadi taruhannya. Lia Sasha putri, seorang siswi SMA yang ceria, memiliki ikatan persahabatan yang kuat dengan Pandu Prawinata , sahabatnya sejak SMA . Mereka membuat janji untuk bertemu kembali setelah 8 tahun, dengan konsekuensi yang mengejutkan: jika Pandu tidak datang, berarti Pandu sudah meninggal. Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan mereka diuji ketika Lia jatuh cinta dengan Angga, seorang laki-laki yang pengertian dan perhatian. Di tengah gejolak cinta segitiga, persahabatan mereka menghadapi ujian yang berat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvia Febri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab: 9
Oke, bagaimana kalau kita lanjutkan dengan Lia yang mencoba untuk mendekati Pandu?
Lia, Kania, dan Rangga duduk di bioskop, menonton film komedi yang sedang ramai dibicarakan. Lia berusaha untuk fokus pada film, tapi pikirannya masih tertuju pada Pandu. Ia ingin mencoba untuk mendekati Pandu dan memahami sikapnya yang menakutkan tapi juga menarik.
"Lia, kamu kok diam aja? Kenapa kamu kelihatan galau?" tanya Kania dengan nada yang khawatir.
Lia menggeleng dan mencoba menunjukkan senyum yang tegar. "Nggak papa, aku cuma mikirin Pandu aja."
Rangga menangguk mengerti. Ia tahu Lia sedang berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan baru di kelas IPS 3. Ia merasa sedikit canggung dan takut untuk mendekati Pandu dan teman-temannya, tapi ia bertekad untuk terus mencoba dan menunjukkan sikap yang ramah.
"Kamu nggak usah takut sama Pandu," kata Rangga. "Dia cuma suka bercanda aja. Kamu coba dekati dia aja. Mungkin dia akan berubah sikapnya kepadamu."
Lia menatap Rangga dengan wajah yang penuh pertanyaan. Ia tidak percaya apa yang dikatakan Rangga. Ia masih merasa takut pada Pandu.
"Percaya sama aku," kata Rangga dengan nada yang yakin. "Pandu itu baik kok. Dia cuma suka bercanda aja."
Lia menangguk mengerti. Ia berharap perkataan Rangga benar. Ia ingin percaya bahwa Pandu bukanlah orang yang buruk. Ia ingin berteman dengan Pandu, tapi ia masih merasa takut pada Pandu.
"Oke, kita nonton film ya," kata Kania dengan senyum. "Lupakan Pandu sebentar. Kita nikmati malam ini."
Lia tersenyum dan menangguk. Ia berusaha untuk mengusir rasa takutnya dan menikmati malam ini bersama Kania dan Rangga. Ia berharap bisa menjalani kehidupan baru di kelas IPS 3 dengan penuh semangat dan persahabatan baru.
Setelah film selesai, Lia, Kania, dan Rangga berjalan bersama menuju parkiran. Lia melihat Pandu sedang berdiri di dekat mobilnya. Lia menarik napas dalam-dalam dan berusaha untuk menenangkan diri. Ia bertekad untuk mendekati Pandu dan mencoba berbicara dengannya.
"Hai, Pandu," sapa Lia dengan suara yang sedikit gemetar.
Pandu menoleh ke arah Lia dengan tatapan yang tajam. "Lo ngapain di sini?" tanya Pandu dengan nada yang kasar.
"Aku mau ngobrol sama kamu," jawab Lia dengan suara yang tegas. "Aku ingin menjelaskan bahwa aku tidak takut padamu."
Pandu terdiam sejenak, merenungkan jawaban Lia. Ia tidak pernah menemukan anak perempuan yang berani menentang nya seperti Lia. Ia terkejut dan sedikit tertarik pada keberanian Lia.
"Oke, lo berani ya," ujar Pandu dengan nada yang sedikit kagum. "Gue penasaran mau liat sampai kapan lo bisa bertahan di kelas ini."
Pandu kemudian menarik tangan Lia dan menariknya ke arah mobil nya. Lia terkejut dan mencoba melepaskan tangannya dari cengkeraman Pandu, tapi tenaga Pandu terlalu kuat.
"Lepasin gue!" teriak Lia dengan suara yang gemetar.
"Tenang aja, gue nggak bakal makan lo," ujar Pandu dengan senyum sinis. "Gue cuma mau ngajak lo ngobrol sebentar."
Pandu menarik Lia ke dalam mobil dan melemparkannya ke kursi belakang. Ia kemudian masuk ke kursi kemudi dan menyalakan mesin mobil.
"Lo nggak bakal bisa kabur dari gue," ujar Pandu dengan nada yang mengancam. "Gue bakal buat lo nyesel udah datang ke kelas ini."
Lia merasa takut dan kecewa. Ia tidak menyangka Pandu akan melakukan hal ini padanya. Ia berusaha mencari kesempatan untuk melarikan diri, tapi Pandu terus mengawasi gerak-gerik nya.
"Gue mau ngajak lo ngobrol sebentar," ujar Pandu dengan nada yang lembut. "Jangan takut, gue nggak bakal ngapa-ngapain lo."
Pandu menghentikan mobil di pinggir jalan dan menoleh ke Lia. Ia menatap Lia dengan tatapan yang mendalam. "Gue penasaran sama lo. Kenapa lo berani datang ke kelas gue?"
"Karena gue ingin menjalani hidup gue dengan penuh semangat," jawab Lia dengan suara yang tegas. "Gue nggak mau takut sama siapapun."
Pandu terdiam sejenak, merenungkan jawaban Lia. Ia terkejut mendengar keberanian Lia. Ia tidak pernah menemukan anak perempuan yang berani menentang nya seperti Lia.
"Lo berani ya," ujar Pandu dengan nada yang sedikit kagum. "Gue penasaran mau liat sampai kapan lo bisa bertahan di kelas gue."
Pandu kemudian menghidupkan mesin mobil dan mengemudi dengan cepat meninggalkan tempat itu. Lia merasa bingung dan takut. Ia tidak tahu mau berbuat apa. Ia hanya bisa berharap bisa melarikan diri dari cengkeraman Pandu sebelum terjadi hal yang buruk.
Pandu menghentikan mobil di sebuah cafe yang ramai di pinggir jalan. Ia menoleh ke Lia dengan senyum sinis.
"Turun," ujar Pandu dengan nada yang mengancam. "Gue mau ngobrol sama lo."
Lia mencoba menentang, tapi Pandu menarik tangannya dan menyeretnya keluar dari mobil. Lia berteriak minta tolong, tapi tidak ada yang mendengarnya.
Pandu menarik Lia ke dalam cafe dan menariknya ke meja kosong di sudut cafe. Ia menatap Lia dengan tatapan yang mendalam.
kyk"Lia menghela nafas dalam-dalam", "Jangan takut, pandu itu sebenarnya baik" kasih kyk cerita lai gt spy pembaca juga menikmatinya tdk hny kalimat itu" sj dr bab 1-5 Lia cerita k keluarganya, tmn" ny bhkn guru" nya di mohon dong jgn terlalu banyak cerita seperti itu! tolong berikan cerita yang lebih menarik lagi!