Namaku Erikha Rein,anak kedua dari pasangan Will Rein dan Carlista Sari,kakakku bernama Richi Rein(ketua osis di smu purnama bakti,aktif di sekolah dan pastinya dia vocalis band Enew).
yah,keluarga kami sebenarnya broken karena perceraian tetapi Mami selalu ada buat kami.
Seiring waktu aku dan kakakku sangat ingin Mami bahagia karena sepertinya Mami menyimpan masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Lista dan Richi bergabung bersama Didi dan Gasa,karena kerongkongannya kering dan sedikit batuk Lista meminta air kepada anaknya.
"Kak,bisa ambilkan air."kata Lista.
"Ah,iya Mi."jawab Richi.
Richi keluar dari studionya meminta kepada Mbak Lia untuk dibuatkan Minum.
Diwaktu yang sama para Mbak sedang menyiapakan makan malam,Eri juga sedang mencari Mami.
"Kak,Mami kemana?"tanya Eri.
"Ada di studio."jawab Richi menunjuk arah luar.
"Oh,ngapain?"jadi penonton?"tanya Eri lagi.
Eri membuka lemari es dan mengeluarkan ice cream yang dibuat sama Mbok Yum.
Dibawa kotaknya mengikuti sang Kakak yang sudah berjalan membawa beberapa gelas minuman dan kue basah.
"Mami dari tadi kucari ternyata disini."kata Eri memecah kesunyian.
Gasa menoleh kearah suara dan tersenyum melihat anak gadis yang wajahnya sangat mirip dengan mantan kekasihnya.
Dipandangi terus wajah Eri,wajahnya mengingatkan pada Lista saat pertama kali bertemu.
Didi melihat Gasa terus memandangi putrinya,dan melempar bantal mengenai wajahnya.
"Jangan dilihatin terus!"kata Didi tegas.
"Ah,sorry.Abis mirip banget sama Mamanya."jawab Gasa.
"Semua orang bilang begitu,dulu pertama kali Papi ketemu aku juga bilang begitu."kata Eri.
"Kapan Papi bilang gitu?"tanya Didi menepuk kursi yang masih bisa ditempati.
"Pas pertama kali Papi ngelihatku."jawab Eri pendek.
"Masa sih?"kayaknya Papi gak bilang gitu."kata Didi.
Gasa menyelesaikan kerjaannya melewatkan makan malam,tinggal dia sendiri yang belum makan.
Para Mbak masih sibuk berkutat didapur,saat Gasa masuk dan mengambil minuman.
"Mas,kata Pak Didi kalau mau makan ambil sendiri."kata Mbak Lia.
"Iya,makasih mbak."jawab Gasa.
"Semua masih ada dimeja kok."kata Mbak Lia.
Gasa melihat ponselnya dan menghubungi Sarah kalau malam ini dia menginap dirumah Didi.
Richi mengambil air minum melihat Gasa makan malam sendiri,akhirnya Richi menemaninya meski sekedar duduk diruang tengah.
"Kenapa tadi gak mau gabung Om,kan gak enak makan sendiri."kata Richi.
"Tadi kerjaannya belum selesai,nanggung ditinggal."jawab Gasa
Gasa tidak ingin merusak kebahagiaan Lista yang dulu pernah terenggut olehnya,sekarang biarlah Richi yang membuka pertanyaan sementara dia akan menjawab semampunya.
"Anak Om berapa?"tanya Richi.
"Tiga,cowok semua."katanya.
"Jadi Mamanya dirumah paling cantik dong gak ada saingan."kata Richi.
"Sudah pasti."jawab Gasa.
Gasa tertawa mendengar Richi bisa bercanda,dia pikir anaknya kaku seperti Papinya.
Mbok Yum melihat dari dapur kebersamaan Gasa dan Richi,mereka memiliki sedikit kemiripan meski wajah Richi dominan lebih ke Mami.
"Apa ini yang namanya Takdir?"lirih.
"Takdir apa mbok?"tanya Surti
Sontak Mbok Yum menutup mulut dengan tangan dan mendorongnya,suara Surti sangat keras sehingga kedua orang yang tengah berada di ruang tengah menoleh kearahnya.
Richi yang penasaran mendekati Mbok Yum dan menayakan apa yang terjadi.
"Ada apa mbok?kok Mbak Surti didorong."tanya Richi.
"Barusan ada kecoa dipundak Surti."kata Mbok Yum.
"Ah iya Mas."jawab Surti.
Mbok Yum buru-buru masuk keruangannya bersama Surti yang masih belum tahu apa-apa.
"Mbok sebenarnya ada apa sih?"tanya Surti.
"Maaf,tadi Mbok reflek."jawab Mbok Yum.
"Apa yang Mbok sembunyikan dari kami?"tanya Mbak Lia.
"Gak ada kok."jawab Mbok Yum.
"Mbok kita disini sudah lama,ayo jangan main rahasia-rahasiaan."kata Mbak Lia.
Mbok Yum meremas-remas tangannya,sebenarnya takut mau cerita tapi desakan Surti dan Lia membuatnya harus buka mulut.
Mbok Yum menceritakan dari awal sampai akhir kepada kedua rekannya dengan suara lirih tentunya mengunci pintu lebih dulu.
Mendengar cerita dari Mbok Yum kedua rekannya sampai melongo bahkan berakhir dengan meneteskan air mata.
"Ternyata Mami memiliki kisah kelam."kata Lia menghapus air matanya.
"Pantes Mami suka sama Mas Gasa karena Mas Gasa lebih ganteng dari Papi."kata Surti.
"Iya benar,cuma Papi lebih seger dan terurus."kata Lia.
"Sudah-sudah,ingat pesanku jangan sampai kalian keceplosan."pesan Mbok Yum.
Kedua rekannya membereskan baju yang sudah disetrika dan menumpuknya dikeranjang yang berbeda-beda,besok pagi tinggal dibawa keatas dan ditaruh didepan pintu kamar masing-masing.
Mbak Lia keluar melihat meja makan sudah kosong dan membereskannya.
Richi mengajak Gasa kekamarnya dan mencarikan baju ganti untuknya.
"Om,mandi dulu pakai air hangat ini baju gantinya."kata Richi.
Gasa mengangguk kepala dan masuk kedalam kamar mandi milik anaknya.
Bagi Gasa kamar Richi sangat mewah,memiliki fasilitas lengkap bahkan bisa keluar langsung kekolam renang.
Ternyata kamu bisa berhasil bertahan tanpa aku.
Gasa keluar dari kamar mandi,melihat anaknya yang sudah terlelap dengan sebuah buku ditangannya.Gasa membereskan buku Richi yang tercecer dilantai,menyelimutinya dan merebahkan badannya disamping anaknya.
"Akhirnya bisa rebahan."katanya lirih.
Gasa menoleh kearah Richi,berusaha menyentuhnya karena lelah diapun tertidur.
Dia berharap Richi akan memanggilnya Papa suatu hari nanti,untuk saat ini biarlah anaknya diasuh sepenuhnya oleh Mami dan Papinya.
Pagi setelah Subuh sebuah mobil masuk kedalam garasi,Iqbal bersama dengan istrinya Mbak Suci.
Iqbal membawa serta istrinya tinggal karena permintaan dari Bosnya,biar bisa full stay tanpa harus minta cuti bulanan.
"Rumahnya besar sekali Mas."kata Suci.
"Iya,ayo masuk."ajak Iqbal.
"Mbok Yum,bisa bantu kami!"kata Iqbal sedikit teriak.
"Kok,kamu sudah pulang.Padahal baru kemarin kamu pergi?"tanya Mbok Yum.
"Tuan Besar gak bisa ditinggal lama-lama Mbok."jawab Iqbal.
Mbok Yum dan Mbak Lia menurunkan beberapa barang dari dalam bagasi mobil,mereka lebih fokus membawa kardus dan tas oleh-oleh daripada koper besar.
"Yang ini ditaruh dimana?"tanya Mbok Yum.
"Itu oleh-oleh buat kalian,bawa aja masuk kedalam kopernya milik kami."jawab Iqbal.
Iqbal mengajak Suci masuk,sementara Mbak Lia membuatkan minum,Surti membuka kardus dan mengeluarkan oleh-oleh yang dibawa Iqbal menatanya dimeja,membuka sebagian dan menaruh dalam toples.
"Biasanya Mami suka yang kayak gini."kata Surti mencicipi sisa yang masih ada diplastik.
Sarapan sudah tersedia diatas meja,Didi turun lebih dahulu karena pagi ini harus pergi kekantor dua asistennya masih cuti dan kantor tidak bisa ditinggal.
"Bos,aku belum bisa nganter kamu pagi ini masih ngantuk."kata Iqbal.
"Kamu jaga dirumah,Gasa menginap disini."jawab Didi.
"Apa terjadi sesuatu?"bisiknya.
"Tidak ada yang serius semalam,baik-baik aja."jawab Didi.
"Oh,ya.Ini Suci istriku Bos."kata Iqbal memperkenalkan istrinya.
"Suamimu rajin kerja sama aku selama ini,jadi aku berusaha mempertahankannya."kata Didi kepada Suci.
"Terimakasih banyak Pak."jawab Suci.
"Aku pergi dulu ya,bentar lagi Lista turun kok katanya mau ngantar anak-anak."kata Didi.
Didi membawa kotak bekal dan tas ranselnya diantar Iqbal sampai kedalam mobil.
Sementara Lista baru turun karena mau mengantar anak-anak sekolah.
Richi dan Eri turun bersamaan karena memang waktunya harus sarapan dan berangkat,melihat Iqbal sudah kembali Eri yang emang doyan makan menagih oleh-olehnya.
"Om,mana oleh-olehnya?"tanya Eri.
"Itu."Iqbal menunjuk kearah istrinya dan menunjuk kearah kardus yang masih utuh belum tersentuh.
Iqbal memperkenalkan istrinya kepada Nyonya rumah dan anak-anaknya.
"Tante,siap-siap ya nanti Om Iqbal bisa gak pulang berhari-hari."kata Eri.
"Benarkah?"tanya Suci.
"Kakak,jangan gitu ah gak boleh.Tante Suci masih baru disini jangan digodain."kata Mami.
"Sorry Tante,biasanya Om Iqbal sama Papi kalau udah kerja gak bisa diganggu."kata Eri.
Semua yang ada diruangan tertawa mendengar kata-kata Eri.
"Mbak,biar aku saja yang ngantar anak-anak."tawar Iqbal.
"Gak usah Om,aku naik motor aja."jawab Richi.