"Lupakan Aku, Raymon !" Ucap Via getir.
Gadis cantik yang lahir dari keluarga biasa dan sederhana itu, merasa sakit hati di hina orang tua pacar nya yang kaya raya.
Apalagi saat kesucian nya direnggut paksa pacar nya, Via makin kecewa dan membenci Raymon.
Via pun nekat kabur sebelum hari pernikahan yang telah di atur oleh kedua orang tua Via dan Raymon.
Dalam pelariannya, Via menjalin hubungan cinta dengan Axel seorang pria tampan pemilik cafe.
Raymon yang terus mengejar cinta Via tiba-tiba mengalami kecelakaan mobil dan menderita amnesia.
Axel yang menjadi dewa penolong Raymon saat kecelakaan mengajak Raymon yang lupa ingatan tinggal bersama nya dan menjadi sahabat.
Apakah Ingatan Raymon bisa kembali seperti semula ?
Bagaimanakah hubungan Via dan Axel setelah ia mengetahui Via dan Raymon pernah mempunyai hubungan khusus ?
Yuk pantau cerita nya 🤗 Jgn lupa intip karya lain ku yg juga menarik utk di bac
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lari dari pernikahan
Sementara itu di rumah Benni Prasetyo.
Via tampak uring-uringan di dalam kamarnya. Dia terlihat berjalan mondar mandir di dalam kamarnya yang terbilang sempit dengan perasaan gelisah dan hati teramat gundah.
Sesekali matanya memandang ke arah ransel yang telah ia siapkan di atas ranjang. Didalam ransel itu terdapat beberapa helai pakaian dan barang-barang yang rasanya penting untuk dirinya.
Hari ini ia berniat kabur dari rumah, karna esok adalah hari yang di janjikan Benni untuk dia dan Raymon agar melangsungkan pernikahan.
Benni dan Sovie sudah bertekad untuk menikahkan mereka berdua di Kantor Urusan Agama. Masalah pesta pernikahan bisa di undur, bagi ke dua orang tuanya menikahkan Via adalah prioritas utama untuk saat ini.
Ketegasan sikap Benni dan Sovie membuat Via semakin takut. Ia belum siap untuk menikah dengan Raymon. Dan Raymon bukan pilihan hatinya untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Walau dirinya sudah tak gadis lagi. Itu tak membuat Via kehilangan kepercayaan diri untuk masa depannya kelak.
Via punya prinsip sendiri. Suatu saat nanti , ia pasti akan bertemu dengan pria yang ia sukai dan mau menerima keadaan nya apa adanya.
Bermodalkan sedikit tabungan yang ia miliki dan keteguhan hatinya. Via pun semakin mantap untuk pergi meninggalkan rumahnya yang merupakan istana kecil baginya.
Cinta dan kasih sayang kedua orang tua nya akan selalu ia simpan dihatinya. Via ingin menjauh dari segala kenangan buruk yang di alami nya bersama Raymon.
Kebetulan, hari itu rumah sepi karna tak ada seorang pun yang ada dirumah. Benni dan Sovie sedang sibuk mengurus surat-surat yang diperlukan untuk pernikahan esok. Sedangkan adiknya Vino tampak asyik bermain game.
"Vino...!" Panggil Via.
"Hmm...!" Jawab Vino cuek.
Pemuda belasan tahun itu tampak larut dengan game yang ia mainkan di ponselnya.
"Kakak mau keluar sebentar, jaga rumah ya," Pamit Via menatap Vino dengan sorot mata yang meredup sedih.
Via sadar, kelakuannya hari ini akan menciptakan kehebohan dan kesedihan dalam keluarganya nanti.
"Iya...!" Jawab Vino tak bergeming.
Hanya jawaban singkat yang terdengar dari mulut Vino. Game benar-benar membuatnya mengabaikan segala keadaan.
Via menarik nafas panjang melihat reaksi adiknya yang tak ada respon sama sekali. Dengan langkah gontai tak bersemangat, Via pun keluar dari rumah.
Sejenak ia berhenti di depan rumahnya memandangi rumah kecil sederhana tempat ia bernaung selama ini. Raut wajah Sovie ibunya dan ayah tirinya Benni terbayang di pelupuk matanya.
Bibirnya pun mengeluarkan suara desahan berat sebelum akhirnya Via pergi melanjutkan langkah kakinya menuju persimpangan jalan yang tak jauh dari komplek rumahnya.
☘️☘️☘️☘️☘️
Saat Sovie dan Benni pulang.
"Vino, mana kakak mu Via ?!" Tanya Sovie bingung.
Suara teriakan Sovie, mengagetkan Vino yang sedari tadi masih asyik main game di ruang tengah.
"Katanya keluar!" Jawab Vino tanpa menoleh sama sekali ke arah ibunya yang baru saja keluar dari kamar Via.
Sovie seketika mendengus kesal.
"Anak itu, sudah di bilang jangan keluar dulu, udah tau besok mau nikah, masih saja kelayapan." Rutuk Sovie menggerutu kesal.
Ia pun melenggang masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaiannya dengan daster rumahan yang selalu jadi atribut kebesarannya di kala sedang dirumah.
Benni yang baru saja menghempaskan tubuhnya di samping Vino, hanya menarik nafas dalam sembari merebut ponsel yang ada di tangan Vino.
"Main game terus, sana mandi! Udah sore belum juga mandi, ntar keburu magrib!" Perintah Benni pada anak tiri lelakinya yang wataknya sama dengan ibu nya, Keras kepala!.
Meski hatinya agak dongkol, Vino tak berani melawan perkataan Benni. Vino sangat menghormati pria berkumis tipis yang masih terlihat tampan walau usianya udah melebihi kepala empat itu.
Vino pun meninggalkan Benni dengan hati enggan menuju kamar mandi.
Malam sudah menunjukan pukul sepuluh malam.
Tujuh jam perjalanan yang di lalui Via dengan bus yang ia tumpangi membuat dirinya merasa pegal. Ia segera meregangkan semua persendian tubuhnya saat baru turun dari bus. Kota besar Bandung yang ia tuju saat ini tampak indah di malam hari.
Sesaat matanya terpukau memandang kelap kelip dan cahaya lampu yang bersinar terang di setiap sudut jalanan kota. Suasana ramai dengan orang-orang dan kendaraan berlalu lalang membuat suasana asing makin terasa.
Tak satupun orang yang ia kenal di sana, suasana nya berbeda dengan kota kecil yang ia tempati selama ini, membuat Via bersemangat untuk menikmati suasana baru.
Jangan heran dengan keberanian dan kenekatan Via, dia adalah gadis tomboy yang sudah terbiasa di didik keras oleh Sovie. Kelemahan Via hanya satu, ia peduli dan gampang merasa iba pada orang-orang yang lebih lemah dari nya. Sehingga kebaikan hatinya seringkali di manfaatkan orang lain. Termasuk Raymon, kekasih sekaligus calon suami yang saat ini ia tinggalkan.
SILVIA...!
Seorang gadis cantik imut dengan tinggi sebahu, tampak berlari kecil menyambut kedatangan nya. Dia adalah Loli, sahabat Via sedari kecil yang pindah rumah sepuluh tahun yang lalu ke kota itu.
Sebelum ia berniat kabur dari rumah, Via sudah terlebih dahulu menghubungi sahabatnya itu lewat ponsel. Untuk sementara waktu ia akan tinggal bersama keluarga Loli. Via tak menceritakan alasan sebenarnya nya datang ke kota itu. Ia cuma bilang, jika ia ingin mencari pekerjaan dan mengadu nasibnya di kota itu.
"Loly, makin cantik aja kamu?" Puji Via memeluk sahabatnya yang imut dengan senyuman riang.
"Ah, Kamu bisa aja. Kamu tuh yang makin cantik. Aku sampai pangling." Seloroh Loly sambil tertawa renyah.
Tanpa menunggu lama, Loly segera menarik tangan Via menuju mobil Brio yang sedari tadi tampak terbuka menunggu kehadiran mereka. Ternyata, itu mobil yang di kendarai Loly untuk menjemput Via.
Via tampak kagum dengan keahlian Loly yang jago mengendarai mobil sendiri.
"Hebat, dulu jangankan mobil, maen sepeda aja kamu sering jatuh." Celetuk Via mengingatkan kembali kenangan mereka saat masih kecil dulu.
Loli tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha, aku juga ingat, pas kita belajar bawa motor kamu nabrak pohon, ngerem mendadak gara-gara gerombolan bebek muncul di jalan." Tuturnya seraya tertawa lagi terpingkal-pingkal.
Via yang mengingat kejadian masa-masa kecilnya itu ikut tertawa bersama Loly. Sejenak kegundahan dan kesedihan yang menderanya seharian terlupakan begitu saja.
Loly memang teman yang lucu dan riang. Melihat wajahnya saja sudah mampu membuat Via gembira apalagi jika setiap hari bersamanya.
Suasana kota besar Bandung yang di lalui Via bersama Loly disepanjang jalan membuat Via makin senang dan gembira.
Mereka berdua tak henti-hentinya berceloteh berbagi pengalaman suka dan duka saat mereka terpisah sekian tahun.
Hingga akhirnya, mobil yang di kemudikan Loly tampak memasuki komplek sebuah perumahan yang lumayan bagus.
Loly pun mulai memperlambat laju kendaraannya dan berhenti di depan sebuah rumah bertingkat minimalis yang ada bertuliskan spanduk salon kecantikan.
"Oke, kita sudah sampai. Ini rumah ku." Ujarnya seraya turun dari mobil dan menyuruh Via untuk segera turun.
"Kamu buka salon?" Tanya Via heran.
Via tampak tertegun di depan pagar rumah Loli sembari memandang spanduk besar yang terpajang disana.
"Udah, jangan banyak tanya. Cepetan masuk!" Ucapnya seraya menarik tangan Via setelah mengunci pintu mobilnya yang telah ia parkir di garasi rumahnya.
"MAMA...! PAPA...! Loli pulang bareng Via nih...!" Teriak Loly riang.
.
.
.
BERSAMBUNG
☕️ untukmu
sambil baca juga biar retensi gak turun.🤭
kek nya ini juga pertama kali aku mampir ya🙈.. salam kenal yaa.. satu Gc kita✌️✌️✌️✌️
Cuan atau Cuma???😏😏😏
lu pikir nikah semenit kelar.. macam beli mie instan aja/Facepalm//Facepalm/