Sinopsis :
Mozea Cantika alias Zea, si hijaber sekolah yang galak dan tidak suka pelajaran matematika. Alzio Ray alias Zio, si kapten basket ganteng dengan tubuh jangkung, hidupnya sempurna nyaris tidak ada celah. Apa jadinya jika dua orang ini dipaksa menikah karena perjodohan orangtua mereka?.
Di sekolah mereka saling membenci, bahkan saling panggil dengan nama ledekan yaitu si keong dan si kodok. Di rumah mereka harus berakting menjadi pasangan suami istri muda yang romantis untuk menyenangkan hati orangtua mereka. Meski demikian Zea dan Zio sepakat merahasiakan pernikahan mereka dari teman-teman di sekolah.
Kata orang benci dan cinta adalah rasa yang sangat tipis perbedaannya. Mungkin karena terbiasa bertengkar dan bersama, tumbuhlah rasa cemburu dihati mereka, sebuah rasa tidak suka jika milik diri di ambil orang lain. Akankah Zea dan Zio menyadari rasa cinta mereka masing-masing? Dan memberikan cucu seperti yang diharapkan kedua orangtua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 09 : Sahabat
Tokoh Pendamping Muda :
1. Lanina alias Nina
2. Denis Majang alias Denis
3. Arka Yasa alias Arka
4. Amara Helena alias Amara
5. Robbi Aryo alias Robbi
7. Nunu Saputra alias Nunu
8. Yunita alias Yuni
9. Vania alias Vani
Tokoh Pendamping Dewasa :
1. Hafiz alias ayahnya Zea
2. Murni alias ibunya Zea
3. Rangga Ray alias ayah Zio
4. Olivia Ray alias ibu Zio
5. Adi Ray alias kakek Zio
6. Budi Tama alias Pak Budi guru matematika
***
Semenjak kejadian itu, Zea tampak murung. Setiap hari Zea murung. Walau Robbi berusaha minta maaf karena menyesal, tapi Zea tidak mau memaafkan Robbi. Hatinya sudah terlanjur patah. Hanya Nina yang tau penyebab Zea murung. Zea menceritakan semua ke Nina. Sebagai sahabat, Nina berusaha menenangkan hati Zea dan menghiburnya. Kata Nina, rasa sayang Robbi pada Nina tidak terlalu besar, mungkin itu penyebab Robbi meminta hal yang tidak masuk akan pada Zea.
Melihat perhatian Nina, Zea tidak tega merahasiakan tentang dirinya yang akan segera menikah dengan Zio. Akhirnya satu hari sebelum pernikahan, Zea memberi tahu Nina. Zea juga berharap Nina datang ke pernikahan sirinya besok. Zea mengajak Nina bertemu sore ini di taman kota. Kenapa Zea memilih bertemu sore hari? Karena sore hari suasana di sana sudah agak sepi, jadi mereka bisa bicara dengan tenang, dari hati ke hati.
"Bilang sekali lagi! Kok kuping gue kaya salah dengar?" tanya Nina ulang.
"Lo gak salah dengar, besok gue bakal nikah sama Zio. Sebenarnya gue dan Zio sudah di jodohkan sejak kecil. Alasan gue benci Zio karena Zio pernah nolak dijodohkan dengan gue. Karena dulu gue jelek," kata Zea lagi, mengaku.
Nina terdiam, dia tidak tau harus berkata apa. Pantas saja Zea mengajaknya bertemu di taman sore hari, biar bisa bicara hal penting dengan tenang berdua. Memang benar dia terkejut tapi dia lebih terkejut lagi saat tau alasan sebenarnya Zea benci Zio, dan itulah penyebab Zea dan Zio tidak pernah akur. Ternyata sejak masuk SMA, Zea dan Zio sudah kenal cukup lama.
"Maafin gue, Nina. Gue udah bohong sama Lo. Sumpah, gue gak suka sama Zio. Gue gak berniat ngambil Zio dari Lo. Tapi mau bagaimana lagi, bokap dan nyokap gue kekeh mau nikahin gue sama Zio. Zio juga gak bisa nolak keinginan bokap dan nyokapnya. Tapi Lo tenang aja, gue bakal cari cara buat cerai secepatnya dari Zio. Toh Zio juga gak suka sama gue," kata Zea lagi, menjelaskan.
"Gue gak tau harus bilang apa. Gue suka sama Zio, tapi gue bukan orang jahat. Gue juga gak mungkin ngarepin kalian berpisah. Ya udah, nikah aja sama Zio, siapa tau kalian jodoh. Gue bisa cari idola baru, dunia ini luas, gak sesempit daun singkong," jawab Nina dengan berlapang dada.
Walau dia berat hati, karena sejak awal masuk SMA dia sudah suka pada Zio, tapi persahabatannya dengan Zea lebih penting. Nina tidak mau berebut pria yang sama dengan Zea. Zea sudah banyak membantunya. Saat ayah dan ibu Nina bercerai, Zea selalu ada untuknya. Saat Nina sedih, Zea selalu menghiburnya. Mereka sering nongkrong dan belajar melukis bersama. Ibarat kata, mereka sudah seperti saudara sendiri. Masa gara-gara Zea menikahi cowok yang dia suka, Nina harus kehilangan orang yang berarti dihidupnya. Nina bukan teman tidak tau terima kasih.
"Nina, gue gak suka sama Zio. Gue nikah sama dia terpaksa," kata Zea lagi meyakinkan Nina.
"Gue tau. Tapi masa depan gak pasti. Benci dan cinta bedanya tipis. Dan ..." Nina teringat kejadian beberapa hari yang lalu, saat Zio dan Robbi bertengkar karena Robbi sempat menghina Zea di depan Zio, betapa marahnya Zio saat itu hingga memukul Robbi dengan keras, dan kemungkinan besar si Zio cemburu.
"Dan apa?" tanya Zea.
"Lo cantik, Lo baik. Zio juga ganteng dan baik. Orangtua kalian merestui. Mungkin saja setelah menikah kalian berdua berubah pikiran. Gue gak mau ngarep sesuatu yang gak pasti. Gue mau Lo bahagia, dengan siapapun itu."
"Nina ..."
"Gue serius, gue gak boong. Menurut pendapat gue, perasaan Lo ke Robbi gak terlalu dalam, buktinya Lo gak mau balikan sama Robbi padahal dia udah minta maaf. Masih ada celah untuk Zio masuk ke hati Lo," kata Nina dengan tegar.
"Nina, maafin gue."
"Gak usah minta maaf. Besok hari bahagia Lo. Gue diundang kan? Gue janji bakal tutup mulut gue rapat-rapat, sampai kalian mengumumkan secara resmi mengenai pernikahan kalian."
Zea mengangguk. "Makasih banyak atas pengertian Lo. Gue beruntung punya sahabat kaya Lo." Zea kemudian memeluk Nina, pelukan Zea disambut oleh Nina. Keduanya saling berpelukan.
"Cie yang mau nikah. Ternyata suaminya cowok terkeren di sekolah. Semoga gue dapat cowok yang lebih keren lagi."
"Aamiin," jawab Zea, yang masih memeluk Nina.
Lo itu udah kalaaaaaah jauuuh banget dari Zea...
udah la move on,kek gak laku aja jadi perawan...
putus satu ya cari lagi...
plong kan rasanya....