Samael dan Isabel, dua bersaudara yang sudah lama tinggal bersama sejak mereka diasuh oleh orang tua angkat mereka, dan sudah bersama-sama sejak berada di fasilitas pemerintah sebagai salah satu dari anak hasil program bayi tabung.
Kedua kakak beradik menggunakan kapsul DDVR untuk memainkan game MMORPG dan sudah memainkannya sejak 8 tahun lamanya. Mereka berdua menjadi salah satu yang terkuat dengan guild mereka yang hanya diisi oleh mereka berdua dan ratusan ribu NPC hasil ciptaan dan summon mereka sendiri.
Di tengah permainan, tiba-tiba saja mereka semua berpindah ke dunia lain, ke tengah-tengah kutub utara yang bersalju bersama dengan seluruh HQ guild mereka dan seisinya. Dan di dunia itu, di dunia yang sudah delapan kali diinvasi oleh entitas Malapetaka, orang-orang justru memanggil mereka; Kiamat Dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif R. F., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#9 – Assignment From The Empress
Malam sunyi nan panjang di musim dingin yang awalnya hanya memperdengarkan suara angin yang bergesekan antara butiran-butiran salju dengan pepohonan yang membeku, kini menjadi pagi hari dalam waktu beberapa menit saja, terang benderang dan mulai menghangatkan hamparan kubah sentral yang dikenal selalu membeku.
Tembok benteng berukuran kolosal yang sudah ratusan tahun melindungi bangsa elf, kurcaci dan manusia dari ancaman invasi para entitas malapetaka yang juga sudah sejak lama tertutup salju, kini salju-salju yang menutupinya perlahan mulai meleleh dan mulai memperlihatkan bentuk dan wujud asli dari nya.
Kehangatan yang menyelimuti seluruh kubah sentral, perlahan dapat dirasakan oleh seluruh pasukan dari kalangan biasa maupun orang-orang penting yang ada di setiap pos, sehingga membuat mereka mau tidak mau harus melepas dan mengganti pakaian mereka ke pakaian yang lebih tipis dan terbuka.
Suara gemuruh yang keras dan mengguncang kini telah memberikan bekas yang kuat pada setiap orang yang mendengarnya. Namun seakan suara belum cukup, objek kolosal kini mengambang di atas gunung Teir dan mulai menerangi seluruh kubah sentral sampai membuat wilayah di sekitarnya menjadi pagi hari karena matahari yang ikut dibawanya kini berada di sudut elevasi 9,46 derajat dari benteng.
Para prajurit sampai komandan pasukan kini disibukkan dengan kubah sentral yang menjadi sangat terang dan hangat. Oleh karena itu, sebagian dari mereka mulai sibuk memindahkan barang-barang karena khawatir tumpukan salju yang meleleh akan membasahi barang-barang mereka, sedang sebagian lagi mulai berbaris sambil mempersiapkan peralatan perang.
Di tengah kekisruhan dan kepanikan yang terjadi di seluruh pos karena kemunculan objek asing berukuran kolosal yang kini melayang di atas gunung Teir, di salah satu pos berkota milik bangsa elf justru terjadi sebaliknya.
Di pos ke-9 dari 60 pos yang ada, tempat dimana Haera kini bertugas sebagai pengawas untuk seluruh pos milik bangsa elf, di pos itu kini dipenuhi dengan mata para pejuang yang sudah bersiap siaga bersama dengan senapan sihir yang sudah mereka genggam sementara mulai berbaris mengisi setiap barisan yang kosong di sepanjang benteng kolosal.
Para pejuang yang kebanyakan dari mereka adalah elf eter yang memiliki umur rata-rata melebihi seratus tahun, nyatanya sengaja dipilih dan direkrut karena emosi mereka yang sudah luput. Dan karena alasan itu pula, para elf eter dikenal menjadi pejuang yang tidak takut mati dan rela berkorban, namun tetap mampu berpikir logis tidak peduli seberapa kejam nya medan perang mereka.
Kini di sepanjang benteng yang membentengi bagian benua elf, telah dipenuhi dengan barisan rapat para pejuang elf yang bersiap siaga menunggu serangan yang mereka perkirakan akan segera datang.
Selama seribu tahun invasi entitas malapetaka, diketahui bahwa mereka selalu menyerang sesaat mereka tiba. Para entitas malapetaka memang dikenal begitu liar dan buas, mereka tidak mengenal istirahat untuk memberikan kekejaman dan kehancuran kepada siapapun dan dimanapun mereka berada.
Dan karena pengalaman itu, penghuni Eirda menjadi sangat hafal dan terlatih akan pola mereka seakan terbiasa dengan semua itu. Dan saat ini, sekali lagi, ancaman itu kembali dan penghuni Eirda sudah benar-benar bersiap dengan tidak meninggalkan celah pada kesiapan diri dan peralatan mereka yang kini bagi mereka sudah sangat maju.
Meriam-meriam sihir yang ada di setiap jarak dua meter juga ikut diisi dan dipersiapkan, sementara para operator nya sudah bersiap siaga untuk menarik pemicu.
Meriam-meriam sihir ini adalah hasil inovasi dari tiga bangsa; elf dengan sihir mereka, manusia dengan pemikiran mereka dan kurcaci dengan mesin mereka. Dan dengan gabungan tiga intelegensi gabungan itu, mereka pun berhasil melahirkan meriam sihir yang mampu menembakkan proyektil sihir sampai sejauh 100 kilometer, dengan keakuratan yang pasti dan tidak pernah meleset sebelumnya.
Namun semua pengalaman, persiapan dan inovasi itu kini seakan tidak ada artinya lagi. Para pejuang elf yang awalnya begitu bersemangat pun semakin lama semakin merasa gusar dan tidak nyaman. Rasa hangat yang menerpa wajah dan tubuh bagian depan mereka juga secara perlahan membuat diri mereka berkeringat sementara masih mengenakan pakaian zirah musim dingin mereka.
Keberadaan objek kolosal yang mengambang tinggi di atas gunung Teir, meski jaraknya sangatlah jauh, juga menambah rasa putus asa ke dalam hati setiap pejuang yang kini mulai berharap malapetaka kali ini tidak pernah datang, sementara tidak terkecuali untuk diri mereka yang kebanyakan sudah menjadi elf eter, kini juga ikut merasakan kegusaran dan rasa keputusasaan yang sama.
Kemudian di tengah itu semua, Haera bersama dengan para jendral kini sedang berada di dalam ruangan nya di dalam pos 9 yang berupa kastil, sedang mendiskusikan cara bagaimana mereka bisa mengatasi invasi kali ini, invasi yang sebenarnya belum pernah terjadi atau bahkan pernah terbayangkan oleh leluhur mereka akan terjadi sebelumnya.
Haera duduk di kursi nya yang lebih tinggi dan terlihat lebih estetis dan mewah dengan ukiran tradisional bangsa elf, sambil dirinya terus mengawasi para jendral yang sedang berdiskusi sementara ia hanya menunggu keputusan akhir untuk keluar.
Dia menunggu sambil terus melamun, melihat ke arah jendela yang berada di sebelah kanan nya dan mengarah ke selatan, ke pegunungan Amlugorthel sebagaimana para elf memanggilnya. Sebuah pegunungan yang membentuk formasi melingkari kubah sentral, dan merupakan benteng pertahanan alami yang dulu pernah digunakan oleh penduduk Eirda sebagai satu-satunya pertahanan.
Di tengah pembicaraan yang semakin serius dan menyusut, Haera terus menunggu sambil sesekali mengetuk-ngetuk kan kelima jari nya ke sandaran tangan pada kursi nya. Ia terlihat bosan dengan mata nya yang mulai sayu.
“Jadi bagaimana? Apakah otak kecil kalian berhasil menemukan solusinya?” katanya memecah keramaian ruangan itu sampai membuat semua menjadi hening.
Salah satu jendral elf berdiri dari kursi nya. “Mohon izin, paduka. Untuk saat ini, kita sama sekali tidak mungkin untuk menyerang pulau melayang itu, paduka. Tidak hanya lokasinya yang tinggi, pulau itu juga punya matahari sendiri yang bisa langsung membakar siapapun yang berani terbang mendekat.”
Kemudian seorang jendral wanita ikut berdiri. “Mohon izin, paduka. Sebelum saya ke sini, para kurcaci sempat menawarkan kerja sama mereka kepada kita—“
Sesaat wanita itu berdiri, jendral yang lainnya pun langsung menginterupsi dan saling bersahutan. Sampai akhirnya Haera mengangkat tangan kanannya, dan membuat semua jendral terdiam dan kembali duduk ke kursi mereka.
“Siapa namamu? Aku tidak ingat wajah mu,” tanya Haera.
Wanita itu langsung berdiri dengan sikap siap. “Siap, paduka. Nama saya adalah Aranel, komandan tertinggi pos 32. Saya baru ditugaskan lima tahun lalu sebagai komandan tertinggi, karena komandan sebelumnya, tuan jendral Isendril, telah menyerahkan jiwanya secara sukarela.”
Haera menoleh ke arah para jendral lainnya sambil memberi tatapan kode agar segera memberitahu nya.
Kemudian salah satu jendral pun langsung mengangkat tangannya. “Mohon izin, paduka. Perihal mendiang jendral … beliau … beliau merupakan salah satu dari jendral yang berada di satu jaman dengan mendiang paduka kaisar Elarion …yakni ayah anda, paduka.”
Haera kembali menoleh dan menatap Aranel. “Apakah kamu putrinya?”
Aranel menggelengkan kepalanya dengan pelan dan sopan. “B-bukan … saya hanyalah gadis pejuang biasa dari keluarga yang biasa juga, paduka.”
“Benar-benar sebuah pencapaian kamu bisa menjadi seorang jendral dan komandan tertinggi di salah satu pos benteng malapetaka ini meski bukan lah seorang bangsawan,” puji Haera sambil tersenyum tipis. “Kalau begitu, katakan kepadaku, apa yang diminta oleh para kurcaci itu?”
Aranel menjaga postur tubuh nya, berdiri dengan tegap. “Mereka meminta kita untuk mengirimkan 14 ton kristal mana, paduka. Mereka bilang … mereka sedang membuat kapal udara besar, sementara untuk menggerakkannya, mereka membutuhkan kristal mana sebanyak itu.
“Dan sebagai gantinya, mereka akan memberikan satu kapal tersebut. Mereka juga bilang jika kapal yang mereka buat akan mampu menahan panas ekstrim dan terbang melebihi tinggi gunung Teir. Tak sampai disitu, mereka bahkan bersaksi bahwa kapal yang sekarang mereka buat bisa mengangkut sebanyak 125 ribu prajurit sekaligus, dan itu tidak termasuk dengan awak kapal yang diangkut, paduka.”
“Tidak pernah ada habisnya jika kita membicarakan tentang kemajuan teknologi mereka. Hmmm, tapi apakah kamu tahu kalau kristal mana yang dimiliki kurcaci lebih banyak daripada kita?” Haera kemudian berdiri dan mulai berjalan ke arah Aranel.
Sementara itu, Aranel tampak mengepal tangan nya erat-erat ketika Haera mulai menuruni tangga tempat kursi nya berdiri.
Haera mulai berjalan mendekat ke arah Aranel. “Biar kuberi tahu sekalian. Para kurcaci itu sebenarnya adalah para penghemat yang luar biasa. Mereka tahu jika mereka menggunakan semua kristal sihir yang mereka punya, itu akan mengganggu mobilitas pasukan mereka yang serba mengandalkan mesin. Alhasil, mereka pun akhirnya memilih untuk mengemis kepada kita, dan sebagai jaminan nya, mereka sampai rela memberikan teknologi mereka kepada kita.”
Haera kini berdiri di dekat Aranel, dan mulai memegang bahu nya. “Kalau begitu, lakukan lah … berikan apa yang mereka mau, karena malapetaka kali ini … sebenarnya jauh di luar perkiraan dan kemampuan kita sendiri. Dan kita … kita semua; elf, kurcaci bahkan manusia, saat ini sedang membutuhkan kekuatan lebih untuk menjamin kemenangan di era ini. Jadi, lakukan lah. Aku akan membuatkan surat tugas dan otoritas kepada mu nanti.”
Aranel hanya bisa terpaku sambil menunduk hormat, sesaat mendengar ucapan Haera yang mana langsung berjalan keluar dari ruangan itu dengan para jendral yang langsung berdiri dan membungkuk memberikan rasa hormat mereka.
Sesaat pintu ruangan tertutup, beberapa jendral dengan suportif nya pun langsung menyalami Aranel sambil memberikannya selamat atas pencapaian nya karena bisa langsung membuat sang maharani setuju dengan cepat.
Namun di tengah itu semua, meski semua terlihat gembira atas pencapaian nya, beberapa justru terlihat masam sementara langsung keluar meninggalkan ruangan itu.
“Politik,” kata seorang jendral wanita lain yang juga merupakan seorang putri mahkota, Nanthaliene, yang tiba-tiba berdiri di belakangnya. “Yakin lah nona Aranel, bahwa ke depannya anda akan terbiasa dengan ini semua. Meski mereka adalah para elf eter, namun hasrat mereka terhadap kekuasaan tetaplah ada.”
Aranel menoleh dan memutar badan nya. “T-terimakasih atas nasihat anda, yang mulia.”
Nanthaliene tersenyum teduh, melihat Aranel yang langsung mengenali nya. “Tidak perlu. Ah … kalau begitu, sampai bertemu lagi.”
Aranel dengan agak gugup pun langsung menunduk kembali, memberikan hormatnya yang kedua kalinya. “S-sampai bertemu lagi, yang mulia.”
Nanthaliene pun keluar ruangan sambil diikuti oleh jendral lainnya dari belakang.
Pertemuan pun selesai dengan Aranel sang jenderal muda yang mendapatkan penugasan pertamanya sebagai komandan tertinggi untuk bekerja sama kepada bangsa kurcaci yang menjanjikan bangsa elf kapal udara besar.
***.
Bersambung …
***.