NovelToon NovelToon
Sumpah 100 Hari

Sumpah 100 Hari

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Dikelilingi wanita cantik / Anak Kembar / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: RatihShinbe

Lihat saja, aku bersumpah, aku akan membuatnya memohon untuk menikah dengan ku kurang dari 100 hari ini.

Luna mengucapkan sumpah di depan sahabatnya, Vera yang hanya menganga menatap ke arahnya, merasa sumpahnya itu konyol dan takkan pernah terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatihShinbe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9

Vera meradang mendengar ucapan Luna tentang syarat yang diajukan Abel.

"Dia ngaco Lun, masa lu di suruh nempatin apartemen sebesar itu sendirian? " Vera merasa diterlantarkan.

"Sudahlah, lu bisa kesana kapan pun lu mau" ucap Luna.

Vera membantu Luna mengeluarkan koper dari kamarnya.

"Ingat, kalau dia manggil lu tengah malam lagi jangan datang, telpon gue kalau dia maksa masuk ke tempat lu" ucap Vera setelah mengantar Luna pada Arul yang menjemputnya.

"Iyaaa! " jawab Luna seraya memeluknya.

"Rul, jaga dia! " tunjuk Vera.

"Siap! " jawab Arul dengan senyum.

#

Sampai di apartemen, Luna melihat ke segala arah.

'Besar sekali, bagaimana aku bisa tinggal di tempat sebesar ini sendirian? ' tanyanya dalam hati.

Luna merapikan kamar yang lebih kecil dari kamar Sarah.

Dia menjadikan tempat itu sangat nyaman, agar dia cepat merasa betah tinggal di sana.

-Kau sudah tidur? -

Abel mengirim pesan, mata Luna membulat.

-Belum Pak!- jawab Luna.

Tapi kemudian dia menutup mulutnya, teringat ucapan Vera untuk tidak menjawab pesan Abel jika menghubungi malam hari.

Luna gelagapan, dia tak mau bekerja malam ini.

-Aku simpan makanan di dekat pintu rumah mu, Arul bilang kamu belum makan-

Luna terdiam membaca pesan selanjutnya. Dia keluar dengan membuka sedikit pintu dan hanya mengeluarkan kepalanya untuk melihat apakah Abel di sana atau tidak.

Tapi hanya bungkusan makanannya saja yang ada. Luna mengambilnya dan meletakkan nya di meja dapur kemudian menatap nya lama.

"Apa ini? kenapa aku merasa heran dengan sikapnya? " gumam Luna.

Kemudian Abel menghubungi.

"Ya Pak! " lagi-lagi Luna menjawab dengan cepat.

Dia menyesal karena terbiasa dan tak bisa mengendalikan diri untuk tak langsung menjawab telpon Abel.

"Jangan terlambat besok pagi ada rapat" ucap Abel.

Telponnya langsung di tutup, Luna paham kenapa dia memberikan makanan itu. Dia langsung menyimpannya di lemari es yang kosong.

Luna pergi tidur tanpa makan.

#

Abel sudah menunggunya di depan lift.

Luna yang terburu-buru sambil memakai sepatu, tak sengaja menabraknya.

"Kau ini! " seru Abel kesal karena kakinya terinjak.

"Loh, Pak Abel yang salah, kenapa berdiri di depan pintu rumah orang! " Luna malah menyalak.

Mata Abel membulat.

Luna lupa, baru kemarin dia meminta maaf karena membentaknya.

"Maaf Pak! " Luna masuk mundur ke dalam lift.

Abel tak banyak bicara.

"Hari ini, meeting dengan klien perbankan dan juga ada tamu dari Korea.... "

Seperti biasa Luna menjelaskan semua jadwal yang harus dilakukan oleh Abel. Tapi dia hanya diam saja, menatap Luna dari dinding lift yang memantulkan bayangannya.

Menatap wajah Luna yang semakin hari semakin mulus dan cerah. Tapi lebih sering tak memakai lipstik, hanya menggunakan pelembab bibir saja. Abel berpikir mungkin Luna tidak suka bibirnya diwarnai terlalu cerah.

"Tapi merah akan lebih cocok untuk bibirnya" ucap Abel.

Luna membulatkan matanya.

"Iya Pak? " Luna meminta kejelasan dari ucapannya.

"Tidak, aku sedang berpikir, ibu lebih. suka warna peach, tapi akan lebih cocok jika di memakai warna merah untuk bibirnya" jelas Abel langsung pandai mencari topik lain.

"Mau saya pesankan lipstik warna merah untuk bu Liana? " Luna menawarkan jasanya.

"Tidak perlu, aku bisa beli sendiri, tempo hari kubelikan untukmu juga kan? " Abel membuka pintu mobilnya.

Luna duduk di depan, Arul masih baru menyalakan mesin mobilnya.

Luna jadi penasaran dengan ucapan Abel, dia bercermin dan menatap bibirnya sendiri.

"Apa benar merah cocok? " gumamnya.

Arul dan Abel menatapnya.

Luna menyimpan cerminnya dan menatap ke depan.

Mereka pun pergi.

#

Makan siang.

Abel pergi ke kantin sendiri setelah Luna meminta izin untuk pergi terlebih dahulu dengan Vera.

Luna yang selalu banyak bicara saat bersama Vera tak melihat jika di depannya telah ada kejadian cermin besar pecah karena kelalaian petugas properti.

Karena terlalu bersemangat bercerita, dia tersandung sebuah vas bunga besar dan terjatuh.

Abel yang melihat kejadian itu, langsung menarik tangan Luna yang meminta uluran tangan. Tapi, posisi Luna sudah terlalu condong, kepalanya sudah sangat landai.

Abel tak bisa menahan berat tubuh Luna, dia menjatuhkan diri dan menahan kepala Luna dari pecahan kaca dengan kedua telapak tangannya.

Semua orang berteriak melihat kejadian itu. Luna terdiam, wajah dan rambut Abel hampir menutup wajahnya.

Abel meringis, mata Luna membulat menyadari tangan bosnya terluka untuk menyelamatkannya.

"Kau tidak apa-apa kan? "

Luna terheran, Abel menanyakan keadaannya padahal dia sendiri yang terluka.

"Ya, aku baik-baik saja" jawab Luna.

Devan datang membantu Abel berdiri, Vera membantu Luna.

Ada luka kecil di lengan Luna, Abel melihatnya.

Vera, bawa dia ke klinik, lihat lengannya terluka.

"Kau yang terluka banyak, dia hanya sedikit, kau yang harus ke klinik" ucap Devan.

Semua orang menatap ke arah tangannya yang berlumuran darah.

Abel baru sadar, dia menatap tangannya kemudian pingsan.

"Aduhh lupa kalau dia tak boleh melihat darah" ucap Devan menepuk jidatnya.

Luna meringis melihat tangan Abel, dia merasa malu dan sangat bersalah.

#

Ibu dan ayahnya datang ke klinik mendengar dia pingsan melihat darahnya sendiri.

Luna sedang duduk di sisinya karena dia belum bangun.

"Hei! " sapa Liana.

"Malam bu Liana" jawab Luna sambil berdiri.

"Duduk saja, kami cuma sebentar" ucap Pak Suryo.

"Dia langsung pingsan?" tanya Liana.

"Ya" jawab Luna sambil tersenyum.

"Lukanya tidak parah, ayo pulang ! " ajak Suryo pada istrinya.

"Kau ini, dia ini putra kita, luka kecil atau besar tetap saja dia masuk ke klinik" Liana kesal.

Suryo malas menunggu di dalam, dia pergi keluar.

Liana terus mengusap kepala dan lengan Abel.

"Ku dengar kau menempati rumah Sarah" tanya Liana tanpa menatapnya.

"Iya Bu, saya di sana" jawab Luna mengangguk.

"Ku dengar juga dia begini karena menyelamatkan kamu" lagi-lagi dia tak menatap Luna.

Luna mengangguk pelan merasa bersalah.

"Aku tidak tahu, dekat dengan mu itu baik atau tidak. Di satu sisi dia sering melakukan kesalahan yang akhirnya melukainya, di sisi lain dia jadi lebih kuat dan mandiri saat kau menjadi sekretaris nya. Aku bingung" Liana menghela.

Luna menunduk, dia menjadi lebih merasa bersalah.

"Jaga dia, jika bukan karena suami ku yang melarang, aku pasti akan merawatnya" ucap Liana.

"Baik Bu" angguk Luna.

Dia mengantar Liana dan Suryo hingga masuk lift.

"Sudah sana, nanti dia mencari mu" ucap Suryo.

Luna mengangguk dan kembali.

Tapi di sana Abel sudah tak ada.

"Kemana dia? " gumam Luna.

Terdengar suara air mengalir dari dalam toilet. Luna langsung tahu dia di sana.

"Luna....! " seru Abel.

"Iya Pak! " jawab Luna menempelkan telinganya di pintu toilet.

"Bantu aku, menarik resleting celana ku! " seru Abel.

"Apaaa? " mata Luna membulat.

\=\=\=\=\=\=\=\=>>>

1
Aul soobin
semngt yaa
Shinbe: /Good/
total 1 replies
Ini cinta
lanjut
Ini cinta
hmmm begitu awalnya....
Ini cinta
🤦‍♀️pingsan terooos
Ini cinta
🤣🤣🤣
Ini cinta
/Facepalm/
Suka Baca
/Smile/
Ini cinta
selamatkan Luna!
Ini cinta
ada aja lucunya
Ini cinta
lanjut
Ini cinta
ini kek romcom yang pernah aku lihat
Ini cinta
Hadir thor, semangat banget bikin banyak novel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!