Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kampus Universitas Citra, Vano, seorang mahasiswa hukum yang cerdas dan karismatik, ditemukan tewas di ruang sidang saat persidangan penting berlangsung. Kematian misteriusnya mengguncang seluruh fakultas, terutama bagi sahabatnya, Clara, seorang mahasiswi jurusan psikologi yang diam-diam menyimpan perasaan pada Vano.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadhisa A Ghaista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jejak
Malam semakin larut ketika Andra kembali ke kosan dengan flashdisk di tangan. Semangatnya campur aduk, antara harapan dan kekecewaan. Setelah mencari informasi tentang Rai, sekarang ia berharap dapat menemukan jawaban dari flashdisk yang tampaknya memiliki rahasia besar di dalamnya.
Sesampainya di kosan, Andra langsung mengunci pintu, lalu duduk di meja belajar sambil menghubungi Naya untuk membahas rencana mereka. Namun, yang paling mendesak saat ini adalah membuka flashdisk itu. Ia mencolokkan perangkat tersebut ke laptopnya dan membuka folder yang terlihat kosong. Rasa frustrasi segera menyelimuti Andra ketika ia menyadari bahwa folder itu terkunci dengan password.
“Gimana caranya?” gumamnya pelan sambil memijat pelipisnya. Ia mencoba beberapa kombinasi angka yang terlintas di pikirannya: tanggal lahir Vano, tanggal kematian, bahkan angka acak. Namun, semua usahanya nihil.
Setelah berjuang selama lebih dari setengah jam, Andra memutuskan untuk meminta bantuan temannya, Rizky, yang dikenal jago dalam hal hacking. Rizky adalah anak teknik informatika yang selalu bisa mengatasi masalah teknis dengan mudah.
“Bro, bisa tolong aku buka flashdisk ini?” tanya Andra saat Rizky tiba di kosannya. “Ini terkunci sama password, dan aku butuh isinya.”
“Bisa-bisa. Coba kasih lihat,” jawab Rizky sambil menatap flashdisk yang Andra berikan. Dengan cepat, Rizky mulai mengetik di laptop, mencoba berbagai metode untuk mengakses folder tersebut.
Namun, setelah beberapa percobaan, wajah Rizky tampak lebih serius. “Bro, ini sistem keamanannya ketat banget. Gak bisa sembarangan. Aku bisa coba lagi, tapi kemungkinan besar aku butuh waktu lebih lama.”
Andra mengangguk, merasa semakin cemas. “Tapi aku butuh segera. Kita harus tahu apa yang ada di dalamnya sebelum terlambat.”
Setelah beberapa saat, Rizky akhirnya mengumumkan, “Oke, aku coba sekali lagi, tapi aku akan coba akses folder lain. Kita lihat apakah kita bisa menemukan sesuatu yang bermanfaat.”
Dengan ketukan cepat di keyboard, Rizky mengakses folder lainnya. Beberapa detik kemudian, tampilan layar berubah, dan mereka melihat folder dengan nama Vano-Balqish. Andra menahan napasnya, rasa penasaran dan kekhawatiran berkumpul dalam dadanya.
“Ini dia. Mari kita lihat,” Rizky berkata, lalu mengklik folder tersebut.
Saat folder terbuka, layar laptop dipenuhi dengan serangkaian foto yang jelas diambil secara diam-diam. Setiap foto menampilkan Vano dan seorang gadis cantik yang Andra kenali sebagai Balqish, pacar Vano. Dalam setiap gambar, terlihat Vano dan Balqish sedang bersama di berbagai lokasi kampus dan tempat umum lainnya.
“Wow, ini banyak banget. Sepertinya dia mengikuti Vano dan Balqish selama beberapa waktu,” komentar Rizky, terkejut.
Andra merasa ketegangan meningkat. “Tunggu, coba lihat lebih dekat. Apakah ada waktu atau tempat tertentu yang bisa memberi kita petunjuk?”
Rizky memperbesar salah satu foto, dan Andra mengamati gambar dengan seksama. “Ini… ini di kafe, tiga hari sebelum Vano meninggal,” ucapnya, menandai foto yang menunjukkan Vano dan Balqish sedang duduk berdua, tampak sangat akrab. “Ini bisa jadi saat Vano dan Balqish terakhir kali terlihat bersama.”
Rizky mengklik foto lain yang menunjukkan Vano dan Balqish sedang tertawa. Namun, ekspresi di wajah Vano terlihat berbeda. “Dia kelihatan… khawatir? Seperti ada yang mengganggu pikirannya,” Andra mencatat.
“Andaikan kita bisa tahu siapa yang mengambil foto-foto ini,” Rizky berkomentar, “Mungkin dia tahu sesuatu yang kita tidak tahu.”
Andra berpikir keras. “Apa kalau kita periksa lebih dalam? Mungkin ada jejak lain di folder ini yang bisa memberi kita petunjuk lebih lanjut.”
Rizky mengangguk dan mulai membuka foto-foto lainnya. Dalam beberapa gambar, mereka melihat seorang laki-laki dengan penampilan yang samar, yang tampaknya mengamati Vano dan Balqish dari kejauhan.
“Siapa dia?” tanya Andra, menunjukkan gambar tersebut. “Kita harus menemukan siapa yang ada di sini. Dia bisa jadi saksi atau bahkan pelaku yang mengetahui lebih banyak.”
Mereka melanjutkan menyelidiki setiap foto, dan Andra merasakan jantungnya berdebar. Setiap gambar mengungkapkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Dengan flashdisk di tangan dan potongan-potongan petunjuk yang mulai menyatu, Andra tahu mereka semakin dekat dengan kebenaran. Namun, di balik semua ini, rasa takut akan bahaya yang mungkin mengancam mereka semakin mengintai.
“Ayo kita cari tahu siapa lelaki ini dan kenapa dia mengikuti Vano dan Balqish,” kata Andra, bertekad untuk melanjutkan pencarian mereka.
Dalam ketegangan yang semakin meningkat, mereka tidak menyadari bahwa jejak yang mereka ikuti semakin dekat pada kegelapan yang mengancam, dan kebenaran tentang kematian Vano bisa membawa mereka pada bahaya yang lebih besar dari yang mereka bayangkan.