Tawanya, senyumnya, suara lembutnya adalah hal terindah yang pernah aku miliki dalam hidupku. Semua yang membuatnya tertawa, aku berusaha untuk melakukannya.
Meski awalnya dia tidak terlihat di mataku, tapi dia terus membuat dirinya tampak di mata dan hatiku. Namun, agaknya Tuhan tidak mengizinkan aku selamanya membuatnya tertawa.
Meksipun demikian hingga di akhir cerita kami, dia tetaplah tersenyum seraya mengucapkan kata cinta terindah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Marriage 09:
Krik krik krik
Seperti itulah suasana di kamar Ravi saat ini. Keduanya hanya saling diam dengan duduk saling memunggungi di atas ranjang.
Canggung, ya itulah saat ini yang mereka rasakan. Selama ini berteman, mereka tidak pernah berada di dalam satu ruangan kecil bersama seperti ini.
" Maaf ya Mas, gara-gara aku," ucap Leina. Ia terlihat sekali menyesal. Tapi sungguh, ia sendiri merasa bingung. Kenapa air matanya tiba-tiba keluar dan wajahnya mendadak pucat. Apa Leina melupakan sesuatu lagi tentang dirinya? Entahlah, saat ini Leina tidak bisa berpikir apapun.
Ini juga merupakan salah satu hal yabg akan terjadi pada dirinya. Penurunan fungsi otak pada penderita alzheimer salah satunya tidak mampu merencanakan sebuah hal meskipun itu kecil. Jadi saat ini Leina hanya bisa bersikap kebingungan saja. Terlebih tadi Rinjani juga sudah memberinya baju tidur, jadi jelas sangat tidak mungkin bahwa mereka bisa pulang malam ini.
" Lei, ganti baju dulu. Kamu kayaknya emang lagi nggak enak badan. Dan nggak usah minta maaf juga. Kamu nggak salah kok, malah bener kata Ayah aku yang salah karena nggak peka kamu lagi nggak fit gini. Untuk tidur, kayaknya ga masalah kan kita tidur di satu ranjang?"
" O-oke Mas. Nggak apa-apa. Kayaknya kita pernah tidur bareng deh. Ya meskipun kita nggak hanya tidur berdua sih."
Ravi mengangguk kecil. Dia setuju dengan ucapan Leina. Waktu itu entah berapa tahun yang lalu, circle keluarga mereka mengadakan acara camping ceria. Dan ya mereka berbaring tidur bersama-sama.
Akan tetapi ucapan itu akhirnya hanya sekedar ucapan semata. Ketika keduanya saat ini berada di tempat tidur yang sama, baik Ravi maupun Leina sama-sama tidak mampu memejamkan mata untuk tidur. Sesekali Ravi melirik ke arah Leina yang tidur membelakanginya. Dia hendak memastikan apakah istrinya itu tidur atau tidak jadi Ravi pun memanggilnya.
" Lei, apa kamu udah tidur?"
" Hmmm belum Mas, ternyata malah nggak bisa tidur."
Mereka tiba-tiba kompak tertawa bersama. Entah apa yang mereka tertawakan tapi yang jelas saat ini mereka sedang melakukan itu.
Ravi memutuskan untuk mengobrol dengan Leina. Mereka kembali membicarakan banyak hal. Dan Ravi teringat atas pembicaraan mereka di mobil tadi.
" Lei, maksud keinginan Menjelajah yang tadi kamu katakan pas di mobil itu apa ya?"
" Aah itu, ehmmm kalau pernikahan kita selesai. Aku mau mengunjungi banyak tempat yang pengen aku datangi Mas. Aku pengen nikmati hidup aku. Makanya aku minta Leon buat cepet-cepet belajar tentang memimpin perusahaan, karena aku mau cepet pergi juga."
Degh!
Tiba-tiba dada Ravi berdenyut hebat. Ada rasa yang tidak bisa ia deskripsikan. Tapi satu hal yang terasa di sudut paling kecil dalam hatinya bahwa ucapan Leina baru saja adalah ucapan yang serius bahkan sangat serius.
Dan, setelah itu entah mengapa Ravi tidak lagi bertanya. Ia seakan tidak ingin tahu lebih lanjut tentang rencana masa depan Leina.
Pembicaraan pun Ravi alihkan dengan tema lain. Yakni tentang perusahaan dna pekerjaan. Mereka juga membicarakan tentang adik masing-masing. Bagaiman tentang manjanya Leon dan bagaimana isengnya Ranendra. Sama-sama memiliki adik laki-laki menjadikan Ravi dan Leina begitu semangat menggibahi adik mereka masing-masing.
Tidak terasa malam semakin larut dan Ravi serta Leina sudah mengarungi alam mimpi. Rasa canggung yang mereka rasakan diawal dan kesulitan tidur tadi akhirnya menghilang juga seiring dengan rasa kantuk yang menyerang.
Bahkan Leina dan Ravi tidak sadar bahwa saat ini posisi keduanya sangat dekat. Tangan Ravi mengulur di perut Leina dan tangan Leina berada di atas tangan Ravi.
Suara alaram berbunyi. Leina sengaja tidak melepas jam tangannya agar dia bisa bangun ditengah-tengah tidurnya. Menyalakan alarm dengan menggunakan ponsel jelas lebih keras ketimbang jam tangan.
" Eeh apa ini?" ucap Leina terkejut. Posisi mereka yang bisa dikatakan intim itu membuatnya kesulitan untuk bergerak. Dia tidak ingin membuat Ravi bangun karena pasti suasananya akan sangat aneh jika Ravi tahu tangan itu memeluk erat dirinya.
Secara perlahan Leina mengangkat tangan kokoh Ravi dan memindahkannya. Beruntung itu lebih mudah karena Ravi tertidur dengan lelap. Tapi apakah benar sepeti itu kejadiannya?
Tidak, tidak seperti yang Leina pikirkan. Saat tangan Ravi dipindahkan oleh Leina, pria itu langsung mengubah posisi tidurnya menjadi membelakangi Leina. Dan dada Ravi berdegup kencang. Tapi dia tetap menutup matanya. Rasanya malu bukan main sebenarnya sehingga Ravi memutuskan untuk pura-pura tidur.
Ya, sebenarnya Ravi sudah bangun saat alarm milik Leina berbunyi. Tapi dia terllau terkejut dna malu saat mengetahui bahwa tangannya melingkar di perut Leina. Terlebih posisi mereka sungguh sangat dekat.
" Buseet, kok bisa-bisanya sih meluk Leina begitu. Gimanapun kita ini beda gender, tetep aja rasanya nyetrum mau kek mana juga."
Seperti itulah ucapan Ravi dalam hati. ia merutuki dirinya sendiri yang bersikap sembarangan. Tapi apa mau dikata, mereka tidur dan jelas tidak sadar dengan ulah tubuh mereka.
Namun Ravi segera menghilangkan rasanya itu dan seketika fokusnya teralihkan dengan tindakan yang dilakukan oleh Leina.
Sebuah pertanyaan muncul dalam diri Ravi, untuk apa Leina menyalakan alarm tapi tidak bangun dan tidak juga melakukan apa-apa. Ia hanya mengubah posisi tidurnya saja.
Pertanyaan Ravi tidak berhenti di situ, karena pada akhirnya dia selalu bangun setiap alarm Leina berbunyi. Dalam semalam itu, Leina menyalakan alarm setidaknya 4 sampai 5 kali. Dan itu pun dia tidak melakukan apapun kecuali saat alarm terakhir berbunyi. Ya Leina bangun saat alarm terakhir yang bertepatan dengan adzan subuh berkumandang.
" Mas Rav, bangun yuk. Udah subuh."
" Ughhh, iya Lei. Ini aku mau bangun."
Bohong, Ravi jelas berbohong. Dia bukannya baru bangun saat Leina membangunkannya. Karena faktanya Ravi sudah bangun dati tadi bahkan sudah dari beberapa jam yang lalu dia tidak tidur untuk melihat apa yang dilakukan Leina. Dia hanya pura-pura tertidur setiap kali Leina terbangun.
" Lei, apa sebenarnya yang kamu lakukan itu," ucap Ravi dalam hatinya. Rasa penasarannya semakin mencuat kepermukaan tapi dia tidak bisa mengungkapkannya langsung kepada wanita yang saat ini telah jadi istrinya.
TBC
😭😭😭😭😭😭😭
Bnr" nih author,sungguh teganya dirimuuuuu
Semangat berkarya thoor💪🏻💪🏻👍🏻👍🏻
gara" nangis tnp sebab
😭😭😭😭😭
bnr" nih author
pasti sdh ada rasa yg lbih dari rasa sayang kpd teman,cuman Ravi blum mnyadarinya...
bab". mngandung bawang jahat😭😭😭😭😭
Mski blum ada kata cinta tapi Ravu suami yg sangat peka & diandalkan...
aq padamu mas Ravi😍