Rain Angello, seorang pembunuh bayaran yang sangat terkenal. Wanita yang bekerja dengan bayaran fantastis itu tak pernah menunjukkan identitas nya pada siapapun, termasuk orang terdekat nya.
Setiap melakukan tugas nya, Wanita yang selalu di panggil Angello itu selalu melakukan penyamaran dengan mengubah wajah nya menggunakan topeng silikon. Tentu saja dia melakukan itu agar tak ada yang mengetahui identitas nya.
Pekerjaan ini memang sangat beresiko, tapi dia nyaman dengan apa yang dia lakukan. Namun siapa yang menyangka, kehidupan nyaman nya berubah dalam sekejap mata hanya karena dia yang ingin menikmati hidup.
Mati? Masuk ke dalam tubuh orang lain? Apakah itu nyata ada nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 09 Keluar dari kediaman
Kini keluarga itu tengah berada di meja makan, mereka tengah melakukan makan siang. Rain berulang kali menghela nafas saat dia di hadapkan dengan acara makan keluarga seperti ini.
"Rain, apakah ada sesuatu yang menggangu fikiran mu?" Tanya Mauren saat menyadari jika Rain kurang nyaman berada di tengah-tengah mereka.
"Ah, aku tidak apa, Ma. Hanya sedikit tak enak badan." Jawab Rain agar dia tak membuat suasana di ruang makan menjadi tak nyaman.
Maximilliam menatap tajam ke arah Rain, tapi wanita itu sama sekali acuh tak acuh dengan sikap pria itu kini. Biasanya Rain akan langsung menunduk takut saat Maximilliam menatap tajam dengan mata elang pria itu.
Selesai makan, mereka kembali ke ruang keluarga karena Janet mengatakan jika tunangan nya akan tiba. Rain memilih duduk sendiri di single sofa dan membiarkan Janet duduk dengan Maximilliam.
"Sayang, bagaimana dengan kandungan mu?" Tanya Mauren pada Rain yang membuat wanita itu terkejut bukan main.
Dengan refleks tangan nya menyentuh perut datar nya, dia mengingat - ingat bayangan Rain asli apakah dia benar-benar tengah hamil atau kah tidak.
" Ma... "
" Aku tidak pernah hamil, Ma." Jawab Rain cepat menyela ucapan Maximilliam.
Ketiga orang di sana menatap ke arah Rain, Mauren terkekeh. "Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu? Max mengatakan jika kau tengah mengandung bayi kalian." Ucap Mauren yang menyangka jika ucapan Rain hanya sebuah candaan.
"Hahahah... Hahhh... Mama, apakah Maximilliam pernah mengatakan pada Mama jika aku yang mengandung? Aku sama sekali tidak hamil, Ma. Dan penyebab aku masuk rumah sakit kemarin..."
"Berhenti lah berbicara, Rain." Sela Maximilliam cepat sebelum Rain mengatakan sesuatu pada sang ibu.
"Kenapa? Katakan yang sejujurnya pada Mama dan Papa mu, siapa wanita yang kau hamili." Sahut Rain yang kini menatap tajam ke arah Maximilliam.
Kedua orang tua nya termasuk Janet yang berada di sana menatap bingung ke arah anak dan menantu nya.
"Rain, ada apa ini sebenarnya?" Tanya Mauren benar-benar bingung dengan keadaan saat ini.
"Asal Mama dan Papa tahu, selama pernikahan kami. Maximilliam tidak pernah menyentuh ku, dan saat Max mengatakan aku hamil... Entah wanita mana yang dia hamili, atau mungkin saja Monika yang saat ini menjadi sekretaris..."
"Cukup Rain!!" Teriak Maximilliam meminta Rain untuk berhenti mengatakan hal yang membuat kedua orang tua nya murka terhadap nya.
"Apa!!!" Jawab Rain tak kalah keras, wanita itu bahkan menyorot tajam ke arah Maximilliam dengan berani.
Rain memutuskan tatapan kedua nya sepihak, tangan nya dengan cepat membuka kemeja yang dia gunakan. Janet akan marah karena Rain melakukan hal tak senonoh di depan sang ayah, namun gerakan nya terhenti saat kemeja yang dia kenakan terbuka dengan sempurna. Mauren, Janet bahkan Theodore menatap terkejut dengan apa yang kini dia lihat.
Rain yang menggunakan sport bra yang memperlihatkan perut, punggung dan bahu nya dengan sangat jelas. Di sana mereka melihat luka lebam dan ada beberapa luka bekas cambukan yang masih baru di punggung wanita itu.
"Aku tidak akan diam saja sekarang." Ucap Rain dengan nada berat.
"Setelah bertahun-tahun aku bertahan, mungkin kini saat nya aku menyerah..." Ucap wanita itu dengan dada yang mulai terasa sesak.
Rain berjalan ke arah meja dan mengambil tissu yang berada di sana, dia membasahi tissu itu dengan air. Tak lama, Rain menggunakan tissu tersebut untuk menghapus foundation yang menutupi luka di leher nya.
"Kalian mungkin tak akan percaya, tapi selama pernikahan kami terjadi. Selama itu pula putra kalian menyakiti ku dan berulang kali berniat membunuh ku." Ucap Rain yang menatap penuh kesakitan pada kedua orang tua Maximilliam.
Janet menutup mulut nya tak percaya dengan apa yang dia dengar dan juga apa yang dia lihat," Bukan hanya itu saja, putra kalian bahkan membiarkan para pelayan untuk merundungku. " Rain terkekeh saat mengatakan hal tersebut.
Theodore terdiam, meski begitu terlihat emosi yang sangat jelas di mata nya. Sedangkan Mauren, wanita itu bahkan tak bisa hanya untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Air matanya sudah mengalir melihat sang menantu seperti itu.
Rain menjatuhkan tubuh nya dan bersimpuh di hadapan kedua mertua nya. "Kali ini tolong kabulkan permintaan ku." Ucap Rain bersujud di kaki Mauren, wanita paruh baya itu segera menarik tubuh Rain untuk bangkit dan tidak lagi bersujud.
Maximilliam menanti kata apa yang akan di ucapkan oleh Rain, pria itu tak bisa bersikap gegabah di hadapan kedua orang tua nya. Dia berusaha menahan semua nya saat ini.
Rain terduduk di lantai, tatapan nya menatap Mauren dengan kosong. "Ma, apakah kau tahu alasan aku selalu menolak kedatangan kalian? Itu semua bukan keinginan ku, putra kalianlah yang meminta nya. Hahahah... Dia tak akan hidup tenang jika tak menyiksa ku sehari saja." Rain memang tertawa, tapi air mata nya mengalir dengan deras dari mata wanita itu.
Mauren memegang dada nya yang terasa sesak, Maximilliam menatap khawatir pada sang ibu. Dia ingin menghampiri Mauren, namun wanita paruh baya itu menolak. Janet dengan sigap mendekat ke arah sang.
"Pa, tolong aku untuk bisa lepas dari nya." Kini Rain menatap Theodore, tatapan wanita itu benar-benar kosong.
Theodore bangkit dari duduk nya dengan amarah yang terlihat jelas dari wajah nya, "Ayo kita pergi. Rain, ikut lah dengan kami." Ucap Theodore dengan suara tegas nya.
Tanpa menatap ke arah snag putra, Mauren dan juga Theodore berbalik pergi keluar dari kediaman. Janet mengikuti kedua orang tua nya, kini tersisa Rain dan juga Maximilliam.
Rain bangkit dari posisi duduk nya, dia menatap ke arah Maximilliam yang menatap nya dengan tatapan penuh dendam. Wanita itu menyunggingkan senyum sinis pada pria itu untuk menyulut emosi nya.
Melihat tatapan Rain yang seolah meremehkan nya, emosi Maximilliam tak dapat lagi di tahan. "Kau!!" Pria itu menghampiri Rain, tangan nya sudah terangkat untuk memukul Rain.
"Akhhh...." Rain berteriak saat tangan Maximilliam hampir mengenai tubuh nya.
"Kakak!!" Teriak Janet yang kembali masuk ke dalam untuk menjemput Rain atas perintah kedua orang tua nya.
Rain berlari dan memeluk tubuh ketakutan Rain, dengan cepat Rain memeluk erat tubuh Janet dengan ketakutan. Janet bahkan bisa merasakan jika tubuh Rain bergetar hebat.
"Janet, kau jangan percaya..."
"Berhenti lah membela diri mu di depan ku, kau harus nya sadar jika kau memiliki adik perempuan. Bagaimana jika yang kau lakukan pada Rain, terjadi pada ku? Kau sungguh tak memiliki hati nurani, aku membenci mu!!" Sela Janet cepat, dia segera membawa Rain keluar dari dalam kediaman.
" Sial!! " Umpat Maximilliam saat dia melihat Rain yang kembali menampilkan senyum sinis nya sebelum menghilang di balik pintu.
byangin doang udh mrinding,ngeri bgt.....
Srius angelo bsa blik lg k tbuhnya????
semangat terus Thor
brrti yg d dlm peti tu,myatnya angelo yg d awetkn????
yg d dlm peti spa dong???
krain samuel....
Abis tu orng d bongkar aibnya sm angelo,pdhl udh koar2 aja sok ga trima....skrng udh tau kn rena????
thor 😀