Menikah di usia muda sungguh bukan keinginan ku. Namun aku terpaksa harus menikah di usia muda karena perjanjian kedua orang tuaku.
Aku dengannya sekolah di tempat yang sama setelah kami menikah dan hidup bersama namun rasa ini muali ada tapi kami tidak saling mengungkapnya hingga suatu hari terjadi sebuah kecelakaan yang membuat kami.... ayo simak lanjutan ceritanya di novel Benci jadi cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Janji Rena
Rena, gadis cantik yang mempunyai bibir seksi itu tiba di bandara tepat dengan jadwal keberangkatannya.
Dengan buru-buru gadis itu memasuki loket immigration yang berjaga untuk pengurusan.
Setelah dicap paspornya, Rena langsung berjalan ketempat dimana pesawat yang akan dinaikinya lepas landas.
Sesaat kemudian, terdengar suara dari pihak bandara yang memberitahukan kepada para penumpang kalau pesawat yang no xxx bertujuan ke Negara Indonesia lima menit lagi akan lepas landas.
Rena yang mendengar suara itu, dia langsung bergegas menaiki pesawat tersebut.
Sebelum ke pesawat, Rena sudah terlebih dulu menelpon Mamanya untuk memberitahu kalau dia akan tiba di Indonesia nanti.
Setelah berada dalam pesawat, Rena mencari nomor kursi dan kemudian duduk dikursi itu. Rena menyandarkan kepalanya setelah memasang tali kecemasan.
Rena memejamkan matanya dan teringat tentang mimpinya semalam. Rena berpikir tentang mimpinya, yang mungkin ada penyebab dengan kekalahannya saat lomba balapan.
"Ayah, maafkan Rena, Rena berjanji Rena takkan bantah Mak, Rena turut ape Mak cakap, Rena nak jadi Anak baik." Gumam Rena berjanji pada almarhum Ayahnya yang datang kedalam mimpinya semalam.
Rena bermimpi kalau Ayahnya memintanya menjadi Anak yang penurut dan sopan juga lemah lembut, Rena juga diminta patuh pada Mamanya jangan pernah sekali-kali membantah Mamanya.
Air mata Rena keluar dengan sendirinya, dia teringat saat dia masih kecil, saat Ayahnya masih hidup.
Rena selalu disayang dan dimanja oleh Ayahnya. Rena juga ingat kalau Ayahnya pernah berkata kalau dia sudah dijodohkan dengan seseorang yaitu Anak dari teman Ayahnya di Indonesia.
Rena juga teringat kalau Ayahnya melarangnya dekat dengan lelaki manapun, karena Rena sudah punya lelaki yang akan membimbing dan menjaganya.
Rena yang waktu itu berumur sepuluh tahun sangat patuh dan sangat lemah lembut dia selalu menuruti kata Ayahnya.
Rena mengusap air matanya, dia berjanji akan menjadi seperti yang Ayahnya katakan diwaktu masih hidup.
Rena juga akan menerima jodoh yang sudah dipilih oleh Kedua orang tuanya. Mulai saat ini Rena akan menjadi gadis yang seperti Ayahnya inginkan.
Rena akan membuka lembaran baru di Negara kelahiran Ayahnya. "Oke, aku kan lupakan Mase Kat sini. Aku kan buka hari baru tuk mase hadapan." Rena sudah mantap dengan tekatnya, dia akan jadi dirinya seperti dulu yang tidak suka hura-hura.
Sementara di Indonesia. Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat begitu cantik, memanggil sopirnya yang disediakan oleh Pak Wawan untuk keluarganya.
"Pak, Dadang, Pak, mari jap." Panggil Azuhra pada sopirnya. Pak Dadang hanya menoleh, selanjutnya dia hanya diam berdiri ditempatnya saja.
"Pak Dadang, mari jap." Panggil Azuhra untuk yang kedua kalinya. Lagi lagi Pak Dadang hanya menoleh tanpa berjalan kepadanya.
"Apa Pak Wawan salah mencari sopir ya? Apa Pak Dadang itu pekak?" Gumam Azuhra karena melihat Pak Dadang tidak menghampirinya.
Azuhra menepuk jidatnya sendiri saat teringat kalau Pak Dadang mungkin tidak mengerti dengan bahasanya.
"Pak Dadang, kesini sebentar!" Panggil Azuhra dengan bahasa Negara suaminya yang sekarang akan menjadi Negaranya juga.
Pak Dadang yang sudah mengerti langsung menghampiri majikannya. "Tu betul 'kan Pak Dadang tidak paham tadi." Gumamnya lagi.
"Iya, Nyonya, Nyonya memanggil saya?" tanya Pak Dadang setelah tiba di hadapan majikannya.
"Iya Pak, jap lagi Pak Dadang pegi jemput Rena Kat air port, jap lagi tu tu budak tiba di Kat sana!" titah Azuhra pada sopirnya itu.
Lagi-lagi Pak Dadang hanya melongo, dia sedikitpun tidak mengerti apa yang dikatakan majikannya itu.
Azuhra menatap heran karena Pak Dadang tidak merespon perintahnya. Azuhra menepuk jidatnya sekali lagi, bisa-bisanya dia lupa kalau ini Indonesia, jadi dia harus menggunakan bahasa Negara ini.
Walaupun banyak yang bisa mengerti dan berbicara menggunakan bahasa Malaysia, tapi pasti banyak juga yang tidak mengerti dan tidak bisa berbicara dengan Bahasa Malaysia.
Akhirnya Azuhra mengulangi kata-katanya lagi, dia harus terbiasa berbahasa Indonesia karena sekarang dia sudah di Indonesia.
"Pak Dadang sebentar lagi, tolong jemput Rena, Anakku di bandara. Sebentar lagi dia sudah sampai." Ulang Azuhra lagi dengan bahasa Indonesia.
Pak Dadang yang sudah mengerti, dia langsung mengangguk. " Baik Nyonya, saya akan segera menjemputnya." Jawab Pak Dadang, kemudian langsung pergi ke mobil.
Azuhra yang sudah ingin masuk kedalam rumah, langkahnya terhenti karena panggilan seseorang.
Saat Azuhra menoleh, ternyata Pak Dadang sudah berada di belakangnya.
"Kenapa Pak?" tanya Azuhra heran karena Pak Dadang memanggilnya lagi.
"Anu Nya, Anu." Pak Dadang gelagapan.
Azuhra melihat keseluruh tubuhnya, dari dada sampai bawah, karena dia berpikir kalau Pak Dadang mengatakan anunya.
"Kenapa dengan anuku?" tanya Azuhra lagi setelah menelisik diseluruh tubuhnya.
"Bukan anu, Nya. Anu, Nyonya." Ucap Pak Dadang lagi.
"Iya, Anu apa?" hardik Azuhra kesal dengan sopirnya ini.
"Anu, maksud saya, Non Rena. Saya 'kan tidak mengenal Non Rena, apa ada fotonya?" tanya Pak Dadang.
Azuhra menarik nafasnya kasar, dan menggeleng kepala, hampir saja dia memaki Pak Dadang karena mengira Pak Dadang mengatakan anunya.
"Pak Dadang, pak Dadang." Azuhra menggeleng kepala. "Nanti aku kirimkan fotonya dan nomor ponselnya." Azuhra tersenyum sendiri dengan sopirnya ini.
"Baik, Nyonya." Jawab Pak Dadang. Kemudian Pak Dadang segera kembali ke mobilnya.
Di perusahaan pusat yaitu perusahaan yang di kelola oleh Pak Wawan.
Pak Wawan mengumpulkan seluruh karyawan di aula. Pak Wawan ingin mengumumkan kalau perusahaan akan dipimpin kembali oleh Azuhra.
"Saya sengaja mengumpulkan kalian disini, untuk mengumumkan, kalau perusahaan akan kembali di pimpin oleh Ibu Presdir kita, yaitu Nyonya Azuhra." Ucap Pak Wawan pada seluruh karyawannya.
"Tapi Pak, bukankah Nyonya Azuhra di Negeri Jiran?" tanya salah satu diantara banyaknya karyawan.
Karyawan yang bertanya itu adalah karyawan yang sudah sangat lama bekerja di perusahan pusat. Karyawan itu sangat tau bagaimana Azuhra.
"Tidak, beliau sudah di Negara ini. Mulai Senin depan beliau akan kembali aktif diperusahaan ini."Jawab Pak Wawan.
"Baiklah, hanya ini yang mau saya sampaikan kepada kalian, saya permisi." Pak Wawan kembali keruangannya setelah mengumumkan perihal kembalinya Azuhra ke perusahaan.
Setelah Pak Wawan pergi, terdengar kasak-kusuk para karyawan membicarakan tentang Azuhra.
"Hei bagaimna kalau Bu Azuhra kejam dan tidak segan-segan memecat kalau kita berbuat salah walaupun sedikit." Ucap salah satu karyawan.
"Tidak mungkin, aku yakin Bu Azuhra baik orangnya, asalkan kita bekerja dengan baik dan disiplin pasti Bu Azuhra tidak akan memecat kita." Jawab seorang karyawan lagi.
Setelah itu semua karyawan kembali ketempat kerjanya masing-masing.
Disekolah Rangga terlihat tidak bersemangat, pemuda itu nampak lesu.
Pemuda tampan itu tidak fokus pada pelajaran, guru yang sedang menjelaskan mata pelajaran menegur Rangga yang terlihat melamun.
"Rangga, kamu kenapa, apa kamu sakit?" tanya gurunya yang bernama Ibu Vega.
"Bersambung.