Wanita yang dijodohkan dengannya adalah tersangka utama meninggalnya kekasih dan calon anaknya?
Zion dipaksa menikahi Elin oleh sang kakek yang sekarat. Pernikahan tanpa alasan yang jelas ini membuat Zion merasa terjebak dan membenci Elin.
Kebencian Zion semakin mendalam ketika Elin menjadi tersangka utama dalam kasus kematian kekasihnya yang tengah mengandung anaknya.
Setelah kakeknya meninggal, Zion pergi dari rumah dan tak mau lagi bertemu Elin.
Namun, takdir mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang sangat berbeda. Elin yang dulu terlihat kusam dan kurang menarik kini menjelma menjadi wanita yang cantik dan sempurna.
Pertemuan tak terduga ini membuat Zion terpesona dan tanpa sadar jatuh cinta hingga terlibat dalam hubungan terlarang dengan Elin. Karena takut kehilangan Zion, Elin menyembunyikan kebenaran identitasnya.
Rahasia apa lagi yang tersimpan di balik perubahan drastis Elin? Mampukah Zion menerima kenyataan bahwa selingkuhnya adalah istri yang dibencinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Tuduhan
"Akkhh.." pekik orang yang tidak lain adalah Mira karena melihat Elin yang terbaring di bawah tangga dengan kepala yang berdarah.
Mira memang tidur di rumah utama, berbeda dengan pelayan lain yang tidur di rumah belakang. Saat ia terbangun karena merasa haus, tiba-tiba ia mendengar suara berisik. Ia mencoba mencari sumber suara dan tak menyangka akan melihat ini semua.
"To . tolong.." ucap Elin dengan suara lemah, hingga akhirnya matanya tertutup tidak sadarkan diri.
"Tu.. tuan muda, apa yang terjadi? Di.. dia berdarah. Cepat bawa ke rumah sakit! Ji..jika dia mati.. sa..saya tidak mau Tuan muda jadi pembunuh," ucap Mira dengan wajah pias, matanya sudah berembun. Ia tidak ingin anak yang sudah dirawat dan di susuinya sejak bayi berakhir di penjara.
Zion mengusap wajahnya kasar. Ia seperti orang kesurupan mencekik dan membanting Elin karena marah setelah mengetahui bungkus obat yang dipegang Elin tadi adalah bungkus obat penggugur kandungan, hingga Zion menjadi khilaf dan seperti orang kesetanan saat melihat Elin.
"Apa yang terjadi? Kenapa berisik sekali?"
Mira dan Zion membulatkan mata mereka bersamaan mendengar suara Pak Hadi. Wajah mereka berdua tiba-tiba berkeringat dingin.
Hadi malam ini menginap di rumah Zion, namun ia terbangun karena mendengar suara teriakan Elin dan Mira, hingga akhirnya ia keluar dari kamar.
"Astaga.. apa yang kalian lakukan?" Hadi membulatkan matanya saat melihat Elin tergolek di bawah anak tangga. Ia bergegas menghampiri Elin, "Nyonya... Nyonya bisa mendengar saya?" tanya Hadi, lalu menatap Zion yang berdiri di ujung tangga, "kenapa Tuan diam saja? Jika terjadi sesuatu pada nyonya Elin karena Tuan, Tuan besar akan marah besar," Hadi menatap tajam pada Zion, lalu menggendong tubuh kurus Elin.
"Apa yang terjadi? Apa yang dilakukan Zion?" suara Kakek Zhafran tiba-tiba terdengar membuat Zion, Mira dan Hadi seketika menoleh ke arah Kakek Zhafran.
Mata Kakek Zhafran terbelalak melihat Elin tergolek lemah di gendongan Pak Hadi dengan kepala yang mengeluarkan darah.
"Zi..Zion..kau..." Kakek Zhafran memegang dadanya yang tiba-tiba terasa seperti diremas.
"Tuan besar.."
"Kakek.."
"Tuan besar.."
Pak Hadi, Zion dan Mira jadi panik melihat Kakek Zhafran yang meringis seraya memegang dadanya.
"Aku tidak apa-apa. Cepat bawa Elin ke rumah sakit! Aku mau ikut ke rumah sakit," ucap Kakek Zhafran.
"Baik, Tuan," sahut Pak Hadi, lalu menoleh ke arah Mira, "Bu Mira, bantu bawa Tuan besar ke mobil!" titah Pak Hadi, sekilas pria paruh baya itu menatap tajam pada Zion, lalu menggendong Elin keluar dari rumah.
"Baik," sahut Mira bergegas mendorong kursi roda Kekek Zhafran mengikuti Pak Hadi.
Zion mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit dengan wajah pucat dan tangan tremor serta berkeringat dingin menyusul mobil yang dikendarai Pak Hadi.
"Bagaimana kalau Elin.. Arghh.. kenapa hari ini begitu sial? Aku bahkan belum bisa menata hatiku dan bingung harus bagaimana menjelaskan tentang meninggalnya Farah pada kedua orang tua Farah," pekik Zion dengan rambut acak-acakan.
Setiba di rumah sakit, Elin langsung ditangani dokter. Zion, Kakek Zhafran, dan Mira menunggu di depan ruangan diliput rasa khawatir. Sedangkan Pak Hadi? Wajahnya terlihat datar.
Kakek Zhafran berkali-kali menghela napas, Zion sebentar duduk, sebentar berdiri, Bu Mira memilin tangannya sendiri dengan wajah tertunduk.
"Hadi..apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Kakek Zhafran memecah keheningan.
"Saya terbangun karena suara teriakan dan menemukan Nyonya Elin sudah tergolek di bawah tangga dan Tuan Zion di atas tangga," jelas Pak Hadi.
"Dia jatuh sendiri saat akan menuruni anak tangga, Kek," Zion tidak mengatakan kalau Elin jatuh dari tangga karena lari menghindari dirinya.
"Saya mendengar suara teriakan minta tolong," sahut Hadi membuat Kakek Zhafran menatap tajam pada Zion. Sedangkan Zion hanya menunduk tanpa berani menatap mata kakeknya yang terasa menusuk.
"Bagaimana keadaan Nyonya Elin, Dok?" tanya Pak Hadi saat seorang dokter keluar dari ruangan tempat Elin ditangani, mengalihkan perhatian semua orang.
"Tidak ada cedera yang serius, terkecuali luka di bagian kepalanya yang harus dijahit karena lukanya lumayan lebar. Tapi.. ada bekas cekikan di lehernya. Apa yang terjadi? Apa ini kasus percobaan pembunuhan?" tanya sang dokter memicingkan sebelah matanya menatap semua orang penuh selidik.
Zion tertunduk dengan kedua tangan yang terkepal, sedangkan wajah Mira terlihat pias,
"Bekas cekikan?" tanya Kakek Zhafran membulatkan matanya.
"Benar," jawab sang dokter.
"Ada pencuri yang masuk rumah, Dok. Nyonya Elin memergokinya dan langsung berteriak, tapi pencuri itu langsung mencekiknya," dusta Hadi tanpa berkedip.
Kakek Zhafran mengernyitkan keningnya. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Hadi. Tapi ia yakin Hadi tidak akan bicara tanpa berpikir lebih dulu. Karena itu Kakek Zhafran memilih diam dan akan menanyakan hal ini nanti.
"Apa sudah dilaporkan ke polisi?" tanya sang dokter.
"Sudah, Dok," sahut Pak Hadi.
"Pasien akan segera dipindahkan ke ruangan rawat. Saya permisi karena harus memeriksa pasien yang lain," ucap sang dokter, kemudian berlalu.
*
Beberapa saat setelah dipindahkan di ruangan rawat, Elin mulai sadarkan diri.
"Elin, bagaimana perasaan kamu?" tanya Kakek Zhafran dengan suara lemahnya.
"Kakek.." Elin tiba-tiba beranjak bangun memegang tangan Kakek Zhafran, saat melihat Zion, "Kek..a.. aku bukan pembunuh. Aku tidak pernah menyakiti siapapun, apalagi membunuh. Aku bukan pembunuh," ucap Elin dengan mata yang mulai berembun, berusaha meyakinkan Kakek Zhafran.
"Siapa yang menuduh kamu pembunuh?" tanya Kakek Zhafran mengernyitkan keningnya, demikian pula dengan Pak Hadi dan Bu Mira.
"Kak.. Kak Zion.." sahut Elin melirik Zion sepintas, terlihat jelas ketakutannya di wajah Elin pada Zion.
Kakek Zhafran menatap Zion, demikian pula dengan Pak Hadi dan Mira.
Zion mengepalkan kedua tangannya menatap Elin dengan tatapan dingin, "Dia telah mencampur makanan Farah dengan obat penggugur kandungan, hingga Farah meninggal."
"Brakk "
"Bu Mira.." Zion bergegas menghampiri Mira yang tiba-tiba terhuyung membentur nakas di sampingnya.
Kakek Zhafran dan Elin menatap Mira yang wajahnya tiba-tiba pucat. Sedangkan Pak Hadi? Pria paruh baya itu lagi-lagi tersenyum samar. Zion membimbing Mira duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut.
"Kamu kenapa, Mir?" tanya Kakek Zhafran.
"Ti.. tiba-tiba saja kepala saya pusing, Tuan besar," sahut Mira tergagap dengan tangan yang gemetaran dan keringat dingin ditubuhnya, wajahnya nampak pucat.
Hadi menekan tombol nurse call yang berada di dekat tempat tidur pasien, tombol untuk memanggil perawat di rumah sakit.
Tak lama kemudian seorang perawat masuk dan Hadi meminta perawat tersebut membawa Mira untuk ditangani.
Setelah Mira dibawa perawat, Kakek Zhafran kembali menatap Zion, "Atas dasar apa kamu menuduh Elin seperti tadi?" tanyanya.
"Aku melihat dia memegang bungkus obat dan menolak memberikannya padaku saat aku mintanya, bahkan ia terlihat ketakutan saat aku melihat dia memegang bungkus obat itu. Aku sudah mengecek kandungan obat itu di laboratorium dan hasilnya obat itu adalah obat penggugur kandungan," jawab Zion masih menatap tajam pada Elin.
"A..aku menemukan bungkus obat itu tercecer di lantai, Kek. Bungkus obat itu bukan punyaku. Aku bersumpah atas nama adikku," Elin mengatakan yang sebenarnya dan tak terasa air matanya menetes, karena takut dipenjara.
Dari pancaran matanya, Kakek Zhafran bisa melihat kalau Elin berkata jujur.
"Bohong! Kamu pasti tidak ingin aku menikah dengan Farah, karena itu kamu ingin membunuhnya," tukas Zion.
"Hanya karena Elin memegang bungkus obat itu, kamu menuduh dia membunuh Farah?" tanya Kakek Zhafran dengan suara lemahnya, tapi terdengar dingin.
"Tidak ada orang di rumah yang memiliki motif untuk membunuh Farah selain dia, Kek! Aku akan melaporkan dia ke polisi agar mendapatkan hukuman yang setimpal karena telah melenyapkan dua nyawa sekaligus," tegas Zion penuh keseriusan.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
perasaan baru pertamakali ini deh lihat pak Hadi tersenyum hangat dgn sorot mata lembut.. soalnya sepanjang episode, klo aq baca dari awal & hampir mendekati akhir, pak Hadi gk pernah menunjukkan senyuman hangat & tatapan mata lembut, selalu tersenyum misterius, tatapan mata tajam, wajah datar, dan setiap ucapan yg dilontarkan selalu benar,.belum lagi beliau tipe orang misterius juga, tegas, berwibawa, dll.. apa aja deh.. pokoknya aq suka banget sama tokoh pak Hadi ini.. ❤️❤️❤️ sekebon buat pak Hadi, klo gk ada bapak entah gimana nasib cinta Elin & Zion ini ya.. 😅