NovelToon NovelToon
Dibalik Topeng Sang Brandal

Dibalik Topeng Sang Brandal

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: xy orynthius

Di kota kecil bernama Harapan Senja, beredar cerita tentang sosok misterius yang dikenal sebagai "Sang Brandal." Sosok ini menjadi legenda di kalangan warga kota karena selalu muncul di saat-saat genting, membantu mereka yang tertindas dengan cara-cara yang nyeleneh namun selalu berhasil. Siapa dia sebenarnya? Tidak ada yang tahu, tetapi dia berhasil memenangkan hati banyak orang dengan aksi-aksi gilanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 9

Pagi yang dingin menyambut Zed dan Kai ketika mereka melangkah keluar dari apartemen kecil mereka. Matahari baru saja terbit, namun keduanya sudah siap untuk memulai hari yang panjang dan penuh ketidakpastian. Langit Fictio yang biasanya dipenuhi awan kelabu tampak sedikit lebih cerah, tetapi itu tidak cukup untuk mengusir kekhawatiran yang membayangi pikiran mereka.

“Pertama-tama, kita harus cari tahu lebih banyak tentang Shadow Hawk,” Zed berkata sambil memasukkan tangan ke dalam saku jaketnya, mencoba melindungi diri dari angin pagi yang menusuk. “Gue yakin ada cara untuk ngungkap siapa aja yang terlibat.”

Kai mengangguk setuju. “Gue udah mikir soal itu, Zed. Kita bisa mulai dengan nyari informasi di tempat-tempat yang Kenshin sering datengin. Dia nggak mungkin ngelakuin ini sendirian, dan pasti ada jejak yang bisa kita ikuti.”

Mereka memutuskan untuk memulai penyelidikan dari kafe favorit Kenshin, *Black Velvet*, tempat di mana Kenshin sering menghabiskan waktu bersama mereka sebelum semua ini dimulai. Tempat itu bukan sekadar kafe biasa; di sana, orang-orang dengan berbagai latar belakang berkumpul, mulai dari pebisnis hingga seniman jalanan. Zed dan Kai selalu merasa kafe itu seperti pusat informasi yang tidak resmi, tempat di mana gosip dan rahasia kecil kota sering kali terungkap.

Sesampainya di *Black Velvet*, suasana hangat dan aroma kopi yang pekat langsung menyambut mereka. Meskipun suasana di dalam kafe tampak biasa saja, Zed merasa ada sesuatu yang berbeda. Seolah-olah kafe itu menyimpan rahasia yang lebih dalam dari yang terlihat.

“Kita duduk di meja belakang, aja,” bisik Kai, menarik Zed ke sudut kafe yang agak tersembunyi. Mereka memilih meja kecil yang cukup jauh dari barista dan pengunjung lain.

Setelah memesan dua cangkir kopi, Zed mulai mengamati sekeliling. Di sudut lain kafe, dia melihat beberapa wajah yang tampak familiar—orang-orang yang dia tahu sering berinteraksi dengan Kenshin. Salah satunya adalah seorang pria paruh baya dengan kacamata tebal, yang selalu membawa laptopnya ke mana-mana. Zed ingat pria itu sebagai seorang programmer freelance yang sering mengerjakan proyek-proyek misterius. Ada juga seorang wanita muda dengan rambut ungu mencolok, seorang desainer grafis yang bekerja untuk beberapa perusahaan besar di kota.

Kai mengikuti pandangan Zed, lalu berbisik, “Kita perlu lebih hati-hati. Orang-orang di sini mungkin tahu lebih banyak dari yang mereka biarkan kita tahu.”

Zed mengangguk setuju. “Tapi kita harus dapet informasi. Kita nggak bisa nunggu terlalu lama.”

Mereka berdua mendekati pria berusia paruh baya itu, yang sedang asyik mengetik di laptopnya. Dengan hati-hati, Zed dan Kai mengambil tempat duduk di dekatnya. Zed memulai pembicaraan dengan nada santai, “Hei, lo lagi kerja di proyek baru, ya?”

Pria itu mengangkat wajahnya dari layar laptop, sedikit terkejut dengan interaksi mendadak itu. “Oh, iya… Cuma proyek kecil, sih. Kenapa?”

Zed tersenyum, mencoba mencairkan suasana. “Gue inget pernah liat lo di sini sama Kenshin beberapa kali. Lo masih sering nongkrong bareng dia?”

Pria itu tampak ragu sejenak, lalu mengangguk. “Iya, gue masih sering ketemu dia. Kenapa emangnya?”

“Kami cuma penasaran,” Kai menambahkan, dengan senyum yang sama santainya. “Akhir-akhir ini dia kelihatan sibuk banget. Lo tau nggak dia lagi ngapain?”

Pria itu menatap mereka berdua dengan penuh kecurigaan. “Kenapa lo nanya soal Kenshin? Ada sesuatu yang salah?”

Zed dan Kai saling berpandangan, menyadari bahwa mereka harus lebih hati-hati. “Nggak ada yang salah,” Zed berkata cepat. “Cuma kita udah lama nggak denger kabarnya, dan dia kayaknya sibuk banget akhir-akhir ini.”

Pria itu tampak berpikir sejenak sebelum menjawab, “Gue nggak tahu detailnya, tapi yang gue tahu, Kenshin memang terlibat dalam sesuatu yang besar. Dia sering dapet panggilan dari seseorang—orang itu biasanya minta dia buat ketemu di tempat yang nggak biasa, bukan di sini.”

“Tempat yang nggak biasa?” tanya Kai, mencoba menelusuri lebih jauh.

“Ya,” pria itu menjawab sambil melirik ke arah pintu masuk kafe, seolah-olah memastikan tidak ada yang menguping. “Dia sering banget ngomong soal tempat di pusat kota, tapi gue nggak tahu pasti tempatnya di mana. Cuma gue pernah dengar dia nyebut ‘The Vault’.”

“The Vault?” Zed dan Kai saling berpandangan. Nama itu tidak terdengar familiar bagi mereka, tetapi jelas memiliki arti penting.

“Ya,” pria itu mengangguk. “Gue nggak tahu apa itu tempat, kode, atau apa. Tapi Kenshin sepertinya serius banget soal itu. Kalau lo cari dia, mungkin lo bisa mulai dari sana.”

Setelah percakapan singkat itu, Zed dan Kai meninggalkan *Black Velvet* dengan banyak hal yang harus mereka pikirkan. The Vault mungkin adalah petunjuk yang mereka butuhkan untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi, tapi mereka masih belum tahu apa itu atau bagaimana cara menemukannya.

“Kita harus cari tahu apa itu ‘The Vault’,” kata Zed saat mereka berjalan di trotoar yang basah oleh embun pagi.

Kai mengangguk setuju. “Gue rasa kita bisa mulai dengan nyari tahu di mana aja tempat-tempat yang punya nama itu. Mungkin ini tempat yang dikenal, atau mungkin ada koneksi dengan bangunan atau organisasi tertentu.”

Mereka memutuskan untuk mengunjungi perpustakaan kota, tempat di mana mereka bisa mengakses arsip-arsip lama dan informasi yang mungkin tidak tersedia secara online. Perpustakaan kota Fictio adalah bangunan besar dengan arsitektur klasik, berdiri megah di tengah-tengah kota. Di dalamnya, ribuan buku, dokumen, dan arsip disimpan, menunggu untuk diakses oleh mereka yang cukup tekun untuk mencarinya.

Sesampainya di perpustakaan, mereka segera menuju bagian arsip, tempat di mana mereka berharap bisa menemukan petunjuk tentang The Vault. Mereka mulai menelusuri buku-buku dan dokumen-dokumen lama yang berisi informasi tentang sejarah kota, bangunan-bangunan penting, dan organisasi-organisasi yang pernah beroperasi di Fictio.

Setelah berjam-jam mencari, Kai akhirnya menemukan sebuah buku kecil dengan judul yang menarik: *Rahasia Kota Tersembunyi: Tempat-tempat yang Dilupakan oleh Waktu*. Di dalamnya, ada sebuah bab yang membahas tentang bangunan-bangunan yang memiliki sejarah gelap atau misterius di kota ini.

“Zed, liat ini,” kata Kai, menunjukkan sebuah halaman yang berisi informasi tentang sebuah gedung tua yang disebut *The Vault*. “Ternyata The Vault adalah nama julukan buat sebuah bangunan lama di pusat kota. Gedung ini dulunya digunakan sebagai tempat penyimpanan barang-barang berharga oleh keluarga-keluarga kaya. Tapi setelah peristiwa kebakaran besar beberapa dekade lalu, gedung ini ditinggalkan dan sekarang cuma jadi bangunan tua yang terlupakan.”

Zed membaca dengan seksama informasi yang Kai tunjukkan. “Jadi itu tempat yang Kenshin sering datengin? Gedung tua yang ditinggalkan?”

“Kelihatannya begitu,” Kai mengangguk. “Kita harus cek ke sana dan lihat apa yang sebenarnya terjadi di tempat itu. Mungkin kita bisa nemuin petunjuk lebih lanjut tentang Kenshin dan Shadow Hawk.”

Dengan petunjuk baru di tangan, Zed dan Kai meninggalkan perpustakaan dan segera menuju ke The Vault. Gedung itu terletak di daerah yang sepi di pusat kota, dikelilingi oleh bangunan-bangunan lain yang juga tampak sudah tidak terurus. Ketika mereka tiba di sana, Zed merasakan ada sesuatu yang aneh di udara—seolah-olah tempat itu memang menyimpan banyak rahasia yang telah terkubur selama bertahun-tahun.

Pintu masuk gedung itu tampak terkunci, tetapi Zed dan Kai berhasil menemukan jalan masuk melalui jendela yang pecah di salah satu sisi bangunan. Di dalam, gedung itu terasa seperti labirin gelap yang penuh dengan bayangan. Langkah kaki mereka menggema di antara dinding-dinding tua yang penuh dengan debu dan puing-puing.

“Gue rasa kita harus hati-hati di sini,” bisik Zed, menyorotkan senter kecilnya ke depan.

Kai mengangguk, mengikuti di belakang dengan cermat. “Tempat ini kelihatan kayak udah lama ditinggalin. Tapi kalau Kenshin sering ke sini, pasti ada sesuatu yang dia cari.”

Saat mereka menjelajahi ruangan demi ruangan, Zed mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres. Tempat itu terlalu tenang, seolah-olah menunggu sesuatu terjadi. Akhirnya, mereka menemukan sebuah pintu besi besar di lantai bawah gedung. Pintu itu terlihat lebih modern dibandingkan bagian lain dari bangunan ini,

1
Ana@&
lanjut thor
anggita
kenshin... 😁kya nama kartun samurai.
anggita
ok Thor👌moga novelnya lancar banyak pembacanya.
xy orynthius: Aamiin
total 1 replies
anggita
like👍buat Zed brandal.☝iklan utk author.
anggita
namanya panjang banget.. dowo tenan yoh🤔.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!