NovelToon NovelToon
"Suami" Pilihan Orang Tuaku

"Suami" Pilihan Orang Tuaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lidia Grace Giawa

bercerita tentang seorang ibu rumah tangga bernama Rini yang sudah hidup bersama dengan suami nya bernama Edi selama 20 tahun lamanya. Rini menikah dengan Edi bukan berdasarkan cinta. Rini menikah dengan Edi karena Edi adalah suami pilihan orang tua nya. kisah ini menceritakan konflik di masa lampau dan juga menceritakan Lika liku kehidupan rumah tangga nya yang sedang dijalani saat ini. dari cerita ini kita belajar bahwa pilihan orang tua pun belum tentu baik dan walaupun tidak begitu buruk.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidia Grace Giawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 lanjut

keesokan harinya..

Pagi itu, mentari belum sepenuhnya terbit ketika Rini sudah bangun dari tidurnya. Rumah sederhana peninggalan mertua nya yang ia tinggali bersama anaknya yang masih kecil dan ketiga iparnya masih terasa sepi. Rini menatap sang anak, Rania, yang masih terlelap di tempat tidur. Usianya baru lima tahun, namun sejak suaminya, Edi, merantau ke luar kota untuk bekerja, Rania telah menjadi alasan utama bagi Rini untuk terus berjuang.

Edi bekerja di kota besar sebagai karyawan di perusahaan mabel. Dia jarang pulang, dan uang yang dikirimnya tak seberapa, hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari yang paling mendesak. Rini tahu, suaminya bukan tak mau mengirimkan lebih banyak, tapi gaji suaminya tidak lah seberapa. Suami nya juga butuh uang untuk menghidupi dirinya sendiri perantauan.

Dengan kondisi itu Rini harus berfikir keras, bagaimana bisa menambah penghasilan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga.

Rini pun memutuskan untuk terus berjualan kue. Awalnya, hanya kue-kue sederhana seperti bolu pisang dan kue pukis yang dibuatnya dari bahan-bahan murah. Ia belajar dari ibunya, yang pandai membuat aneka kue. Pekerjaan itu memang tidak mudah, namun Rini yakin bahwa ini adalah cara terbaik untuk membantu perekonomian keluarganya.

Setiap pagi, sebelum matahari terbit, Rini akan memulai rutinitasnya. ia menyiapkan bahan-bahan di dapur yang tidak terlalu besar tapi selalu rapi. Tepung, telur, gula, dan mentega diletakkan di atas meja. Sesekali ia harus berhemat, mengganti bahan-bahan dengan yang lebih murah, namun Rini tetap berusaha menjaga rasa kue-kue buatannya agar pelanggan tak kecewa.

Sambil menyiapkan adonan, pikirannya melayang ke Edi. Sudah hampir sebulan suaminya tidak menelepon. Terakhir kali mereka berbicara, edi mengatakan bahwa pekerjaan di sana semakin sulit.

Rini yang polos hanya tahu bahwa suaminya sedang berjuang keras di perantauan. Namun, tak ada yang bisa dilakukan selain mendoakan dan berusaha lebih giat di sini. Ia tak ingin mengeluh atau membebani Edi dengan masalah di rumah. Justru Rini ingin menunjukkan bahwa ia bisa mandiri, membantu menghidupi keluarga meski hanya dengan berjualan kue.

Setelah selesai mengolah adonan, Rini mulai memasak kue-kue tersebut. Aroma harum kue yang sedang matang mulai menyebar ke seluruh ruangan, membangunkan Nur dari tidurnya. Nur berjalan pelan ke dapur, menggosok-gosok matanya yang masih mengantuk.

"Mbak bikin kue lagi, ya?" tanya nur dengan suara serak.

Rini tersenyum kepada Nur . "Iya, Nur. Kamu mau bantu mbak membungkus kue nanti?"

Nur mengangguk. "Nur mau bantu mbak, asal ada upah nya, upah kue." Ucap Nur terkekeh

Rini tertawa kecil pada Nur. Setelah kue-kue matang, Rini dan Nur bersama-sama membungkusnya dalam plastik bening, lalu meletakkannya di keranjang besar. Rini selalu membawa keranjang itu keliling kampung, menawarkan kue-kue buatannya dari pintu ke pintu.

Setelah semuanya siap, Rini mandi terlebih dahulu sebelum berangkat untuk menjual kue buatannya. Setelah selesai Rini pamit pada Rania anaknya, "jangan nakal dirumah ya sayang. Baik-baik sama Tante Nur" ucap Rini sambil mengelus lembut kening sang anak. Rini juga pamit pada ke tiga adik iparnya itu. Rini mulai keliling berjuang dengan jalan kaki.

“Bu Siti, ini ada bolu pisang, fresh baru matang. Silakan dicoba, Bu,” ujar Rini sambil membuka keranjang kuenya.

Bu Siti, salah satu pelanggan setia Rini, tersenyum dan mengambil beberapa bungkus kue. “Wah, wangi sekali, Rin. Seperti biasa, saya beli tiga bungkus, ya. Ini uangnya.”

Rini mengucapkan terima kasih, menerima uang itu dengan penuh rasa syukur. Setiap hari seperti ini, Rini bisa menjual sebagian besar kuenya. Kadang ada hari-hari yang penjualannya kurang baik, tapi Rini selalu berusaha optimis. Sedikit demi sedikit, penghasilannya dari berjualan kue mulai bisa menambah kebutuhan sehari-hari, meskipun tak selalu cukup untuk memenuhi semua kebutuhan mereka.

...Sore harinya, setelah berkeliling, Rini pulang ke rumah. Rini duduk di kursi dapur sambil menghitung uang hasil penjualan hari itu. Meski tak banyak, hasil penjualan itu cukup untuk membeli beras dan sayur untuk makan malam....

...Ketika hari mulai gelap, Rini duduk di ruang tamu, sambil menatap foto pernikahan nya dengan Edi. Rania sudah tidur di kamar, Lia Linda dan Nur juga sudah berada dikamar setelah selesai makan malam selesai dan rumah terasa begitu sepi tanpa Edi. Di tengah kesibukan berjualan kue, rasa rindu pada suaminya sering kali menyeruak di hatinya. ...

...Ia merindukan kehadiran Edi, tawa dan canda mereka saat makan malam bersama, serta rasa aman yang selalu dirasakannya ketika ada suaminya di rumah....

...Namun, Rini tahu bahwa meratapi keadaan tidak akan mengubah apa-apa. Rini terus berfikir positif dan percaya pada Suaminya merantau untuk mencari rezeki, dan ia pun harus melakukan bagiannya di rumah. Setiap malam, sebelum tidur, Rini berdoa agar Edi selalu diberikan kesehatan dan kelancaran dalam pekerjaannya, serta berdoa agar suatu hari nanti mereka bisa hidup lebih baik, tidak perlu lagi berjauhan seperti sekarang....

Beberapa minggu berlalu, hingga suatu pagi, Rini menerima telepon dari Edi. Suara suaminya terdengar lebih ceria daripada biasanya. “Rin, aku ada kabar baik,” kata Edi. “Aku diangkat sebagai operator produksi di perusahaan mabel tempat aku bekerja. Mulai bulan depan, gajinya lebih besar, jadi aku bisa kirim lebih banyak uang untuk kalian.”

Rina tersenyum lega mendengar kabar itu. “Syukurlah, Mas. Aku senang sekali dengarnya. Kami di sini baik-baik saja, meskipun Rania sering tanya kapan ayahnya pulang.”

“Aku juga rindu kalian, Rin,” jawab Edi. “jika sudah waktunya aku akan menjemput kalian" ucap Edi

...Obrolan itu membuat hati Rini lebih ringan. Meskipun hidup tidak mudah, Rini merasa bersyukur atas rezeki yang masih bisa ia dapatkan dari berjualan kue, serta kabar baik dari suaminya. Ia yakin bahwa, meskipun perjuangan ini berat, suatu hari nanti mereka akan merasakan hasilnya. Rini akan terus bekerja keras, bukan hanya demi dirinya sendiri, tetapi demi masa depan Rania dan keluarga kecil mereka....

Esoknya, seperti biasa, Rini kembali ke dapur sebelum fajar untuk membuat kue. Meski tangannya mulai terasa lelah, hatinya tetap penuh semangat. Ia tahu, selama ia mau berusaha dan tidak menyerah, ia akan bisa mengatasi segala tantangan. Suaminya berjuang di perantauan, dan ia di sini akan terus berusaha untuk menjaga rumah tangga mereka tetap berjalan, dengan penuh cinta dan pengorbanan.

1
Dinoqueen
cerita nya bagus.
Rimuru Tempest
Aku jatuh cinta dengan ceritamu, tolong update sekarang juga!
Dinoqueen: wah😍😍😍Terimakasih 🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!