Selena adalah seorang wanita yang dikenal sebagai single mom padalah dirinya belum menikah. Selena menanggung status itu karena ia menjadi ibu seorang Lionel Arkana yang merupakan anak dari sang kakak yang meninggalkan anaknya begitu saja dan kabur bersama pria lain setelah disakiti suaminya, Devon Robert Leodinas.
Ya, Lionel yang kini menjadi anaknya adalah anak dari Devon Robert Leodinas dan Bianca Acella kakaknya.
Selama eman tahun, Selena pusatkan semua hidupnya untuk Lionel putra tersayangnya.
Namun, bagaimana jadinya jika Devon Robert Leodinas seorang bapak biologis Lionel tiba-tiba kembali dan menghantui Selena setelah enam tahun menghilang?
Akan kah Devon tahu jika seorang anak yang memanggil Selena Momy adalah anaknya sendiri? Dan akankah Devon tahu jika ternyata ia mempunyai seorang anak dari mantan istrinya yang tak lain adalah kakak Selena?
UPDATE SETIAP HARI SENIN SELASA & RABU ‼️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibun Neina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hai, Sayang
“Jadi kau mengambil cuti?.”
“Ya, aku perlu cuti untuk istirahat sebelum membereskan kerjaanku.” jawab Selena berbohong.
Siang hari yang terik ini, Brian dan Selena sedang diperjalanan menuju rumah bibi Mera untuk menitipkan Lionel selama satu minggu disana. Untungnya, keadaan ini bertepatan dengan cuti sekolah Lio selama dua minggu. Sehingga Lionel tidak perlu absen sekolah selama satu minggu karena ini.
“Sayang, di rumah bibi Mera nanti kau harus dengar perkataan bibi Mera dan kak Meta, oke? Momy akan melongokmu setelah semua pekerjaan Momy selesai.” seru Selena pada Lionel yang duduk di belakang dan sibuk bermain robot di tangannya.
”Ya, Mom.” jawab Lionel cuek.
“Kau yakin akan menitipkan Lionel di rumah bibi Mera? Bukankah kau tidak pernah mau Lionel terlalu banyak berinteraksi dengan bibi Mera?.” tanya Brian yang heran dengan Selena yang tiba-tiba ingin menitipkan Lionel disana.
Selena sedikit mengalihkan pandangannya dari Brian sebelum menjawab. Selena tidak ingin tertangkap basah sedang berbohong. Karena bagaimana pun, Brian tidak boleh tahu tentang dirinya, Lionel, dan Devon.
“Ya, aku pikir tidak ada salahnya untuk menitipkan Lionel disana sebentar. Lagi pula disana ada Meta yang sangat sayang dengan Lio. Kau tahu bukan, jika kerjaanku sudah banyak begini, aku takut Lio sedikit tidak ku perhatikan. Lio ku titipkan di rumah bibi untuk liburan juga bersama Meta.” jawab Selena.
Brian mengangguk mengerti, “Baiklah jika itu keputusanmu.” jawabnya.
Brian Damasta, pria berambut ikal dengan senyum manis yang cukup memikat lawan. Kepribadiannya sedikit acuh. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk Selena dan Lio sebab dia sudah tidak perlu memikirkan apa-apa lagi dalam hidupnya. Kerja? bukan gaya Brian. Dia tidur saja, uang tetap mengalir ke rekening banknya. Brian sudah kaya dari lahir. Kekayaannya mungkin sama besarnya dengan kekayaan Devon. Namun bedanya, Brian tak pernah mau ikut andil di dalam bisnis Dubay keluarganya. Brian lebih senang tidur dan bersenang-seneng bersama teman-temannya termasuk dengan Selena tanpa takut uangnya habis. Berbeda dengan Devon yang ikut andil dengan bisnis USA keluarganya karena Devon merupakan satu-satunya penerus dan pewaris kekayaan Robert Leodinas. Dan bedanya lagi, dalam ketampanan jelas Devon yang mendominasi. Devon lebih banyak menang dari segalanya.
Setelah sampai di kediaman bibi Mera, Selena disambut oleh beberapa pelayan yang langsung membawa barang bawaan Selena berupa koper milik Lionel ke dalam mansion. Selena masuk menuntun Lionel diikuti Brian yang berjalan dibelakang mereka. Tampaknya, Bibi Mera sudah menunggu kedatangan Selena sedari tadi. Bibi Mera terlihat lebih segar dan lebih sehat dari sebelumnya.
“Selena!.” Seru bibi Mera memeluk Selena.
“Terimakasih bi.”
“Tentu sayang.” jawab bibi Mera lalu berjongkok untuk membawa Lionel ke dalam pelukannya.
“OMG my boy. Lihatlah, kau makin terlihat tembam dan tampan.” ujar bibi Mera sambil mencubit kedua pipi bulat Lionel gemas.
Lionel cemberut, tidak suka pipinya dicubit-cubit seperti itu oleh bibi Mera. Rasanya sakit.
Lalu, tatapan bibi Mera tertuju pada Brian. Bibi Mera kembali bangkit dan meraih kedua tangan Brian. “Brian, terimakasih kau selalu ada untuk Selena dan menjaga Selena juga Lionel dalam keadaan apapun. Entah bagaimana bibi harus berterimakasih padamu, bibi sangat bersyukur Selena mempunyai teman pria sebaik dan setulus kau Brian.” ucap bibi Mera berkaca-kaca.
Brian tersenyum senang, menepuk pelan kedua tangan bibi Mera yang menggenggamnya untuk menenangkannya. Disisi lain, Selena kembali berjalan masuk untuk menemui Meta bersama Lionel.
“Tentu bi, aku akan terus menjaga Selena sebagaimana mestinya. Karena Selena tanggung jawabku, dia teman ku yang tidak akan pernah aku tinggalkan. Malah aku ingin berterimakasih pada bibi Mera karena telah mempercayaiku untuk menjaga Selena.” jawab Brian tulus.
Mera mengangguk, “Selena sangat beruntung.” jawabnya terharu.
Sedangkan Selena, kini sudah bertemu dengan Meta dan menitipkan beberapa pesan untuk menjaga Lionel.
Meta terkekeh mendengar kecerewetan perempuan yang sudah ia anggap kakaknya ini. “Iya, iya kak Selen. Kau cerewet sekali, tentu aku akan menjaga Lionel dengan baik dan tidak memberi beberapa makanan yang Kak Selen larang.”
Selena menarik nafas lega, “Baiklah Meta, terimakasih sudah mau aku repotkan.” jawab Selena lalu melirik Lionel yang sedang berlari sambil tertawa-tawa bermain dengan Jack pacar Meta.
Meta menggeleng cepat, “Tidak repot sama sekali. Malah aku senang akhirnya setelah sekian lama kau mau menitipkan Lio di rumah ini Kak. Kakak tahu bukan? Aku begitu suka bermain dengan Lio? Dan selain itu Lio sangat akrab dengan Jack.”
Selena terkekeh, “Ya, sangat tahu. Maap jika kemarin-kemarin aku tidak membawa Lionel kesini.”
“Tidak masalah Kak. Aku tahu alasanmu tidak membawa Lionel kesini. Kau tenang saja, selain menjaga makanan Lio, akupun akan menjaga Lio dari mulut momy yang terkadang tidak bisa di rem itu.”
Selena dan Meta tertawa.
“Baiklah, aku harus segera pergi. Ada banyak hal yang harus aku bereskan di Apart.”
Meta mengangguk, “Hati-hati diperjalanan kak. Ucapkan salam ku pada kak Brian, aku tidak bisa menemuinya di depan.”
Selena mengangguk. Ia lalu berjalan ke arah Lionel dan memeluk anak itu sebelum pergi. Untungnya, Lionel tidak rewel sama sekali. Dia benar-benar menganggap bahwa kedatangannya ke rumah bibi Mera tidak lain karena untuk berlibur. Lio bahkan tidak bertanya apapun lagi selain menyuruh momynya itu untuk berhati-hati di perjalanan pulang dan jangan telat makan sesibuk apapun momynya bekerja.
Kini, Selena kembali bersama Brian yang mengantarnya ke apartemen.
“Kau yakin tidak ingin jalan-jalan sebentar sebelum pulang?.”
Selena mengangguk, “Yakin, aku ingin istirahat Brian. Kau, lanjutkan lah aktivitasmu yang sempat ku ganggu tadi.” jawab Selena sambil menyandarkan punggungnya di kursi jok mobil.
Brian mencebik, “Sudah tidak berselera.” jawabnya malas.
Setelah sampai, Selena hanya menyuruh Brian mengantarkannya sampai pekarangan apartemen saja. Selena menolak Brian yang ingin mengantarkannya sampai pintu apartemen.
“Kabari aku jika kau membutuhkan sesuatu.” ucap Brian akhirnya.
Selena kembali mengangguk, “Tentu. Terimakasih telah mengantarku.” jawab Selena lalu turun dari mobil Brian. Setelah Mobil Brian pergi, barulah Selena masuk ke dalam dan naik ke lantai 9 menuju apartemennya.
Saat baru saja pintu lift terbuka, Devon, pria tinggi dengan jas rapih nan mahal yang selalu membalut tubuhnya itu, ternyata sudah berdiri tepat di depan pintu lift, melipat kedua tangannya di depan dada, menunggu kepulangan Selena selama hampir satu jam.
Selena terkejut, tubuhnya terpaku. Bahkan lift yang sudah terbuka tidak membuat Selena cepat-cepat keluar dari sana.
“Hai, sayang.” ucap Devon, tersenyum manis sambil menarik tangan Selena keuar dari lift sebelum pintu lift itu kembali tertutup.
Selena yang masih terpaku menabrak dada bidang Devon saat pria itu menariknya dari lift. Devon tersenyum smirk, jarak tubuhnya dengan Selena kini sangat dekat membuat Selena kesusahan bernafas karena jantungnya kini berdegup kencang, dan sesuatu yang panas terasa mengalir di bawah sana. Devon tampak berbeda hari ini. Pria itu kembali dengan wajah yang lebih berseri dari kemarin. Terlihat berkali lipat lebih tampan dari biasanya yang sudah tampan.
“Kau tahu? Aku sangat merindukan wangi manis tubuhmu yang selalu memabukanku Selena.” ujar Devon berbisik di telinga Selena. Wajahnya kini turun, mengendus leher Selena yang sejak dulu menjadi candunya karena pusat tubuh Selena yang manis, sebagian berada di leher putih wanita itu.
Selena meremas jas Devon saat lidah Devon yang hangat terasa menyentuh permukaan kulitnya yang dingin.
“D-devon.” ucap Selena gugup.
“Syutt, ikuti saja. Aku tahu kau pun merindukan ku Selena. Jangan membohongi dirimu lagi.” jawab Devon. Ia sengaja menarik tubuh Selena lebih dekat dan menikmati wajah panik Selena saat ia makin dalam menyesap tengkuk Selena. Dapat Devon rasakan detak jantung Selena yang berdebar keras, juga matanya yang terpejam dengan jari-jari lentik miliknya yang makin mengerat kuat di jasnya.
Tak lama, masih dengan lidah Devon yang menyesap tengkuknya, Selena merasa ia harus menyudahi kegilaan ini mendengar sebagian dalam dirinya berkata untuk menjauh dan mendorong Devon, namun sebagian besarnya lagi memilih untuk tuli dan mengikuti apa yang Devon lakukan. Karena sungguh, Selena tidak dapat membohongi dirinya lagi bahwa dia memang sangat merindukan Devon. Termasuk, sentuhan pria itu.
kl ga egois mh ga mngkin dlu nkah sm kk'ny selena,sdngkn dia sndri pnya hbungn sm selena....trs skrng tba2 dtng,trs sok mrsa mmiliki selena lg...ga tau diri kn km devon???
trnyta ada yg lbh smbong dr devon,sialnya dia clon istri ktanya...
Kira2 devon bkln tkluk ga y???
udh mmpir nih...slm knl....
jd selena dlu pcaran sm devon???trs knp nkahnya sm bianca???