Kakak Iparku Adalah Ayah Anakku

Kakak Iparku Adalah Ayah Anakku

Aktivitas Pagi

"Sayang, pakai baju olahragamu dan jangan melepasnya sebelum mata pelajaran penjas selesai. Oke?." Selena kembali mengomel sambil berjalan dengan tangan kiri menuntun tangan Lio, sedang tangan kanannya sibuk menjejalkan roti isi selai coklat ke mulut anak itu.

Pagi hari yang sibuk.

Selena khawatir anak 6 tahun itu tak ingin mengenakan baju olahraganya lagi saat pelajaran penjas. Sebab minggu kemarin, Selena mendapat laporan jika Lionel tidak ingin memakai baju olahraganya dan malah ingin mengenakan seragamnya yang putih yang mengakibatkan seragam Lio kotor dan bau keringat saat kembali masuk ke kelas.

"Turuti perkataan Miss Laila. Pakai baju olahraga, ganti sepatu dengan sendal slip on saat masuk ke kelas, dan jangan duduk di atas meja saat—"

"Mom, awku kewnyang." potong Lio dengan mulut penuh. Rupanya, anak itu tidak mengindahkan omelan Selena. Padahal Selena sudah merasa mulutnya berbusa karena terus berkicau sedari tadi.

Selena menghela nafas, telunjuknya ia gerakkan ke kiri dan ke kanan sambil terus berjalan menyusuri lorong apartemen, "Tidak Lio, habiskan. Kamu tidak makan kemarin malam. Momy tidak ingin kamu sakit." jawab Selena sambil kembali memasukan roti ke dalam mulut Lio.

Lionel cemberut, anak dengan pipi bulat itu meraih tangan Selena dan mengambil roti itu untuk ia makan dengan tangannya sendiri.

Sambil menunggu Lio mengunyah, Selena merogoh ponselnya, mencari nama seseorang disana.

Ah, dapat.

Selena segera menkan tombol telepon. Tak butuh waktu lama bagi Selena untuk menunggu Brian mengangkat panggilan teleponnya.

"Halo? Brian?."

"Ya, ada apa?." Selena meringis setelah mendengar jawaban Brian, kentara sekali pria itu baru saja bangun dari tidurnya.

Selena lalu tersenyum, senyum yang memamerkan deretan gigi walaupun ia tahu Brian tidak bisa melihatnya. "Um.. apa kau sibuk?."

Seolah tau apa yang akan diminta Selena, Brian menghela nafas, mengusap wajah kantuknya dan segera bangkit dari tidurnya. "Jangan pura-pura bertanya, kau tau aku tidak akan pernah sibuk. Dan aku tahu apa mau mu Selena."

Selena terkikik, ia masuk ke dalam mobil dan memasang seatbelt di tubuh Lionel. "Terimakasih Brian temanku tersayang. Aku tidak tahu harus meminta tolong pada siapa jika bukan padamu. Siang ini di sekolah Lio. Aku tidak bisa menjemput Lio pulang karena harus bertemu bibi Mera."

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?."

Sebelum menjawab, Selena menoleh pada Lio. Memastikan Lio anteng dan tidak mendengar pembicaraannya. Dan syukurnya, Lio anteng dengan roti selai yang masih di tangannya, sedang matanya fokus menatap layar i-Pad membuka aplikasi game Avangers yang selalu dimainkannya.

"Avengers!" ucap anak itu bernada.

Selena mendekatkan ponselnya, lalu berkata dengan suara pelan. "Um.. kau tahu, beberapa hari ini aku mendapat kabar bibi Mera sedang sakit. Aku tidak bisa membawa Lio kesana karena jalanannya yang jauh dan Lio tidak pernah suka disana. Aku hanya mampir sebentar, setelah itu aku akan menjemput Lio lagi."

Brian menarik nafas, "Baiklah. Tapi apakah Lio tahu aku akan menjemputnya?."

"Tentu. Anak ku baik, dia tidak keberatan seorang lelaki jelek menjemputnya." ejek Selena, seketika mengabaikan fakta Brian yang akan membantunya.

Brian mengumpat, "Sial. Selena yang jelek dan tidak tahu diri." ejeknya balik, namun bukannya marah, Brian malah mendapat tawa dari Selena. Karena bisa Selena bayangkan, se-datar apa ekspresi Brian saat ini.

"Oh ya, jangan sembarangan memberi Lio makan. Kau tahu Lio harus makan makanan yang berprotein dan bergizi. Di apartemen ada sayur yang sudah aku siapkan untuk Lio. Kau makan lah bersama Lio nanti. Jangan coba-coba memberi Lio ice dan permen tanpa sepengetahuan ku. Mengerti Brian?." ujar Selena memperingati. Ia akan mendadak cerewet jika menyangkut makanan yang harus di makan Lio. Ia harus memastikan asupan terbaik untuk anaknya.

Brian mengangguk, "Hm." mengiyakan saja biar cepat. Namun jauh dari itu, tentu Brian akan memberikan kedua makanan itu dengan sembunyi-sembunyi pada Lio.

"Sudah bicaranya? kau mengganggu waktu tidurku. Cepat matikan, aku ingin melanjutkan tidurku." ujar Brian kemudian.

"Baiklah, baiklah, akan ku matikan. Tapi sekali lagi ingat, jangan beri Lio permen dan ice cream, oke?."

Brian berdesis, "Baiklah cerewet." jawabnya, lalu sambungan telepon terputus.

"Sayang, nanti siang om Brian yang akan jemput kamu ya. Jangan nakal dan nurut sama om Brian, Momy ada urusan sebentar." ucap Selena memberitahu. Kini ia telah sampai di sekolah Lionel. Taman kanak-kanak yang cukup terkenal di New York.

Lio hanya mengangguk, sibuk dengan robot ditangannya tanpa bertanya apapun lagi pada sang Ibu. Lio sebenarnya mempunyai kepribadian yang acuh tidak acuh. Tahunya hanya makan dan bermain saja. Namun Selena senang karena walau ia membesarkan Lionel sendirian, Lio tetap tumbuh sesuai pada kadar umurnya, layaknya anak berusia 6 tahun pada umumnya. Karena dari beberapa kasus yang Selena dengar, katanya anak yang di besarkan tanpa dampingan lengkap dari kedua orang tua akan tumbuh menjadi anak yang lebih dewasa daripada umurnya. Itu yang selalu Selena takutkan sedari dulu. Namun syukurnya, Lionel tumbuh sehat dan baik sesuai keinginannya.

"Baiklah, pulang dari urusan Momy nanti, Lio ingin Momy bawakan sesuatu?." tanya Selena saat ia sampai di depan pintu kelas Lio. Beberapa temannya sudah menunggunya di dalam.

Lionel mengangguk antusias, "Mau! Lio ingin ice cream Mom."

"Ice cream?." Selena sedikit keberatan, pasalnya baru saja kemarin Lio makan ice cream dan hari ini bukan jadwal Lio makan ice cream lagi. Namun melihat Lio yang menatapnya penuh harap membuat Selena mau tidak mau menuruti keinginannya.

"Baiklah, untuk hari ini momy akan berbaik hari pada Lio. Nanti momy bawakan ice cream coklat kesukaan Lio. Sekarang Lio masuk ke dalam dan jangan lupa om Brian yang akan menjemput Lio jam sepuluh nanti. Oke?."

"Oke Mom." jawab Lio lalu masuk ke dalam setelah mencium pipi Selena.

Setelah memastikan Lionel baik-baik saja dan bergabung bersama temen-temannya, barulah Selena pergi dan melajukan mobilnya kembi ke arah utara dimana rumah bibi Mera berada.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!