Bangkitnya Mata Dewa

Bab 9 Jika Kamu Ingin Bertarung, Ayo Majulah!

“Yin Pou, cepat hadang dia gunakan gerakan tanah kamu!” seru pemuda yang memiliki nama Jin Wushuang.

“Hmm.” Yin Pou mengangguk dan berteriak, “Dinding Douja Empat pintu!”

Empat pintu setidaknya Yin Pou bisa memunculkan dinding tangah setebal satu meter dengan ketinggian dua meter. Tentunya jika pemahaman semakin tinggi Yin Pou, maka semakin kuat jurus itu. Tapi dengan Douja Empat pintu, itu sudah cukup lah bagi Yin Pou.

Setidaknya bisa menahan monster kelas rendah. Tetapi, peremisnya yang sekarang dihadapi bukan monster rendah, tapi monster macan tutul yang memiliki Batu Roh biru.

Jika kamu mendapatkan batu monster itu, maka kamu akan kaya dan kamu juga akan mendapatkan peningkatan yang cepat daripada orang lain.

Karena inilah, memiliki sumberdaya yang banyak juga keuntungan bagi para pendekar. Hanya saja mereka semua sudah kehabisan kringiat maupun energi. Mereka ingin sekali menyerah, tapi situasi tidak diijinkan.

Dibanding ingin melarikan diri, rasa haus serakah akibat ingin memiliki batu biru, jauh lebih besar.

Bom!

Yin Pou sudah memunculkan benteng dan macan tutul tersebut semakin marah, karena dia merasa bahwa macan tutul pasangannya sudah mati dan dia ingin bergegas untuk membunuh orang yang sudah membinasakan pasangannya.

Tetapi, tidak disangka setelah tiga puluh meter hampir sampai dan menyelamatkan pasangannya, macan tutul itu dicegat oleh beberapa murid.

Akhirnya Kamu tidak bisa menyelamatkan pasangannya!

Dengan kemarahan yang besar, empat cakar menggaruk dinding itu dan sekali dua kali melompat untuk melewati dinding itu, tetapi orang yang memiliki nama Lou Ying menggunakan sebuah bilah angin.

Bilah angin yang seperti pedang memungkinkan melukai macan tutul itu. Karena inilah macan itu hanya mengandalkan kemampuan cakarnya.

Roar!

Cakar itu berkilat tajam, dan memunculkan cahaya dingin yang sangat menakutkan langsung menembus dinding yang dihasilkan oleh Yin Pou.

”Apa ..., saudara Jin. Aku tidak kuat lagi. Ahh ...." Suaranya tersendat dan Yin Pou ditampar menggunakan cakar yang sangat tajam langsung melesat ke samping kanan dan menyemburkan cairan darah setelah tubuhnya menghantam pohon.

Macan itu masih meraung-raung, tapi yang membuat aneh mereka adalah, macan tersebut tidak mengincar mereka semua. Tapi melompat ke sebuah semak dengan pembunuhan sangat kejam.

“Bajingan sialan!” Mau tak mau, Bai Xiaochun langsung mengumpat dalam hati langsung berdiri dan menggunakan tinju Harimau yang Mengamuk.

Untung saja, Bai Xiaochun sudah menyerap beberapa batu monster Biru yang dia hasilkan dari membunuh macan tutul. Kalau tidak, dengan kekuatan yang tadi akan sulit untuk menghadapinya untuk kedua kali.

Bang!

Tinju itu meraung seperti singa kelaparan. Tapi Bai Xiaochun merasakan rasa kebas di tangan itu. Macan tutul setelah terkena tinju Bai Xiaochun, seketika sempoyongan dan menggelengkan kepalanya beberapa kali dengan cepat.

Mbeee!

Macan tutul ini sangat marah, dia mencium bau darah pasangannya sehingga menatap Bai Xiaochun dengan tatapannya sangat membunuh. melupakan rasa sakit akibat ditinju oleh Bai Xiaochun, dia melompat langsung menerkamnya.

Bang!

Bai Xiaochun mengatupkan giginya sambil mencegat mulut macan tutul itu menggunakan tangan kirinya agar kepala sendiri tidak digigit olehnya.

Tangan kirinya memegang kepala macan tutul, sementara itu tangan kanannya langsung memukul dengan tinju Harimau yang Mengaum!

Bang!

“Untuk menjadi yang terkuat, aku harus bekerja keras daripada orang lain, Dewa menghargai orang-orang yang bekerja keras, maka dari itu aku harus bekerja keras agar bisa menggapai langit!”

Belati dengan kesempurnaan 60% muncul begitu saja di udara tipis. Ayunkan tangannya, langsung menusuk ke leher Macan tutul, begitu macan tutul terkena serangan belati, dia meringis kesakitan!

Hanya tiga tusukan, Macan tersebut tergulai tak bernyawa. Tentu saja macan ini sudah menjadi kepemilikan Bai Xiaochun, dia kan yang membunuh.

Sementara itu, Jin Wushuang dan dua lainnya terkejut dan setelah melihat macan tutul yang mereka incar mati, langsung bahagia.

Jika macan tutul mati, tentu saja batu berkualitas bagus itu akan menjadi miliknya.

“Hahaha, akhirnya macan tutul itu mati kita harus mengambil batu roh tersebut,” kata Yin Pou dengan tersenyum gembira langsung melirik Bai Xiaochun.

“Oi, lebih baik kamu menyingkir lah, jangan salahkan kami jika bersikap kasar!” Yin Pou menatap Bai Xiaochun yang sedang berjongkok dengan ganas.

Bai Xiaochun seketika menyipitkan matanya. Bukankah kamu yang membunuh macan tutul ini, Kenapa orang lain yang ingin mengambilnya?

Jika seperti itu, tentu saja Bai Xiaochun rugi dong!

“Macan tutul ini yang membunuh aku, bukan kalian. lantas kenapa aku harus mengalah?” Bai Xiaochun setelah menjatuhkan kata-katanya langsung mengabaikan mereka.

“Kamu ... kamu kan Bai Xiaochun sampah itu ....” Jin Wushuang akhirnya mengetahui bahwa pemuda yang membunuh macan tutul, adalah murid sampah yang tidak bisa mengikat seekor ayam, tidak bisa menjaga kekasihnya untuk diambil oleh orang lain.

Karakter seperti ini, memang sampah!

Bai Xiaochun tersenyum lembut, “Apa kamu kaget bahwa aku tidak mati?”

”Tentu saja kita bertiga kaget karena sampah sepertimu bisa bertahan hidup sampai sekarang. Sekarang aku tidak ingin berbasa-basi, lebih baik kamu menyingkir lah biarkan aku yang mengambil batu biru itu!” Jin Wushuang langsung melangkah maju sambil tersenyum menyeramkan.

Tepat Jin Wushuang ingin menampar tangan kanannya Bai Xiaochun, Bai Xiaochun seketika langsung menjadi dingin dan menggunakan pelatih yang tajam untuk menyerang wajah Jin Wushuang.

Belati itu tidak memiliki mata, maka dengan ketajaman yang meyakinkan, langsung mengenai wajah Jin Wushuang dan mata kanannya juga terluka.

“Ahhh mataku!” Jin Wushuang menjerit dan mundur sekitar lima langkah sambil menatap Bai Xiaochun.

“Saudara jin!”

Dua orang yang tidak lain temanya Jin Wushuang mendekati dan mengamati bahwa mata Jin Wushuang bagian kanan sudah rusak.

Alhasil, Yin Pou sangat marah, dan bersungut-sungut, “Kamu Sampai, ingin mati!”

Bai Xiaochun juga membalas, “Jika kamu ingin bertarung, ayo maju!”