Suamiku Ternyata Bos Besar

“maya, tidak menyangka kamu juga hadir di pesta perkenalan sepupuku!” dia tersenyum tipis, tampak seperti seorang kesatria yang anggun.

maya sudah menduga akan bertemu dengan pemimpin besar ini di sini, ia menyapa dengan ekspresi biasa. “Tuan, saya datang menemani teman saya.”

Ayah rena memandang rena dengan senyuman. “Oh, jadi maya adalah temanmu,rena.”

“Betul sekali! Kami sudah berteman sejak lama,” balas rena sambil merangkul lengan Maya. “maya, kamu tidak tahu, aku punya sepupu, yang menikah dengan paman pimpinan prusahaan.”

“Jadi, kalian ada hubungan keluarga!” Maya baru menyadari, betapa kecilnya Bandung!

Atau lebih tepatnya, lingkaran elit di Bandung ini sangat kecil, hubungan antar mereka saling terjalin, dan siapa pun yang ditemui pasti memiliki keterkaitan dengan rena.

“paman, sahabatku maya bekerja di perusahaanmu, jadi kamu harus menjaga dia dengan baik. Dia sangat berbakat dan memiliki pandangan yang tajam. Perusahaan desain pakaianku juga dirancang bersamanya, semua ide-ide proyek datang darinya,” tambah Rena dengan bangga.

“Wah, begitu hebat, bahkan dalam desain pakaian pun punya kemampuan. Maka saya pasti akan menjaga maya dengan baik, saya masih menunggu dia untuk membawa saya meraih kesuksesan,” paman menjawab seraya tersenyum.

“tuan, kapan kita mulai wawancara?” ana yang tidak suka melihat pimpinana prusahaan terus berbicara dengan mereka, segera menyela dengan senyuman.

Pimpinan prusahaan menjawab, “Sekarang sepertinya sudah bisa. Kamu bisa pergi mencari nenekku, adikku ada di sana bersamanya.”

“Kalau begitu, saya pergi dulu.” Ana melirik Maya dengan tatapan dingin sebelum melangkah pergi, mengangkat gaunnya yang anggun.

Rena tertawa sinis, “Jurnalis ana pasti memiliki bisnis kantong plastik yang sangat terkenal di keluarganya.”

rena tampak bingung. “Keluarga Ana adalah keluarga terpelajar, tidak menjalankan bisnis seperti itu, kan?”

“Aku maksudkan, dia sangat berpura-pura,” Rena merasa perlu menjelaskan. “rena,sepertinya kamu tidak mengikuti perkembangan zaman ya?”

“Oh, belakangan ini saya sibuk, jadi tidak terlalu mengikuti gosip. Lalu, bagaimana kamu bisa terlibat masalah dengan dia?” tanya rena.

Maya melirik Rena, yang kemudian menjelaskan kepada pimpinan prusahaan, “Hanya sedikit salah paham di masa lalu, urusan wanita, sebaiknya tidak perlu kamu campuri, Tuan.”

“Baiklah, jika kalian tidak ingin membahasnya, saya tidak akan memaksa. Apakah kalian ingin mencicipi kue kecil? Semua dibuat oleh koki kelas negara,” tawar presdir.

Ketiga wanita itu kompak menggelengkan kepala. “Kue terlalu tinggi kalorinya.”

presdir menghela napas dalam-dalam. “Kalian ini para gadis, sudah ramping seperti bambu, masih saja diet.”

“presdir, lebih baik kamu pergi melayani tamu lainnya. Saya akan mengurus teman-temanku, tidak perlu repot-repot,” Rena menjawab sambil tersenyum.

ia mengangguk, sebenarnya sudah ada orang lain yang menunggu untuk berbicara dengannya, ia tidak ingin pergi tetapi terpaksa harus melakukannya.

Rena merasa lega. “presdir sih, terlihat baik-baik saja, hanya saja dalam hal hubungan tampaknya agak playboy, berganti pacar seperti mengganti baju.”

Tidak terlihat begitu, dia kan sangat tampan,” Reni menambahkan, mengingat wajah presdir dan berniat untuk memasukkannya ke dalam karakter pria kedua yang genit dalam novel yang sedang ditulisnya.

Rena mengira sahabatnya terperangkap, lalu menepuk bahunya sebagai peringatan. “Apakah seorang pria tampan bisa berganti pacar sebanyak itu? Pria brengsek biasanya memiliki wajah yang tampan. Ada juga anak orang kaya yang tidak begitu menarik, namun dia playboy. Untuk mengejar seorang gadis, dia bahkan rela pergi ke luar negeri selama setengah tahun untuk merubah penampilannya.”

“Wow, aneh sekali,” Maya terkejut. “Dengan uang sebanyak itu, masih mau menyakiti diri sendiri, sungguh tidak bisa dimengerti.”

“Keinginan manusia memang tak terbatas, seringkali apa yang dimiliki dianggap biasa, sedangkan yang tidak dimiliki menjadi tujuan seumur hidup. Oh! Presiden andi Group memiliki hubungan baik dengan keluarga presdirku. maya, kamu akan memiliki kesempatan untuk bertemu atasan suamimu.”

Maya mengedipkan matanya. “Kamu bilang, presiden andi Group juga hadir di pesta ini?”

“Betul!”

Dengan demikian, suaminya juga ada di sini?

Maya kembali terperangah, menyadari betapa kecilnya Bandung, hingga pasangan suami istri ini bisa bertemu di acara yang sama.

Memikirkan ekspresi terkejut andi saat melihatnya nanti, Maya tidak bisa menahan diri untuk tidak mencari sosok tersebut di kerumunan.

Rena yang melihat kegugupan sahabatnya bertanya, “maya, dulu kamu tidak terlalu bersemangat saat bertemu kepala sekolah, mengapa sekarang ketika bertemu atasan suamimu, kamu terlihat sangat bersemangat? Apakah kamu jatuh cinta? Jangan-jangan kamu berencana untuk menjilat atasan suamimu di depan umum untuk mempercepat kariernya?”

“Apakah kamu pikir aku punya kemampuan seperti itu? Presiden andi Group adalah orang terkaya di Bandung, sedangkan aku siapa? Suamiku hanya menemani presiden hari ini untuk menghadiri pesta.”

“Wow, betapa kebetulan!” Reni tersenyum penuh makna. “Tidak heran, mata kamu terlihat bersinar seperti lampu neon, kamu pasti sangat ingin bertemu suamimu, ya?”

“Ya,” Maya mengakui tanpa ragu, mengapa harus malu mengakui suaminya?

“Kalau begitu, saya juga penasaran ingin melihat wajah asli dari orang terkaya di sini,” Reni berkata, meski sebenarnya tidak terlalu berharap.

“Baiklah, aku akan membawamu untuk melihatnya. Biasanya, presiden andi Group tidak akan muncul di acara seperti ini; dia mungkin langsung menuju Nyonya presdir, lalu pergi.”

Rena membawa mereka menjauh dari tempat pesta menuju ruang istirahat di belakang panggung.

Sementara itu, Andi dan tunangan rena telah bertemu dengan Nyonya presdir. Mereka menyerahkan hadiah dan berbincang sejenak sebelum bersiap untuk pergi.

Nyonya presdir menggenggam tangan Andi dan berkata, “Anakku, seandainya cucuku tidak sudah terikat dengan orang lain sebelum dia ditemukan, dia bisa saja menjadi istrimu.”

Si bungsu dari keluarganya, sejak kecil sudah dijodohkan dengan Andi.

Namun, Andi tidak terlalu memikirkan hal itu. Ia percaya bahwa masa depannya dalam hal pernikahan harus ditentukan oleh dirinya sendiri.

“Nyonya, saya sudah menikah. Saya memiliki seorang istri yang sangat lucu, dan saya berharap Nona rena juga bisa bahagia.”

 Ah? Kamu sudah menikah? Siapa yang kamu nikahi? Apakah dia datang bersamamu?”

“Tidak hari ini, tetapi saya akan membawanya di lain waktu.”

“Baik, saya menunggu kedatanganmu. Saya ingin memberikan amplop merah yang besar untuknya.”

Setelah keluar dari ruangan Nyonya presdir,asisten baru membuka suara. “Tuan andi, istri Anda juga hadir di acara ini.”

Sinar di mata Andi berkilau. “Dia datang bersama Nona rena, bukan?”

asisten mengangguk. “Benar.”

Tak disangka, dalam sekejap, mereka melihat tiga wanita mendekat ke arah mereka.

“Eh, kenapa hanya kalian?” Rena melihat ke belakang kedua pria itu. “Apakah presiden andi Group tidak hadir?”

Andi membersihkan tenggorokannya. “Presdir sudah pergi.”

Setelah mengucapkan itu, dia mendekati Maya, secara alami melingkarkan lengannya di pinggangnya, suaranya lembut. “Sayang, tak disangka kita menghadiri acara yang sama. Saya pikir kamu dan Nona rena pergi ke pertemuan sosial para wanita kaya.”

“Maya tidak suka menghadiri acara-acara sosial seperti itu. Aku hanya datang untuk mendengar gosip,” Rena menjawab sambil melirik tangan Andi yang melingkar di pinggang Maya dengan rasa iri.

Melihat tunangannya yang tidak berguna itu, Rena menghela napas. “Ah! Kalian semua sudah bertemu suami kalian, sementara aku tidak bisa bertemu orang yang ingin kutemui.”

Andi menanggapi, “Nona reni, siapa yang ingin kamu temui? Mungkin saya bisa membantu?”

“Eh, saya ingin bertemu dengan presdir Anda!” Reni menjawab dengan nada mengharapkan.

“Ck! Kamu ingin bertemu presdir kami? Kenapa?” Andi hampir tersedak oleh kata-katanya sendiri.

Mengapa Reni tiba-tiba ingin bertemu dengannya? Apakah ada sesuatu di balik ini?

Saat itu, jantung Andi berdebar. Ia khawatir jika Nona reni ini terjerat perasaan tertentu yang bisa mempengaruhi persahabatan istrinya.

“Oh, saya hanya ingin melihat seperti apa orang terkaya di Bandung dalam kehidupan nyata. Tuan andi, apakah presdir kalian tampan? Usianya berapa? Apakah dia berusia empat puluhan? Atau lima puluhan? Apakah dia botak? Apakah dia memiliki perut buncit?”

Dengan setiap pertanyaan yang dilontarkan Reni, Andi merasakan ketegangan yang semakin meningkat.