Lintang yang baru pulang ke kampung halamannya setelah 2 tahun merantau ke kota menjadi baby sitter merasakan kampungnya sangat mencekam. Ia melihat sosok mahluk menyeramkan saat Maghrib karena tidak percaya dengan cerita Doni bahwa kampungnya sedang terjadi teror oleh hantu Seruni.
Siapa Seruni sebenarnya, mengapa ia meneror warga kampung Sedap Malam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Lintang masuk ke dalam bilik kamar mandi dan buru-buru mandi. Ia meletakkan pakaian dan handuk diatas bibir sumur lalu bergegas untuk mandi.
"Don!" triak Lintang dari dalam kamar mandi.
"Hmm." sahut Doni yang berjongkok membelakangi pintu kamar mandi dengan mata terpejam. Ia sangat mengantuk sekali sehingga menunggu Lintang dengan memejamkan mata.
"Jangan pergi ya!" ucap Lintang lagi.
"Hmm, buruan jangan kelamaan, aku ngantuk." sahut Doni.
"Iya, ini masih ganti baju." setelah selesai memakai baju Lintang keluar dan melihat Doni sedang berjongkok di depan pintu kamar mandi.
"Don, kamu tidur ya." tanya Lintang dengan memegang bahu Doni. Doni menolehkan kepalanya dan berdiri.
"Sudah, yuk. Aku mau tidur dulu ya. Nanti jam 9 kau bangunkan aku." ucap Doni dengan berjalan menuju kedalam rumah. Lintang mengikuti dari belakang dan menutup kembali pintu belakang tak lupa menguncinya.
Lintang bosan menunggu Doni tidur, untuk bermain ponsel pun tidak ada yang bisa ia lakukan karena sinyal internet di kampungnya sangat jarang muncul. Ia harus menuju ke bukit yang berada di belakang kelurahan untuk bisa mendapatkan sinyal jaringan.
Lintang menuju kedapur untuk mencari bahan masakan yang bisa ia masak. lintang membuka lemari penyimpanan yang di dalamnya terdapat beras bumbu instan dan beberapa bungkus mi instan serta telur.
Lintang menghela nafasnya kasar dan kembali menutup lemari penyimpanan itu.
"apa selama disini dia hanya makan itu saja?" gumam Lintang lalu memutuskan untuk keluar. ia ingin ke sungai yang berada di belakang rumah Doni. Ia sempat melihat anak-anak menangkap ikan di sungai itu, disana ada beberapa anak-anak yang sedang mandi dan mencari ikan.
"Hei, kakak boleh tidak beli ikan mu yang paling besar." ucap Lintang pada anak-anak itu. Mereka semua antusias dan membolehkan Lintang untuk membeli ikan mereka yang paling besar.
"Kak Lintang baru pulang ya?" tanya salah seorang anak yang bernama adit. Adit adalah anak tetangga yang rumahnya beberapa meter dari rumah Lintang.
"iya, Bapak sama ibu lagi pergi ke kampung sebelah, jadi kakak menumpang sementara di rumah itu. nanti siang baru kakak pulang." kata Lintang dengan menunjuk rumah Doni.
"Itu kan rumah mas Doni." kata anak itu lagi. Lintang tersenyum dan mengangguk.
"Iya, kakak menumpang sampai nanti ibu sama bapak pulang. Ya sudah ini uang ikan nya. Kakak kesana dulu ya." Lintang menyerahkan selembar uang berwarna biru pada anak tersebut dan kembali ke rumah.
Ia mulai memasak ikan yang ia beli, ukuran ikan itu lumayan besar ia membuat ikan bakar dan sambal terasi dengan bahan yang ia dapatkan dari belakang rumah Doni, disana sangat banyak cabai dan tomat yang bisa ia ambil beberapa untuk bahan membuat sambal. Lintang juga memetik daun bayam liar yang akan ia rebus sebagai menu pelengkap. Sekitar pukul 9 masakan Lintang sudah siap.
Doni yang baru bangun tidur merasa heran karena melihat kepulan asap yang muncul dari arah dapur, ia berjalan menuju dapur dan melihat Lintang sedang meniup niup tungku api sampai terbatuk-batuk.
Ia tersenyum memandangi Lintang yang terlihat kesulitan menghidupkan api.
"kamu ngapain sih? Mau bikin rumah ku kebakaran ya?" Mendengar suara bariton milik Doni Lintang langsung menoleh.
"Aaah, maaf ya. Aku cuma mau masak nasi. Tadi aku masak ikan goreng dan lainnya. Tapi lupa masak nasi, ini mau idupin apinya lagi susah karena tadi udah terlanjur aku siram pake air tungkunya." ucap Lintang dengan wajah tertunduk.
Doni tersenyum dan berjalan mendekati Lintang, ia melihat ada ikan goreng yang cukup besar sambal dan bayam rebus diatas meja makan.
"sini biar aku saja." Doni mengambil alih tugas memasak nasi. Ia memindahkan tumpukan batu bata ke sebelah dan mulai menyusun kembali kayu yang akan digunakan untuk memasak setelah itu menghidupkan apinya.
"Iya juga, kenapa aku nggak kepikiran untuk mindahin batu bata nya." Gumam Lintang pelan namun masih terdengar oleh Doni.
"kamu dapat ikan dari mana?" tanya Doni setelah meletakkan Periuk diatas tungku.
"emm, itu di sungai belakang ada anak-anak lagi pada cari ikan, ya udah aku beli aja 1 yang besar. Ini cabe dan bayam liar aku petik dari belakang rumah kamu. Aku nggak tau itu milik siapa tapi aku ingin ya aku petik saja." jawab Lintang dan ikut berjongkok di sebelah Doni.
Doni tersenyum mendengar jawaban Lintang."Kamu lapar ya?" tanya Doni dengan bibir tersenyum manis menatap Lintang.
"nggak sih, tapi aku nggak mau aja kamu makan mi instan terus." jawab Lintang dengan menggaruk tengkuknya, ia merasa canggung di tatap Doni intens.
"Aku nggak selalu ada disini, makanya hanya nyetok mi instan, lagi pula kadang bapak mu sering mengajakku untuk makan di rumahmu, masakan ibumu sangat enak hingga aku tidak pernah menolaknya." Mendengar jawaban Doni Lintang langsung mengalihkan wajahnya kearah Doni.
"benarkah, sedekat apa hubungan mu dengan orang tuaku?" tanya Lintang penasaran.
"sudah seperti mertua dan menantu." jawab Doni terkekeh.
Lintang mengalihkan kembali wajahnya kearah lain, ia merasa tidak nyaman dengan tatapan Doni. Entah apa yang ia rasakan pada Doni saat ini, jantungnya berdegup kencang ketika mendengar jawaban Doni tersebut.
.
Setelah selesai makan siang bersama, Doni dan Lintang memutuskan untuk menuju rumah orang tua lintang. Mereka kesana dengan menggunakan motor milik Doni.
Saat di jalan mereka bertemu dengan para tetangga yang mengenal lintang. Tapi Doni sama sekali tidak perduli apa pandangan mereka terhadap dirinya dan Lintang.
Sesampainya di depan rumah, Lintang langsung turun dari motor dan berlari menuju rumahnya yang pintunya sudah terbuka.
Doni juga ikut turun menuju rumah itu. "Bapak,ibu, Lintang pulang!" triak Lintang sambil berlari. Doni tersenyum gemas melihat tingkah Lintang. Tak lama kemudian terlihat 2 orang paruh baya keluar dari dalam rumah.
"Lintang ya Allah, ini beneran kamu nduk?" ucap wanita itu dan memeluk Lintang.
"iya lah buk, memangnya siapa lagi." sahut Lintang dengan tersenyum bahagia.
"Kok kamu bisa bareng Doni nduk?" tanya Surya karena heran melihat kedatangan anaknya dan Doni yang bersamaan.
"Sebenarnya Lintang udah pulang 2 hari yang lalu pak, bapak ingat 2 hari yang lalu aku pulang dari sini sore-sore. Di jalan aku bertemu dengan Lintang. Tapi saat itu suasana tidak memungkinkan untukku mengantarkan Lintang. Jadi aku meminta Lintang untuk menginap di rumahku. Maaf ya pak buk jika aku lancang mengajak Lintang menginap, tapi aku berani bersumpah tidak melakukan apapun pada Lintang." kata Doni menjelaskan.
"Sini sini, kita masuk dulu ya. Ngobrol nya di dalam aja." ajak Darmi pada mereka agar lebih nyaman untuk mengobrol.
"bener buk, pak. Waktu itu Lintang sampe kampung sekitar jam 5, waktu itu Lintang heran karena nggak lihat satupun warga. Tiba-tiba ketemu sama Doni, sebenernya Lintang maksa untuk pulang, tapi malah di depan rumah Doni ada hantu hiiie serem banget lagi. Jadi Lintang percaya deh sama cerita nya Doni. Akhirnya Lintang nginep dirumah Doni. pas besok paginya kesini, ibu sama bapak udah pergi. Ya udah, mau nggak mau Lintang ngerepotin Doni lagi hehehe." Jelas Lintang. Ia tidak ingin membuat Doni jelek Dimata kedua orang tuanya. Karena biar bagaimanapun jika tidak bertemu Doni, mungkin saat ini dirinya sudah menjadi mayat seperti Sulis.