JANGAN KELUAR MAGRIB
Pagi ini Lintang akan pulang ke kampungnnya setelah 2 tahun tidak pulang karena bekerja sebagai baby sitter di jakarta, hari ini ia memutuskan untuk pulang kampung karena sudah habis masa kontraknya.
Setelah lulus sekolah, Lintang memutuskan untuk bekerja dan uang nya ia tabung untuk ia gunakan mendaftar kuliah. Orang tuanya bukan orang berada jadi untuk kuliah Lintang memutuskan mencari uang sendiri.
Setelah perjalanan berjam-jam menuju kampung halamannya, akhirnya Lintang sampai di gapura yang bertuliskan “selamat datang di kampung Sedap Malam”. Lintang melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul 5 sore.
Ia tersenyum menatap gapura tanah kelahirannya, ia sudah tidak sabar bertemu dengan kedua orang tuanya. Lintang menyusuri jalan setapak untuk menuju rumahnya. Ada yang berbeda di kampungnya saat ini ketika ia baru memasuki gapura, ia merasakan suasana yang amat dingin dan mencekam.
“Ini baru pukul 5, kemana semua orang. Kenapa aku sama sekali tidak melihat orang berlalu lalang disini.” Gumam Lintang pelan, ia celingukan kesana kemari berharap bertemu dengan salah satu tetangganya. Namun sampai ia berjalan lima ratus meter Lintang tak juga bertemu dengan satu orang pun.
Untuk menuju rumahnya, masih harus berjalan sekitar dua ratus meter lagi. Di kampungnya memang masih sangat minim kendaraan bermotor, hanya lurah saja yang memiliki motor, dan ada satu mobil Van di kantor lurah yang biasa di gunakan untuk keperluan warga menuju rumah sakit jika ada warga yang sakit.
“Sebenarnya kemana semua orang, ini baru pukul lima lewat kenapa sangat sepi.” Lintang bermonolog dengan menenteng tas berisi pakaian miliknya. Cuaca sudah mulai gelap meskipun hari baru jam 5 lewat 15 menit, terpaan angin menerbangkan rambutnya dan membuat bulu kuduk Lintang merinding.
Karena tak ingin berpikir macam-macam, Lintang memutuskan untuk berjalan dengan sedikit berlari menuju rumah nya. Saat sedang berjalan Lintang di kejutkan dengan kedatangan seorang pria yang berjalan kearah nya. Pria jangkung dengan pakaian serba hitam menghampirinya dan tersenyum.
“Hei, berani sekali kau berada diluar rumah jam segini!” ucap pria tersebut dan membuat Lintang merasa heran.
“Apa maksudmu bicara seperti itu? Aku baru pulang dari kota, dan kemana semua orang?” tanya Lintang pada pria itu.
“Owh, jadi kau baru pulang dari kota, sepertinya kau tidak tau mengenai hal yang terjadi di kampung ini ya?” Lintang menggelengkan kepalanya, ia semakin dibuat penasaran oleh apa yang terjadi di kampungnya. “Memangnya apa yang terjadi?” tanya Lintang.
“Begini, di kampung ini saat ini sedang tidak aman karena, ,”
Wuuuussshhh.
Wuuusshhhhh
Wuuusshhhhh.
Saat pria itu akan menjelaskan, tiba-tiba angin berhembus sangat kencang dan mengeluarkan bau bangkai hingga membuat Lintang ingin muntah, sesaat kemudian tercium aroma melati yang sangat menusuk hidung.
Pemuda itu menarik tangan Lintang dan membawanya masuk ke salah satu rumah.
“Hei, apa-apaan kau ini!” Triak Lintang dan melepaskan tangannya dengan kasar.
“Maaf, aku akan menjelaskannya nanti. Sekarang kita bersembunyi dulu di rumahku.” Ucap pria itu dan mengunci pintu rumahnya juga menutup semua gorden jendela.
Lintang sangat penasaran dengan apa yang terjadi, banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya.
“Kau duduk dulu ya, aku ambilkan minum dulu.” Pria itu membawa Lintang untuk duduk di kursi dan menuju ke dapur untuk mengambil minum.
Lintang melihat kondisi rumah yang terbuat dari bilik bambu dan lantai tanah tersebut, tidak memilki pajangan apapun hanya sebuah lukisan seorang wanita cantik berambut panjang yang tengah hamil besar sedang duduk di atas buaian dengan senyum mengembang.
“Ini, diminum dulu airnya.” Ucap pria itu yang tiba-tiba sudah kembali dan meletakkan segelas air putih diatas meja bambu.
Lintang mengambil segelas air putih itu dan menenggaknya hingga tandas.
“Terimakasih!” ucap Lintang.
Pria itu duduk di kursi bambu sebelah Lintang. Ia tersenyum memandangi Lintang. “Sebenarnya kau ini mau kemana?” tanya pria tersebut.
“Emm, aku ingin pulang ke rumah orang tuaku.”
“Siapa orang tuamu? Mana tau aku kenal!”
“Pak Surya dan Bu Darmi.” Jawab Lintang.
Mendengar jawaban Lintang pria itu tersenyum dan mengangguk.
“Kau mengenalnya?” Tanya Lintang penasaran.
“Ya,” Jawab pria itu mengubah posisinya menjadi condong kehadapan Lintang. Lintang tersenyum senang mendengar jawaban pria itu.
“Aku baru saja pulang dari rumah orang tuamu.” Jawabnya lagi.
“Benarkah, kalau begitu antarkan aku pulang ke rumah orang tuaku, aku sangat rindu pada mereka.” Pinta Lintang sembari berdiri dan mengambil tasnya. Pria itu tersenyum dan menyandarkan tubuhnya dikursi.
“Tidak bisa, lebih baik malam ini kau menginap di rumahku.” Ucapnya santai. Mendengar jawaban pria itu Lintang sangat kesal.
“Mana boleh, aku tidak ingin di grebek karena menginap di rumah seorang pria.”
“Ha ha ha, mana mungkin warga berani keluar rumah untuk menggerebek kita, sebelum mereka menggerebek kita, mereka akan terlebih dahulu bertemu dengan Seruni dan menjadi korban selanjutnya.” Jawab pria itu.
Mendengar penjelasan pria itu, Lintang kembali duduk dan meminta penjelasan.
“Apa maksud perkataan mu itu, coba jelaskan padaku.” Ucap Lintang dengan nada tegas. Pria itu menarik sebelah sudut bibirnya.
“Baiklah, aku akan menjelaskan. Tapi sebelumnya kita kenalan dulu. Siapa namamu?” pria itu mengulurkan tangannya pada Lintang. Lintang menerima uluran tangan pria itu. “Lintang.” Jawab Lintang singkat lalu kembali menarik tangannya namun pria itu menahannya. “Kau tidak ingin tau siapa namaku?” tanya pria itu.
Lintang menghela nafasnya kasar. “Baiklah, siapa namamu?” tanya Lintang dengan nada ketus.
“Panggil aku Doni.” Ucapnya lalu melepaskan tangan Lintang.
“Jadi, tolong jelaskan sekarang apa yang terjadi pada kampung ini?” desak Lintang. Doni mengubah posisi duduknya menjadi tegap dengan wajah serius ia mulai menjelaskan pada Lintang.
“Bagaimana pastinya aku tidak tau, tapi beberapa bulan lalu terjadi kasus pembunuhan oleh seorang wanita hamil, wanita itu di temukan dalam kondisi yang mengenaskan, janin di dalam perutnya menghilang dan kondisi perutnya sudah hancur seperti di cabik oleh benda tajam. Setelah beberapa Minggu kemudian kampung ini mulai terjadi teror terutama saat surup seperti saat ini hingga menjelang subuh.
Mendengar penjelasan Doni, Lintang mengerut keningnya. Padahal orang tuanya tidak pernah mengatakan apapun selama ini jika mereka berteleponan.
"Omong kosong, kau hanya membodohiku bukan?" Ucap Lintang kesal. Ia tidak percaya dengan cerita yang Doni katakan, bisa saja itu hanya akal-akalan Doni saja agar ia menginap dirumahnya.
Mendengar perkataan Lintang Doni terkekeh. "Ha ha ha, Untuk apa aku membodohi mu. Kau pikir aku sangat ingin menahanmu disini, kau pikir secantik apa wajahmu hingga aku harus menahanmu disini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
ſᑎ🎐ᵇᵃˢᵉ
jangan² Doni pelakunya ya, karena di dalam rumahnya ada foto seorang wanita yang sedang hamil...
2024-11-12
0
Yach Yulianah
hai kak ,,aku mampir
2024-11-20
1
elvin
gak yau
2024-09-29
0