Gu Yinchen, dijuluki sebagai Kultivator Pedang Bulan oleh Raja Iblis yang menyerangnya bersama dengan ribuan orang dari lima sekte ternama. Julukan itu diberikan usai Gu Yinchen mati setelah jantungnya berhasil dihancurkan oleh Raja iblis.
mungkinkah Gu Yinchen akan kembali demi membalaskan dendam rekan seperguruannya dan kelima tetua Sekte yang mati sia-sia demi membunuh Raja iblis yang memiliki lima jantung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Huacheng Imut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 08 - PERTARUNGAN MALAM
Malam harinya, Gu Yinchen mengendap-endap, pergi keluar dari kediaman Qing Luan yang begitu luas dan megah. Hampir semuanya lapangan. Pepohonan hijau hanya tumbuh di setiap sisi lapangan dengan beberapa bukit kecil yang diatasnya terdapat pohon bunga plum yang sedang bermekaran.
Suasana tengah malam sedikit menguntungkannya karena tidak ada satupun orang atau murid yang berkeliling. Tidak ada satupun suara selain suara burung hantu dan suara jangkrik yang bersembunyi diantara rerumputan. Beberapa bangunan tinggi dan besar tampak redup, tanpa ada satupun pergerakan di dalam.
”Kesempatanku! Saatnya kabur dari sini! Hahaha!” Gu Yinchen tertawa kemudian melenggang pergi dari kediamannya tanpa merasa dicurigai sama sekali. Tetapi, saat itu langkahnya tiba-tiba terhenti di tengah-tengah lapangan dengan perasaan buruk yang menghampirinya.
Gu Yinchen merasakan getaran yang ada di bawah kakinya. Bahkan batu kerikil yang bersebelahan dengan sepatunya pun ikut bergetar, merasakan langkah kaki dari beberapa sosok yang datang secara bergerombol.
”Sepuluh? Tidak! Setidaknya ada 30 an monster yang sedang menuju kemari!” gumam Gu Yinchen merasa kalau dugaannya mulai benar. Dia mendengar suara dentuman dan raungan dari monster yang kayaknya tidak jauh dari tempatnya berdiri. Saat ini, dia mulai curiga. Melihat bangunan para petinggi sekte yang redup, mungkin saja mereka sedang pergi mengalahkan puluhan monster yang sedang menuju kemari!
Gu Yinchen melangkahkan kakinya dengan cepat, menuju tempat para monster itu berada. Tidak jauh dari kediaman dan berada di tengah-tengah hutan, suara itu semakin terdengar bahkan sampai memenuhi telinga. Sosok monster dengan tinggi 2 meter, perlahan muncul dari dalam hutan dan menyambutnya dengan raungan yang besar dan giginya yang tajam.
”Monster beruang! Beraninya kau menakut-nakuti anak kecil!” Gu Yinchen mengambil sebuah batu seukuran telapak tangannya. Dengan sekuat tenaga, dia melempar ke arah monster di depannya hingga batu yang dilemparnya tadi mengenai tepat di bagian matanya.
Bukan serangan balik, Gu Yinchen malah mendapatkan suara raungan dari monster yang meringis kesakitan. Gendang telinganya nyaris pecah melihat jaraknya dengan monster ini hanya berbeda beberapa meter saja.
”Berisik! Dasar monster cengeng!” teriak Gu Yinchen yang sudah tentu kalah dengan suara raungan monster beruang.
Monster beruang itu mengangkat kaki depannya kemudian hendak menyambar Gu Yinchen dalam sekali pukulan. Beruntungnya saat monster itu baru mengangkat kakinya, sosok pemuda di belakangnya muncul dan langsung menariknya pergi menuju tempat yang lebih aman.
Bisa ditebak. Jika saja dia terkena pukulan monster itu, sudah bisa dipastikan dia akan langsung mati dengan tubuh yang tidak lagi terbentuk. Bekas dari sambaran kaki beruang tadi telah menghancurkan seluruh tanah dan pepohonan tempat berpijaknya tadi.
”Aduh! Kamu ini anak kecil! Beraninya kamu berkeliaran di tengah malam begini!” oceh pemuda yang menariknya tadi kemudian meletakkannya di belakang sebuah pohon besar.
Gu Yinchen menatap sosok tinggi yang berdiri di depannya dengan seragam Sekte Matahari kebanggaannya. Orang ini tampak jauh lebih dewasa ketimbang murid-murid yang lain yang masih berlatih bersama di lapangan tadi. Saat ini, Gu Yinchen masih belum tahu kalau yang di depannya sekarang adalah sosok Li Zhangye, kakak dari Li Jinyun dan juga murid tingkat pertama sekte Matahari.
”Kamu tetaplah di sini. Aku akan mengurus sisanya.” ucap Li Zhangye dengan begitu tenang sampai dia akhirnya kembali pergi menuju tempat pertarungan.
Meski dia yakin jaraknya dengan tempat pertarungan itu cukup jauh, suara pekikan monster iblis masih terdengar nyata dan sangat dekat. Telinganya nyaris pecah saat mendengarnya lagi. Kedengarannya, seseorang baru saja membunuh monster itu dengan satu serangan.
”Kenapa saja selalu ada hambatan saat aku mencoba kabur. Kali ini aku tidak boleh gagal! Aku harus kabur dan kembali ke sekte Bulan!” gumam Gu Yinchen berusaha mencari celah untuk kabur dalam kondisi pertarungan seperti ini.
Hutan di depan sana, adalah tempat pertarungan dengan monster terjadi. Hawa kekuatannya sangat besar, mampu melemahkan seseorang jika dia tidak memiliki kekuatan spiritual yang cukup untuk menahannya. Beruntung, Gu Yinchen yang sekarang tidak benar-benar seperti anak berusia 10 tahun. Bahkan di kehidupan pertamanya, dia pernah terjebak dalam lembah monster seorang diri. Untuk kali itu, dia masih selamat dengan memakan daging dari beberapa monster yang bisa meningkatkan kekuatan seseorang sama seperti Pil mata naga.
”Kalau tidak bisa lurus, sebaiknya mengambil jalan memutar kan? Memangnya kali ini mereka bisa menghentikan ku? Hahaha!!”
Gu Yinchen mengambil langkah seribu, berlari memutari tempat pertarungan. Meski agak sedikit jauh, dia dia mampu melihat betapa mengerikannya hutan yang terbakar dan hancur. Mereka kedatangan monster yang mampu menyemburkan api dari dalam mulutnya. Sosoknya tidak begitu jelas dari tempatnya berdiri. Tetapi, aroma daging panggang dari bangkai monster yang mati terbakar semakin menyengat.
”Mereka menyelesaikannya lama sekali. Kalau aku sih tidak sampai sepuluh menit juga selesai.” gumam Gu Yinchen membanggakan dirinya.
Kabut tebal menutupi seluruh pandangannya akibat kebakaran yang terjadi di dekatnya. Hampir tidak ada satupun yang terlihat saat ini. Hanya ada suara pekikan monster yang semakin mendekatinya.
Gu Yinchen selalu merasa dirinya harus menyelesaikan semua masalah dengan cepat dan tuntas tanpa meninggalkan satupun sampah. Tetapi, kali ini dia tak ingin menyia-nyiakan waktunya untuk terlibat dalam pertarungan. Akan jadi masalah baginya jika kemampuan aslinya keluar di depan para petinggi sekte termasuk Qing Luan yang sudah pasti berada di sana. Dia mungkin akan ditahan di Sekte Matahari dan dipaksa menghabiskan seluruh hidupnya di sana.
Gu Yinchen mengeluarkan belati yang selalu tersimpan di balik jubahnya. Ada semacam jurus mudah yang pertama kali dipelajarinya sewaktu tinggal di Sekte Bulan. Dia mengangkat pisaunya ke atas, kemudian melakukan gerakan tebasan ke bawah hingga menciptakan sebuah angin yang cukup kencang sampai menerbangkan kabut yang sempat menghalanginya.
Jalanan itupun kembali terbuka. Gu Yinchen merasa senang dengan usahanya yang tidak sia-sia kali ini. Dengan segera, dia pun melanjutkan perjalanannya keluar dari sekte Matahari tanpa menghiraukan pertarungan yang sedang terjadi.
Di waktu bersamaan, Qing Luan, Li Zhangye dan beberapa petinggi sekte lainnya bertemu dengan spesies Monster yang berada di tingkat tiga. Monster setinggi 3 meter itu memiliki kepala sapi dan bertanduk, serta badannya yang seperti menyerupai seekor kuda dengan tiga kaki. Monster itu memiliki kemampuan mengendalikan tanah dan hanya bisa dikalahkan jika seseorang menyerang tengkuk lehernya.
”Zhangye, serang tengkuk lehernya. Aku akan mengalihkan perhatiannya.” ucap Qing Luan yang langsung mendapatkan anggukan kepala dari Li Zhangye.
Dalam hitungan beberapa detik, Li Zhangye bergerak, menyerang salah satu kakinya dengan pedang tajam miliknya. Perhatian monster itu seketika teralihkan padanya. Monster itu bergerak menyerang balik menggunakan mulutnya sementara Li Zhangye mencari celah untuk menyerangnya.
Ketika celahnya terbuka dan tengkuk lehernya terlihat sangat jelas di depan matanya, Li Zhangye baru akan mengarahkan serangannya. Tetapi, tampaknya serangan itu berhasil diketahui oleh Monster hingga monster itu mengerahkan ekornya yang panjang dan langsung menyerang ke arah Li Zhangye.
Karena serangan itu, Li Zhangye terpaksa mundur sementara Qing Luan berhasil menyelamatkan diri dan berada di sisi lain dari monster itu.
Qing Luan mulai kelelahan, hasil dari pertarungannya dengan puluhan monster sebelumnya. Sekarang, hanya tersisa satu monster saja dan dia mulai kehabisan tenaga untuk melawannya. ”... Mengapa tidak iblis melawan iblis saja? Meski hanya tersisa satu, dia berada di tingkat tiga!” batin Qing Luan berusaha mencari cara untuk bisa segera menyelesaikannya.
”Aduh, aku jadi merasa kasihan.” ucap sosok anak kecil yang keberadaannya tidak diketahui oleh Qing Luan namun, dari suaranya dia tampaknya berada di dekat sini.
Usai suara tersebut muncul, sebuah kilatan cahaya mirip seperti sebuah belati yang sedang meluncur bebas dengan cepat, menusuk bagian tengkuk leher monster dari arah atas. Dalam sekejap, monster itu tumbang ke tanah dan menjadi kesempatan bagi Li Zhangye untuk menyerang balik.
Serangan itu sangat tak terduga darimana asalnya bahkan seseorang yang melakukannya pun tidak kunjung muncul usai Li Zhangye memastikan bahwa Monster itu telah dikalahkan. Qing Luan memperhatikan sekitar, berusaha mencari sumber suara itu berasal. Akan tetapi, beberapa saat setelah dia terus mencarinya, Qing Luan akhirnya berhenti.
”Suara itu, seperti suara yang aku kenal.” gumamnya.