Dara tinggal bersama Fira di sebuah desa. Kakak beradik itu mengontrak karena hanya tinggal sementara dengan tujuan untuk melanjutkan sekolah Fira pada jenjang SMA. beberapa tetangga tidak menyukai hingga selalu menghina serta menggangu mereka yang dianggap miskin. Padahal kenyataan nya, mereka adalah orang kaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elinazy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"Ayo bu, kita harus cepat supaya gak ketahuan"
Suara Luna terdengar oleh Ivan yang langsung bersembunyi. Ia memperhatikan langkah mereka yang berhenti di ruangan Bayu. Puspa membuka pintu dengan kunci cadangan yang dimiliki. Ivan mengikuti dari belakang lalu mengintip dari balik pintu yang setengah terbuka. Berhubung mereka sedang fokus, jadi tidak mengetahui keberadaan nya.
Luna sibuk membolak balikan berkas yang tersusun rapi di rak sedangkan Puspa membuka satu persatu berkas di meja tempat duduk Bayu.
"Gak ada nih bu, kalau bukan pak Bayu yang ambil terus siapa? " Ujar Luna memonyongkan bibir tanda kesal.
"Atasan kamu siapa lagi selain dia? " Balas Puspa yang berpikir jika mungkin saja diambil oleh orang lain.
"Pak Ivan, waktu itu kan ada dia dan ruangan saya juga terbuka pintu nya. Gawat kalau diambil dia berarti pak Ivan udah tahu semua nya" Luna memegang kepala nya karena panik. Kedatangan pengawas dari kantor pusat memang bisa membuat nya bermasalah.
"Kita cari di ruangan nya? " Puspa memberikan ide namun Luna hanya menggelengkan kepala karena tidak memiliki kunci cadangan ruangan Ivan.
Ivan berniat untuk memergoki mereka agar tidak berani berbuat lancang seperti itu. Ia berjalan sedikit menjauh dan nanti pada saat mereka keluar, maka akan berpura pura tidak tahu lalu memarahi nya.
"Gimana nih kalau gak ketemu bisa gawat" Ujar Puspa sambil mengunci pintu.
"Apanya yang gak ketemu? " Sambung Ivan mampu membuat mereka berdua panik.
Luna dan Puspa saling memandang sejenak sebelum memberikan jawaban. Keringat panas menetes dari tubuh mereka masing masing. Padahal tadi sudah memastikan kalau tidak ada orang di DResto ini tetapi kenapa bisa tiba tiba Ivan muncul dari belakang mereka, pikir Luna.
"Eh ada calon mantu, jam segini masih jaga restoran? " Puspa mencoba mengalihkan pembicaraan daripada harus diinterogasi.
"Aku keluar dulu ya bu, nunggu di depan" Luna berniat kabur dari hadapan Ivan namun malah dicegah.
"Apa yang kalian lakukan di ruangan pak Bayu? Lancang sekali masuk secara diam diam" Cecar Ivan.
Lagi lagi mereka saling pandang hingga Puspa lah yang berani berbicara.
"Cuman ngecek keamanan aja, siapa tahu ada pencuri"
Luna berdecak kesal mendengar jawaban ibunya yang tidak masuk di akal. Ia hanya bisa pasrah jika harus tertangkap basah.
Ivan merasa muak dengan jawaban konyol dari Puspa. Rasanya akan membuang buang waktu jika terlalu banyak mencecar pertanyaan tetapi tidak dijawab dengan benar.
"Serahkan kunci ruangan pak Bayu" Ivan menodongkan tangan dan Puspa langsung memberikan nya.
"Semua kunci DResto yang kalian punya, bawa kesini" Ivan tidak berhenti menodongkan tangan nya. Ia juga meminta kunci ruangan Luna agar tidak bisa sembarangan datang saat malam hari.
"Hanya ini? " Ivan menunjukkan dua kunci yang diberikan.
"I-iya pak, itu juga karena diijinkan sama pak Bayu" Luna memberanikan diri bersuara daripada membiarkan Puspa berbicara nyeleneh terus.
"Pergi! " Seru Ivan.
Luna dan Puspa merasa aman untuk sementara waktu. Mereka dapat pergi tanpa diinterogasi terlebih dahulu.
Ivan meminta Dara untuk datang besok ke restoran perihal menanyakan soal kunci ruangan Bayu yang dipegang oleh Luna.
***
Dara baru datang siang hari ke restoran setelah menjemput Fira dari sekolah nya. Ia bergegas masuk tidak sabar ingin mendengar penjelasan dari Bayu mengenai kunci itu.
"Tunggu disini dek, Pesan aja makanan yang kamu suka" Ujar Dara menyuruh Fira menunggu di kursi pembeli lalu pergi ke ruangan Ivan.
Luna memperhatikan kedatangan Dara yang langsung memasuki ruangan Ivan lalu keluar bersama ke ruangan Bayu. Ia heran dengan Dara yang seolah orang penting di restoran ini.
"Hei gadis miskin, ngapain datang kesini" Ujar Luna menghampiri Fira.
"Kamu gak lihat kalau ini restoran? Jelas aku mau makan" Balas Fira judes.
"Sombong banget sih, paling cuman pesan air putih. Itu pun ngutang"
"Sejak kapan di restoran bisa ngutang? Norak banget, kelihatan kalau gak pernah ke restoran"
Luna kesal sekali menghadapi Fira yang sifat nya berbeda dengan Dara yang tidak pernah membalikkan perkataan nya. Ia malah dihina balik oleh Fira dengan ucapan yang benar adanya.
"Kenapa diam? Kena mental ya? " Ujar Fira tertawa kecil.
"Jangan sembarangan kalau ngomong, kamu mau saya usir dari sini? Kamu kan tahu kalau saya itu manager" Luna menyombongkan posisi yang dimiliki padahal tidak sebanding dengan Fira yang merupakan adik pemilik DResto.
"Bentar lagi dipecat aja masih bisa sombong, bukan nya memperbaiki diri" Ujar Fira tanpa menyaring perkataan yang harusnya tidak diucapkan karena bisa membuka identitas.
Ucapan Fira mampu membuat Luna terkejut. Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu padahal hanya orang luar. Apa mungkin dia mengetahui nya dari Ivan yang katanya akan menjadi calon suami Dara dan otomatis menjadi kakak ipar Fira.
Fira tersenyum senang saat melihat Luna yang terdiam mati kutu. Seperti nya dia mengalami kejutan jantung hingga mematung begitu. Ia memilih menyantap semua makanan yang dipesan karena telah tersaji diantar oleh pelayan. Hingga Luna pergi dengan menghentakkan kaki karena kesal. Ketika baru menghabiskan separuh piring, Dara datang menghampiri.
"Kalau udah selesai, temui mbak diluar" Ujar Dara dengan raut wajah kesal.
Ia benar benar tidak menyangka dengan perbuatan Bayu yang mampu mengkhianati nya hanya karena menyukai Luna. Dia sampai memberikan apapun yang Luna inginkan, termasuk mempertaruhkan DResto.
"Kamu yang tenang Dara, jangan terlalu terbawa emosi" Ujar Ivan berusaha menenangkan Dara.
"Saya gak bisa tenang Van, hari ini juga saya akan memecat Bayu" Balas Dara membuang muka saat melihat Bayu menyusul nya.
"Bu Dara, tolong maafin saya. Saya gak tahu kalau apa yang saya lakukan ini bisa berakibat fatal. Saya janji untuk tidak melakukan hal ini lagi" Bayu berlutut di hadapan Dara namun di bangunkan oleh Ivan agar tidak menjadi perhatian orang sekitar.
"Kamu urus dia Van, saya mau dia pergi hari ini juga" Dara berjalan sedikit menjauh ke belakang restoran karena ia tahu kalau Bayu akan terus mengikuti nya. Lebih baik cari aman daripada semua terbongkar.
"Ampuni saya bu, tolong jangan pecat saya" Bayu kembali berlutut lagi.
Dara tetap teguh kepada keputusan nya yang tidak pernah memberikan kesempatan kedua untuk siapapun yang melakukan kesalahan. Menurut nya, kesempatan sudah diberikan saat pertama kali diterima kerja.
Ivan melihat Luna yang mengintip dari pintu belakang restoran. Raut wajah nya kebingungan saat melihat Bayu berlutut kepada Dara. Namun ia tidak bisa mendengar ucapan mereka karena suara bising dari dalam restoran.
"Pak Bayu, cukup pak. Ada orang yang memperhatikan kita" Ivan kembali membangunkan Bayu untuk berdiri.